bersalah, malu, sedih, cemas, marah, stres, depresi, dan iri haticemburu Diener, 1999.
2.1.3 Pengukuran subjective well-being
Pengukuran subjective well being menggunakan alat ukur SWLS Satisfaction With Life Scale yang terdiri dari 5 item oleh Diener, E., Emmons, R. A., Larsen,
R. J., dan Griffin, S. 1985. Untuk meneliti kepuasan kehidupan secara domain, peneliti menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari penelitian Ed Diener dan
Robert Biswas-Diener 2008, yang terdiri 12 item. Kemudian untuk mengukur komponen afek positif dan negatif peneliti menggunakan alat ukur Scale of
Positive and Negative Scale SPANE yang terdiri dari 12 item.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada subjective well-being individu, yaitu:
1. Faktor pendapatan Kepuasan dalam pendapatan berhungan dengan kebahagiaan menurut Braun
dan Campbell dalam Diener 1984.Pendapatan mempengaruhi SWB karena ada beberaa hal, yaitu pertama pendapatan memenuhi kebutuhan dasar pada
manusia dan itu mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Kedua pendapatan mempengaruhi status sosial dalam masyarakat. Ketiga pendapatan yang cukup
bisa mengurasi stres. 2. Faktor demografi
a. Umur Penelitian Bradburn dan Caplovitz 1965 menemukan bahwa orang yang
muda lebih bahagia dari pada orang yang tua. Campbell 1976 menemukan bahwa orang yang lebih tua memiliki kepuasan yang lebih
besar dalam setiap kesehatan yang dimilikinya. Hasilnya menunjukkan kenaikan yang lambat dalam kepuasan dengan usia, tetapi tampaknya
positif dan negatif mempengaruhi dialami lebih intens oleh anak muda Diener Larsen, Levine Emmons, 1976. Dengan demikian, orang yang
muda tampaknya mengalami tingkat yang lebih tinggi dari sukacita, tetapi orang-orang yang lebih tua cenderung menilai kehidupan mereka dengan
cara yang lebih positif. Dalam beberapa tahun terakhir dalam penelitian mulai fokus tidak begitu pada usia semata, tetapi pada tahap siklus pola
hidup .Hidup dilihat dengan menciptakan tuntutan karakteristik dan manfaat bagi orang-orang.
b. Gender Tampak bahwa pada wanita yang muda lebih bahagia daripada laki-laki
yang muda, dan wanita yang tua kurang bahagia dibandingkan pria yang tua Medley,1980. Meskipun begitu terjadi sekitar pada usia 45,
perbedaan antara kedua jenis kelamin tidak pernah berbeda jauh. c. Pekerjaan
Campbell 1976 mengemukakan bahwa orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak bahagia ketika pendapatan tidak memenuhi kebutuhan.
Kepuasaan dalam pekerjaan juga mempengaruhi SWB pada seseorang Cohn, 1979.
d. Pendidikan Ketika seseorang memilki pendidikan yang bagus sehingga dia dapat
berbagi ilmu kepada orang lain juga aspirasi seseorang dalam kehidupan untuk merasakan kebahagiaan Campbellās, 1981.
e. Religius Cameron 1975 mengemukakan bahwa orang yang memiliki religiusitas
berkorelasi antara SWB dengan perasaan positif. f. Pernikahan dan keluarga
g. Glenn dan Weaver 1979 menemukan bahwa orang yang telah menikah dan berkeluarga memiliki SWB yang kuat. Ketika keluarga yang utuh dan
merasa bahagia juga mempengaruhi kebahagiaan terhadap anak dalam keluarga.
3. Dukungan Sosial Hasak 1978 mengemukakan bahwa setiap orang membutuhkan interaksi
sosial dalam kehidupan, ketika orang berinteraksi dengan orang lain otomatis orang tersebut telah menjalin silaturahmi yang memberi kesempatan untuk
berbagi. Interaksi dengan orang lain bisa menimbulkan cinta dan rasa nyaman sehingga kepuasaan hidup bisa dirasakan Gordon, 1975.
4. Kepribadian Orang yang memiliki kepribadian ekstravesion atau terbuka lebih memiliki
kebahagiaan yang tinggi dibandingkan yang orang yang tertutup karena kepribadian yang terbuka lebih banyak melakukan kontak sosial sehingga
menimbulkan perasaan yang positif Emmons Diener, 1983.
5. Self efficacy
Orang yang memiliki self efficacy yang kuat akan memiliki subjective well being yang tinggi. Karena ketika seseorang yakin akan kemampuanya dalam
mengatasi kesulitan dan masalah akan memudahkan seseorang tersebut untuk menikmati hidupnya Yuehua, 2004
2.2 Social Support 2.2.1 Definisi social support