ceramah dan penugasan. Pengujian tersebut diajukan hipotesis adalah sebagai sebagai berikut:
H :
µ
1
≤
µ
2
H
a
:
µ
1
µ
2
Keterangan :
µ
1
= hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperetif tipe Student Teams Achievement Division STAD
µ
K
= hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan pembelajaran konvensional.
H = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD lebih rendah atau sama dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan
pembelajaran konvensional. H
a
= hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD lebih tinggi dari
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.
Kriteria pegujiannya adalah t
hitung
t
tabel
maka H diterima dan H
a
ditolak. Sedangkan, jika t
hitung
≥ t
tabel
maka H
a
diterima dan H ditolak, pada taraf
ke percayaan 95 atau taraf signifikansi α 5. Berdadarkan hasil perhitungan
diperoleh t
hitung
sebesar 8,21 dan t
tabel
1,67 lampiran 18 hasil perhitungan tersebut
menunujkan bahwa t
hitung
≥ t
tabel
8,21 ≥ 1,67, sehingga H ditolak dan H
a
diterima, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa
pada kelompok kontrol. jika tuliskan dalam bentuk Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Dengan Uji t
Db t
hitung
t
tabel
Kesimpulan 74
8,21 1,67
Tolak H
0,
Terima H
a
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa t
hitung
berada diluar daerah penerimaan H atau dengan kata lain H
ditolak. Sehingga hipotesis alternatif H
a
yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar matemtika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode konvensional diterima pada taraf signifikan 5.
Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kedua kelas tersebut karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan, perlakuan yang
diberikan kepada kelas kontrol adalah metode konvensional yaitu guru menjelaskan materi, penjelasan materi yang disampaikan guru berjalan satu arah
dengan pusat pembelajaran adalah guru. Kegiatan siswa hanya memperhatikan dan bertanya tentang materi yang tidak dipahami sehingga siswa tidak terlibat
secara proaktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebaliknya kegiatan pembelajaran siswa pada kelas eksperimen mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, yaitu pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara proaktif selama pembelajaran berlangsung.
Beberapa hal yang ditemukan penulis saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang disajikan dalam bentuk lembar aktivitas
kegiatan siswa pada tabel 4.7. Pada pertemuan pertama berdasarkan tabel 4.7 peneliti menemukan beberapa hal di kelas eksperimen yaitu kelas 5B, pada
awalnya siswa masih bingung dengan metode yang diterapkan peneliti. Hal ini ditunjukan dengan kurang adanya kerjasama pada siswa. Pengerjaan soal
kelompok yang diberikan masih dikerjakan secara individu oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk mengerjakan soal tersebut, sedangkan siswa
lainnya masih sibuk mengobrol, berpangku tangan dan bermain-main. Selain itu pada pertemuan pertama peneliti tidak memberikan reward berupa bintang
prestasi, melainkan hanya sekedar pujian untuk kelompok terbaik. Hal lain yang ditemukan peneliti adalah dalam pembagian kelompok, peneliti
membagi kelompok secara heterogen karena pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD menghendaki hal demikian. Siswa secara umum bersedia menerima
kelompok yang dibentuk peneliti, namun ada kelompok yang tidak nyaman dengan kelompok bentukan peneliti karena terpisah dengan teman akrabnya, dan
tidak nyaman dengan teman satu kelompoknya. Pada saat mengerjakan tugas individu tidak semua siswa mengumpulkan tugasnya individunya. Pada pertemuan
kedua, proses pembelajaran siswa masih sama dengan pertemuan pertama, namun pada pertemuan kedua peneliti memberikan reward berupa bintang prestasi yang
ditempel di kartu prestasi. Perubahan mulai terlihat pada pertemuan ketiga dan seterusnya. Setiap anggota kelompok mulai saling membantu anggota
kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar dan memotivasi anggota lainnya yang malas mengerjakan tugas individu. Siswa mulai menyukai dan terbiasa
dengan metode yang diterapkan oleh peneliti, hal ini terlihat pada saat akan dimulai pembelajaran, siswa yang meminta untuk belajar berkelompok seperti
pembelajaran sebelumnya. Semangat belajar siswa pada kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan mulai menunjukan aktivitas belajar yang baik, siswa
mengerjakan tugas dengan baik dan terpacu untuk berkompetisi dalam pembelajaran serta siswa sudah mampu bekerjasama dengan baik dengan teman-
temannya. Selain memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen, peneliti juga
memberikan perlakuan terhadap kelas kontrol yang diterapkan di kelas 5A. Kelas kontrol diajar mengunakan metode pembelajaran yang masih konvensional berupa
ceramah dan penugasan. Di kelas kontrol ini pembelajaran yang dilakukan sama dengan pembelajaran pada umumnya. Guru yang menjadi pusat pembelajaran,
dengan komunikasi satu arah, walaupun terjadi interaksi itu pun hanya dengan siswa tertentu, biasanya siswa yang memiliki prestasi yang baik di kelas. Dari
pengamatan yang dilakukan peneliti, pada kelas kontrol siswa cenderung bosan dalam proses pembelajaran dan jika siswa merasa bosan mereka akan mengobrol,
menyandarkan kepalanya diatas tanggan, dan mengambar di buku tulisnya. Aktivitas belajar siswa masih monoton, siswa kurang memiliki inisitaif dalam
belajar dan tidak terpacu untuk berkompetisi dalam belajar.