H δ
1 2
= δ
1 2
varians di populasi yang sama H
1
δ
1 2
≠ δ
1 2
varians di populasi yang tidak sama Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,52. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H diterima varians di populasi sama.
Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di populasi sama Equal variance assumed
Hasil dari uji t seperti yang terlampir di Lampiran 7, untuk laba yang berdasarkan pendapatan dari penjualan dengan pesanan di Triple Combo
diperoleh t hitung 4,284 dan t tab el sebesar 1.655 dengan taraf signifikan α yang
digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan df 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H
ditolak, sehingga harga pokok produksi menurut perusahaan dengan harga pokok produksi menurut
perhitungan dengan metode Job Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.
4.6. Implikasi Manajerial
Berdasarkan analisis t-test diperoleh bahwa varians yang terjadi dikategorikan terdapat perbedaan yang signifikan dan tidak signifikan. Jika
perbedaan yang terjadi tidak signifikan, perusahaan harus tetap melakukan pengawasan dalam proses produksi mulai dari awal hingga akhir produksi.
Apalagi terhadap perbedaan yang signifikan, perusahaan harus melakukan perbaikan dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga harga jual dan laba
yang diakui sesuai dengan laba aktual. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan harus mampu menerapkan metode
pembiayaan yang tepat, agar lebih mudah dalam pengawasan biaya produksi dan tepat dalam penentuan harga jual produknya. Serta perusahaan akan lebih mudah
dalam pengambilan keputusan dalam pembiayaan. Jika metode penetapan biaya kurang tepat, akan mempengaruhi harga pokok produksi, harga jual dan laba
perusahaan dan akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Triple Combo terhadap harga pokok produksi yang diakui perusahaan dengan harga yang
sebenarnya terjadi dengan metode Job Order Costing , maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a Sebagai salah satu contoh pesanan untuk klappertart, macaroni schotel, fruit tarlet masing-masing 60 unit dengan harga jual sebesar Rp.990.000 dan
mengakui biaya produksi sebesar Rp 545.580 dan laba yang diakui sebesar Rp.444.420. Sedangkan, berdasarkan perhitungan dengan metode Job Order
Costing total biaya untuk memproduksi pesanan Klappertart 60 buah, Macaroni schotel 60 buah dan Fruit tarlet 60 buah sebesar Rp 764.402
dengan harga jual yang ditentukan perusahaan yaitu sebesar Rp 990.000 dan laba yang sebenarnya terjadi sebesar Rp. 165.598 . Berarti margin laba yang
terjadi adalah 22 dari harga pokok produksi, margin laba 30 yang diharapkan belum terpenuhi. Dari perhitungan yang diakui perusahaan
dengan menurut metode Job Order Costing terdapat perbedaan dalam pengakuan biaya dan penetapan harga jual. Perbedaan ini dapat menjelaskan
permasalahan manajemen perusahaan dalam penentuan biaya dan laba perusahaan.
b Pengujian hipotesis perbedaan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan menurut perhitungan dengan metode JOC. Dengan hasil analisis uji
homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,068 . Nilai ini lebih besar dari nilai α =
0,05. Berarti H diterima varians di populasi sama. Dengan demikian,
digunakan t untuk asumsi varians di popilasi sama Equal variance assumed. Hasil dari uji t untuk harga pokok produksi berdasarkan pesanan di Triple
Combo diperoleh t hitung 2,021 dan t tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan α yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan df 142. uji
t menunjukkan t hitung lebih besar dari t
tabel, maka H ditolak. Sehingga
rata-rata harga pokok produksi menurut perusahaan dengan rata-rata harga