produksi per bulan ditambah biaya penyusutan gedung dan peralatan per bulan. Biaya penyusutan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 14.697.000,- sehingga biaya
penyusutan yang dibebankan sebesar Rp. 1.224.750,- per bulan selama tahun 2009 dan untuk biaya penyusutan di tahun berikutnya sebesar Rp. 13.410.000,- per
tahun. Perhitungan ini dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 9. Perbedaan jumlah biaya penyusutan dikarenakan pada tahun 2009 terdapat beberapa
peralatan produksi pada investasi tahun 2006 yang masih memiliki umur ekonomis 1 tahun pada tahun 2009, kemudian di tahun berikutnya peralatan
produksi tersebut masih digunakan namun sudah tidak memiliki umur ekonomis. Total biaya pengolahan buah dikeluarkan per bulan yang dapat ditunjukkan pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Total biaya yang dikeluarkan per bulan dalam melaksanakan produksi selama tahun 2009
No Komponen
Jumlah
1 Biaya tetap
Rp. 9.852.000
2 Biaya tidak tetap
Rp. 63.944.400
Total Modal Kerja
Rp. 73.796.400
3 Biaya penyusutan gedung dan peralatan
Rp. 1.224.750
Total Biaya
Rp. 75.021.150
Sumber : Data Primer, diolah 2011
5.7.2. Penerimaan Perusahaan
Penerimaan perusahaan berasal dari penjualan produk jus dan sirup buah belimbing, jambu biji merah, dan wornas wortel nanas setiap bulannya. Sumber
penerimaan perusahaan didapat dari penjualan jus belimbing sebanyak 12.585 unit, jus jambu biji merah sebanyak 8.390 unit, jus wornas sebanyak 4.194 unit
dengan harga Rp. 2.750,- per unit. Selain itu, penerimaan didapat dari penjualan
sirup belimbing sebanyak 599 unit, sirup jambu biji merah sebanyak 400 unit, dan sirup wornas sebanyak 208 unit dengan harga Rp. 12.000,- per unit sehingga total
penerimaan yang di dapat adalah sebesar Rp. 83.698.750,- selama satu bulan. Penerimaan perusahaan dihitung per bulan seperti yang digambarkan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Penerimaan perusahaan per bulan tahun 2009 sd 2013
No Komponen
Jumlah Produksi
botol Asumsi
Reject 2
botol Asumsi
Tidak Terjual 2
botol Volume
Penjualan botol
c - d - e Harga
Rp Penerimaan
Rp
f x g
a b
c d
e f
g h
1 Jus Belimbing
13.104 262
257 12.585
2.750 34.608.750
2 Jus Jambu Biji
Merah 8.736
175 171
8.390 2.750
23.072.500 3
Jus Wornas 4.368
87 87
4.194 2.750
11.533.500 4
Sirup Belimbing 624
13 12
599 12.000
7.188.000 5
Sirup jambu Biji Merah
416 8
8 400
12.000 4.800.000
6 Sirup Wornas
216 4
4 208
12.000 2.496.000
Total Penerimaan per bulan Rupiah 83.698.750
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Penerimaan perusahaan diasumsikan tetap selama 5 tahun dengan perhitungan total penerimaan Rp. 83.698.750,- per bulan. Harga jual produk yang
ditetapkan perusahaan merupakan harga grosir.
5.7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa
Indonesia Unggul
Hasil analisis kelayakan finansial pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul CV. WPIU meliputi kriteria Net Present Value, Internal Rate of Return,
Net Benefit-Cost Ratio, Return On Investment, Payback Period, dan Break Event
Point. Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan pengeluaran biaya-biaya yang
menggunakan 100 modal sendiri. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar
14 yang didapat dari perhitungan rata-rata tingkat suku bunga investasi periode 2004 - 2009. Hasil perhitungan kelayakan finansial CV. WPIU dengan 100
modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial dengan 100 Modal Sendiri
No Alat Analisis
Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value NPV pada DF 14
147.726.588 Layak
2 Internal Rate of Return IRR
62,89 Layak
3 Net Benefit-Cost Ratio Net BC
2,15 Layak
4 Payback Period PP
1 tahun 3 bulan
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 7 ditunjukkan bahwa dengan tingkat diskonto 14 akan diperoleh nilai Net Present Value NPV sebesar 147.726.588 yang berarti
akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 147.726.588,- selama umur proyek 5 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Kemudian nilai Internal Rate of
Return IRR sebesar 62,89 dan lebih besar dari tingkat suku yang berlaku 14 yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan mendepositokan modalnya di Bank dengan suku bunga yang berlaku. Nilai Net Benefit-Cost Ratio Net BC sebesar 2,15 yang
berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 1,15,- dan hasil analisis Payback Period PP menunjukkan bahwa
untuk mengembalikan nilai reinvestasi sebesar Rp. 129.000.000,- memerlukan waktu 1 tahun 3 bulan.
Berdasarkan kriteria kelayakan diatas maka usaha ini dinyatakan layak yang ditunjukkan dengan nilai NPV positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku 14, dan nilai Net BC yang lebih besar dari satu. Nilai PP usaha ini menunjukkan masa pengembalian investasi yang ditanamkan
cukup singkat yaitu 1 tahun 3 bulan dalam masa proyek lima tahun sehingga arus perpuratan kas lebih cepat. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada
Lampiran 10. Analisis Break Event Point BEP merupakan suatu keadaan yang dalam
hubungan dengan produk, usaha ini tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian atau tingkat keuntungan usaha ini sama dengan nol. BEP ditentukan
berdasarkan pada jumlah penerimaan penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Perhitungan BEP usaha ini ditinjau berdasarkan harga
jual dan volume produksi. Tabel 8. Analisis Break Event Point Jus dan Sirup Buah CV. WPIU Tahun ke-1
Tahun 2009
No Keterangan
Jus Buah Sirup Buah
1 Total biaya Rp tahun
765.215.730 135.038.070
2 Volume produksi botol tahun
314.496 15.072
3 BEP harga jual Rp
2.433 8.960
4 Harga jual botol Rp
2.750 12.000
5 BEP volume produksi tahun
278.260 11.253
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan hasil analisis Break Event Point bahwa usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi jus dan sirup buah mencapai
278.260 botol dan 11.253 botol dengan BEP harga jual jus buah per botol sebesar Rp. 2.433,- dan Rp. 8.960,- untuk sirup buah per botol. Apabila jumlah produksi
jus dan sirup buah kurang dari 278.260 botol dan 11.253 botol per tahun maka akan mengalami kerugian, dan sebaliknya apabila lebih besar maka akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. Metode Return On Investment ROI menunjukkan pengembalian atas
modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal investasi. Hasil perhitungan ROI ditunjukkan pada
Tabel 9. Tabel 9. Analisis Return On Investment CV. WPIU dengan 100 Modal Sendiri
No Uraian
Tahun 1
1 Manfaat bersih sesudah pajak Rp
88.511.520 2
Biaya investasi Rp 129.000.000
3 ROI
68,6
Sumber : Data Primer, diolah 2011
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp. 1000,- maka pengembalian investasi diperoleh sebesar Rp. 1.686,-
untuk tahun ke-1. ROI untuk tahun ke-2 sebesar 59,9, tahun ke-3 sebesar 49,9, tahun ke-4 sebesar 39,4, dan tahun ke-5 sebesar 28,3. Jika dilihat dari
analisis tersebut maka perusahaan ini harus melakukan reinvestasi dengan peningkatan produksi di tahun ke-5 agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Perhitungan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.7.4. Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Buah CV. Winner Perkasa