Uji validitas alat ukur subjective well-being

faktor skornya. Adapun skor faktor diitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku Z score menjadi Tscore yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi SD = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah: T score = 10 x skor faktor + 50

3.4.1 Uji validitas alat ukur subjective well-being

a. Dimensi kognitif Peneliti menguji apakah ke 17 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur subjective well-being dari dimensi kognitif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 367,52 , df = 119, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.131. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 102,34, df = 79, P-value = 0.03991, RMSEA = 0.049. Setelah di dapat nilai P-value 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu subjective well-being. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dari hasil korelasi kesalahan, diketahui bahwa item nomor 6,8, dan 14 memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari 4. Jika sebuah item memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya lebih dari 4, maka item tersebut mengukur hal lain selain apa yang hendak diukur. Tetapi, dengan pertimbangan bahwa seluruh item telah valid berdasarkan dua kriteria yaitu nilai koefisien muatan faktor tidak ada yang negatif dan t-value pada semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96, penulis memilih mendrop item yang memiliki korelasi kesalahan lebih dari 4 secara bertahap dengan cara satu persatu mendrop item dan melakukan uji CFA kembali hingga mendapatkan model yang fit. Dari hasil analisis CFA ketiga kalinya, yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 239,24, df = 77, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.132. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan Chi-square = 69,80, df = 57, P-value = 0.11884, RMSEA = 0.043. Gambar 3.1 Path Diagram Subjective-Well-Being Dimensi Kognitif Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.5 dibawah ini: Tabel 3.5 Muatan Faktor Subjective Well-Being Dimensi Kognitif No. Item Lambda Standard Error t-value Signifikan Korelasi Kesalahan 1 0.57 0.09 6,17 V 4 2 0.64 0.09 7,13 V 4 3 0.66 0.09 7.67 V 3 4 0.59 0.09 6,77 V 2 5 0.20 0.10 1,99 V 2 7 0.59 0.09 6,59 V 3 9 0.64 0.09 7,47 V 2 10 0.69 0.09 7,95 V 2 11 0.53 0.09 5,78 V 4 12 0.50 0.09 5,41 V 4 13 0.33 0.10 3,40 V 4 15 0.20 0.10 2,08 V 3 16 0.36 0.09 3,76 V 1 17 0.43 0.09 4,68 V 2 Berdasarkan tabel 3.5, setelah dilakukan 3 kali pengujian CFA dengan total 3 item yang di drop yaitu item 6, 8 dan 14, karena ketiga item tersebut memiliki korelasi lebih dari 4. Nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 4. Artinya, ke 14 item merupakan item yang valid untuk mengukur subjective well-being dimensi kognitif berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. b. Dimensi afektif Peneliti menguji apakah ke 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur subjective well-being dari dimensi afektif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 279,98 , df = 54, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.186. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 34,03, df = 36, P-value = 0.56258, RMSEA = 0.0000. Setelah di dapat nilai P-value 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu subjective well-being. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dari hasil korelasi kesalahan, diketahui bahwa item nomor 24 memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari 4. Jika sebuah item memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya lebih dari 4, maka item tersebut mengukur hal lain selain apa yang hendak diukur. Tetapi, dengan pertimbangan bahwa seluruh item telah valid berdasarkan dua kriteria yaitu nilai koefisien muatan faktor tidak ada yang negatif dan t-value pada semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96, penulis memilih mendrop item yang memiliki korelasi kesalahan lebih dari 4 secara bertahap dengan cara satu persatu mendrop item dan melakukan uji CFA kembali hingga mendapatkan model yang fit. Dari hasil analisis CFA ketiga kalinya, yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 191,98 , df = 44, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.167. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 38,53, df = 32, P-value = 0.19805, RMSEA = 0.041. Gambar 3.2 Path Diagram Subjective-Well-Being Dimensi Afektif Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.6 dibawah ini: Tabel 3.6 Muatan Faktor Subjective Well-Being Dimensi Afektif No. Item Lambda Standard Error t-value Signifikan Korelasi Kesalahan 18 0.30 0.10 2,99 V 2 19 0.55 0.09 6,14 V 2 20 0.63 0.09 6.76 V 3 21 0.76 0.08 9,20 V 22 0.57 0.09 6,33 V 23 0.72 0.09 8,12 V 3 25 0.41 0.10 4,12 V 3 26 0.40 0.09 4,30 V 1 27 0.36 0.09 3,80 V 2 28 0.50 0.09 5,42 V 4 29 0.28 0.10 2,92 V 3 Berdasarkan tabel 3.6, setelah dilakukan 2 kali pengujian CFA dengan total 1 item yang di drop yaitu item 24 karena item 24 memiliki korelasi lebih dari 4. Nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t 1.96 atau t -1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 4. Artinya, ke 11 item merupakan item yang valid untuk mengukur subjective well-being dimensi kognitif berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.2 Uji validitas item dukungan sosial