Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Keberadaan TPAS Galuga

72 dipertanggungjawabkan yang kemungkinan besar dapat menyebabkan konflik.

6.4 Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Keberadaan TPAS Galuga

Upaya untuk meminimalisir dampak negatif keberadaan TPAS Galuga merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan, terutama oleh pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Upaya tersebut berupa upaya penanganan lingkungan dan penanganan sampah. Upaya yang sebaiknya diambil dapat merujuk pada hasil penilaian responden terhadap lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat Desa Galuga menilai lingkungan tempat tinggalnya sudah mengalami degradasi kualitas. Salah satu bukti dari keadaan ini adalah timbulnya pencemaran udara dan air di sekitar TPAS Galuga. Udara di Desa Galuga tercemar bau, bau yang harus dihirup oleh semua orang yang berada di sekitar TPAS Galuga ini telah menyebabkan timbulnya berbagai penyakit pernafasan, antara lain batuk dan sesak nafas. Sementara itu, air yang telah tercemar menyebabkan timbulnya penyakit seperti penyakit kulit dan pencernaan. Penurunan kualitas lingkungan tidak hanya menimbulkan penyakit tetapi juga menyebabkan sebagian masyarakat menggunakan sumber air pengganti untuk mengganti sumber air yang telah tercemar. Selain penurunan kualitas, lingkungan pemukiman disekitas TPAS Galuga juga dinilai mengalami penurunan secara estetika. Penurunan estetika ini dapat dinilai dari banyaknya lapak-lapak pemulung dan sampah yang berserakan di jalan yang jatuh dari truk pengangkut sampah. Banyaknya lalat di rumah warga telah mengganggu kenyamanan warga yang tinggal di sekitar TPAS Galuga. 73 Lalat-lalat tersebut memasuki rumah warga dan menyerang makanan yang ada sehingga dapat menjadi sumber penyakit seperti diare dan penyakit lainnya. Truk pengangkut sampah yang melewati pemukiman warga menyebabkan bau, kebisingan, kotor, debu dan kerusakan jalan. Kondisi penurunan kualitas lingkungan tersebut dirasakan oleh masyarakat di sekitar TPAS Galuga. Pemerintah sebagai pengelola memiliki tanggungjawab besar dalam pengelolaan TPAS Galuga dengan baik sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang terjadi. Beberapa upaya yang perlu diambil pemerintah Kota Bogor dan pemerintah Kabupaten Bogor yaitu peningkatan retribusi sampah dan perbaikan pengelolaan yang telah ada. Peningkatan dana retribusi akan dapat membantu pemerintah dalam memberikan dana kompensasi terhadap masyarakat yang terkena pencemaran akibat keberadaan TPAS Galuga. Sistem pengelolaan yang baik tidak akan menyisakan residu dalam bentuk penurunan kualitas bagi lingkungan sekitarnya. Perbaikan sistem pengelolaan dari hulu sampai hilir perlu dilakukan agar dapat mencegah atau meminimalisir dampak yang negatif dari keberadaan TPAS tersebut. Perbaikan sistem pengelolaan ini dimulai dari timbulan sampah yang dihasilkan, baik sampah hasil produksi maupun konsumsi sampai pada pengelolaan akhir sampah tersebut. Tahap awal yang perlu dilakukan adalah pengadaan tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah pada Tempat Pembuangan Sementara TPS, sehingga antara sampah organik dan sampah anorganik tidak tercampur. Selanjutnya adalah perbaikan pengelolaan pada tahap pengangkutan. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sampah sebaiknya menggunakan penutup agar tidak terlalu menimbulkan bau, dan akan 74 lebih baik jika dibuat jalur khusus untuk mengangkut sampah agar tidak melewati pemukiman masyarakat. Hal ini dapat meminimalisir dampak negatif berupa kebisingan, debu, serta bau akibat pengangkutan sampah tersebut. Selain itu, perbaikan sistem pengelolaan di TPAS Galuga juga perlu dilakukan. Perbaikan pengelolaan ini dapat dilakukan dengan perbaikan pengolahan sampah organik, anorganik serta pengolahan air sampah atau lindi. Pengolahan ini sebaiknya diserahkan pada orang yang ahli dalam bidang masing- masing sehingga pengolahan sampah tersebut dapat berjalan secara maksimal. Penanaman pagar tanaman juga dapat mengurangi pencemaran udara, lalat yang menuju pemukiman warga, dan tidak terlihat oleh warga yang melintasi jalan di sekitar TPAS tersebut. Kesadaran semua pihak sangat diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan. Kesadaran ini tidak hanya pihak pengelola dan masyarakat TPAS Galuga. Tetapi juga masyarakat yang berperan dalam timbulnya sampah tersebut. Pemerintah sebagai pengambil keputusan dan pelaksana dilapangan, sedangkan masyarakat sebagai pendukung dan ikut melaksanakan dalam menjaga kualitas lingkungan. Sehingga diperlukan kerjasama yang baik agar dapat menguntungkan semua pihak baik bagi pemerintah, masyarakat, maupun lingkungan.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Masyarakat di sekitar TPAS Galuga secara umum menilai keberadaan TPAS Galuga menurunkan kualitas lingkungan, hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai rata-rata semantic differential yang lebih rendah setelah adanya TPAS Galuga. 2. Hasil perhitungan menggunakan metode cost of illness dan replacement cost menunjukkan bahwa penurunan kualitas lingkungan untuk biaya kesehatan sebesar Rp 15.019.248.000,00 per tahun, sedangkan biaya pengganti air minum sebesar Rp 1.230.828.000,00 per tahun. Total nilai penurunan kualitas lingkungan adalah sebesar Rp 16.250.076.000,00 per tahun. Nilai ini merupakan biaya kerugian yang dirasakan masyarakat dalam satu tahun terakhir. 3. Faktor penurunan kualitas lingkungan tidak berpengaruh terhadap harga lahan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel kualitas lingkungan yang berpengaruh nyata terhadap harga lahan di sekitar TPAS Galuga adalah jarak tempat tinggal dengan TPAS Galuga. Variabel karakteristik lahan yang berpengaruh nyata adalah status lahan, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah biaya kesehatan, luas lahan, dan biaya konsumsi air bersih. Faktor penurunan kualitas lingkungan ditunjukkan dengan pendekatan biaya kesehatan dan biaya konsumsi air bersih.