C. Pembahasan
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pembelajaran dalam kedua siklus ini menggunakan Kompetensi Dasar KD
yang sama yaitu KD.4.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Peneliti memilih KD tersebut dikarenakan
berdasarkan pada penelitian, prestasi belajar siswa dalam menghitung volume bangun ruang kubus dan balok sangat rendah. Disamping itu, peneliti juga
mengamati permasalahan pada tingkat keminatan siswa terhadap pelajaran matematika juga rendah. Kurangnya minat siswa dalam belajar tersebut
diperkirakan menjadi permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, selain peneliti meakukan penelitian terhadap prestasi belajar
siswa, peneliti juga melakukan penelitian terhadap minat siswa. Pada permasalahan ini, peneliti menggunakan pendekatan PMRI yang berdasarkan
teori-teori dan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat siswa yang
nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Seperti pada yang telah dibahas oleh peneliti
sebelumnya, pendekatan PMRI memiliki 5 karakteristik yang pada penelitian ini diterapkan oleh peneliti ketika mengadakan penelitian. 5 karakteristik
tersebut antara lain : Penggunaan konteks, Penggunaan model untuk matematisasi progresif, Pemanfaatan hasil konstruksi siswa, Interaktivitas,
Keterkaitan.
1. Pelaksanaan Siklus I
a Siklus I pertemuan 1 Pada siklus I, peneliti telah melakaukan perencanaan
pelaksanaan tindakan kelas dengan menyiapkan segala perangkat seperti silabis, RPP, bahan ajar, media, lembar evaluasi serta lembar
kuisioner. Perencanaan tersebut dilakukan agar peneliti tidak kewalahan dan tidak kekurangan waktu dalam pelaksanaan penelitian.
Setelah melakukan perencanaan dan persiapan yang matang, peneliti lalu melakuakan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Plaosan 1
dengan peneliti langsung sebagai pelaksana tindakan. Pelaksanaan tingakan kelas dilakukan dalam 2 kali pertemuan pada siklus yang
pertama ini dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran setiap pertemuan, sehingga total alokasi waktu pada siklus I adalah 4 jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan kelas, penelti melakukan tes untuk melihat perkembangan siswa dalam pencapaian prestasi belajar serta
peningkatan minat dalam proses belajar di akhir siklus. Pada pertemuan pertama di siklus I, peneliti mengajarkan
siswa mengenai volume kubus. Siswa diajak untuk dapat menemukan rumus volume kubus tersebut dengan mengidentifikasi sifat-sifat dari
bangun ruang kubus. Pada pertemuan pertama ini, media kubus telah disediakan oleh peneliti berupa bangun kubus yang dibuat dari
potongan sterofoam. Sebelum masuk pada kegiatan selanjutnya, peneliti melakukan apresepsi dengan menggali pengetahuan siswa
mengenai bangun berbentuk kubus yang ada di lingkungan sekitar
mereka. Adapun proses diskusi dilakukan secara berkelompok, agar siswa menjadi lebih interaktif dengan kawan, dan juga dengan
memberikan sebuah permasalahan pada sebuah kelompok, akan menimbulkan minat untuk memecahkan masalah tersebut secara
berkelompok. Siswa diminta melakukan presentasi sesuai hasil diskusi mereka dalam kelompok. Siswa yang maju untuk
mempresentasikan nampak mampu menyampaikan hasil diskusi mereka dengan baik. Namun, ada beberapa kekeliruan dan langsung
dilakukan pembenaran serta perbaikan dari peneliti selaku guru. Penelitian di pertemuan pertama ini diakhiri dengan memberikan soal
latihan kepada siswa untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah disampaikan. Tidak lupa, peneliti
meminta siswa untuk membawa benda yang ada dilingkungan mereka yang memiliki bentuk sama seperti balok untuk dibawa pada
pertemuan berikutnya. Pada pertemuan pertama pada siklus I ini, 5 karakteristik
PMRI terdapat pada beberapa kegiatan. Karakteristik pertama, yaitu penggunaan konteks tertuang pada kegiatan ketika siswa diajak untuk
melihat sekitar lingkungan mereka untuk menemukan atau paling tidak mereka dapat menyebutkan benda-benda di sekitat mereka yang
berbentuk kubus. Peneliti menggunakan konteks lingkungan untuk dapat membangun pengetahuan dasar dari siswa untuk dapat masuk
pada tahap yang selanjutnya. Karakteristik yang kedua yaitu penggunaan model. Penggunaan model yang dimaksudkan disini
adalah penggunaan model berupa media yang bertujuan untuk membantu siswa memperkuat pengetahuan matematika mereka.
Karakteristik yang kedua ini dilakukan peneliti pada kegiatan ketika siswa diberikan media kubus satuan yang telah disediakan peneliti.
Kubus satuan ini bertujuan agar siswa dapat mengamati sifat-sifat dari bangun kubus seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Karakteristik PMRI yang ketiga adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa yang mana karakteristik ini terdapat pada kegiatan
ketika siswa berdiskusi dan menyusun kubus satuan yang dibagikan menjadi bangun kubus yang memiliki ukuran lebih besar. Siswa
diminta untuk dapat menyusun sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah yang dimaksudkan adalah menemukan sifat-
sifat dari bangun kubus serta menemukan volume dari bangun kubus tersebut. Karakteristik yang keempat yaitu interaktifitas. Karakteristik
ini jelas menunjuk pada interksi siswa atau kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi atau mengkomunikasikan pemahaman mereka.
Interaktivitas ini dapat ditemukan ketika siswa melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok. Selain itu, karakteristik terlihat ketika siswa
diminta untuk melakukan presentasi di depan kelas hasil diskusi dengan kelompok sesuai dengan yang mereka pahami. Karakteristik
yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini terlihat pada kegiatan siswa melakukan kegiatan akhir yaitu perbaikan bersama
dengan guru. Keterkaitan ini merujuk lebih kepada penyamaan konsep pemikiran bersama antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya. Oleh karena itu, pada siklus I pertemuan yang pertama ini telah melibatkan seluruh karakteristik PMRI.
b Siklus I pertemuan 2 Pada pertemuan kedua di siklus I, peneliti akan lebih berfokus
pada penyelesaian masalah penghtungan volume kubus dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pada pertemuan sebelumnya
peneliti meminta siswa untuk membawa benda-benda yang ada disekitar lingkungan siswa yang berbentuk kubus. Tujuanya adalah
setiap siswa akan diminta untuk menghitung volume dari benda yang mereka bawa tersebut. Namun sebelum mulai menghitung, kembali
peneliti selaku guru menguatkan pemahaman siswa mengenai rumus volume kubus tersebut agas siswa mampu menyelesaikan
permasalahan yang mereka hadapi. Siswa dibentuk dalam kelompok, dan siswa dapat saling berdiskusi untuk dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Peneliti mengamati mereka menunjukkan perasaan senang ketika mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Secara tidak
langsung, siswa terlihat berminat dalam pembelajaran ini, karena salah satu dari indikator minat adalah menunjukkan perasaan senang.
Setelah siswa mampu menghitung volume benda kubus yang mereka bawa, salah satu siswa dalam kelompok mewakili temannya dalam
melakukan presentasi. Siswa mampu menunjukkan hasil yang baik ketika melakukan
presentasi. Ini artinya,
peneliti mampu
meningkatkan minat belajar mereka. Diakhir pertemuan kedua di siklus I ini, peneliti melakukan tes evaluasi untuk dapat melihat
perkembangan prestasi belajar siswa. Selain melakukan tes evaluasi, peneliti juga menyebarkan kuisioner untuk melihat peningkatan minat
belajar siswa. Pada pertemuan kedua di siklus I ini, peneliti menerapkan 5
karakteristik PMRI pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pertemuan yang kedua ini. Karakteristik yang pertama yaitu
penggunaan konteks, peneliti mengangkat pemahaman siswa mengenai sifat-sifat bangun kubus yang lebih dikaitkan lebih banyak
pada benda-benda sekitar yang ada dilingkungan mereka yang berbentuk bangun kubus. Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh
benda langsung dengan pemahaman yang mereka miliki mengenai benda kubus. Karakteristik yang kedua yaitu penggunaan model untuk
matematisasi progresif. Karakteristik ini tentunya sangat terlihat pada siswa ketika mereka membawa dan menggunakan benda yang mereka
bawa. Tentunya benda tersebut merupakan contoh benda dengan bentuk kubus. Model yang dimaksudkan lebih merujuk kepada cara
siswa untuk menggunakan benda tersebut untuk dikaitkan atau dihubungkan dengan pelajaran matematika. Tujuannya agar siswa
mampu berfikir secara logis dan kritis. Karakteristik PMRI yang ketiga adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Pemanfaatan hasil
disini adalah siswa mampu secara terampil menggunakan benda atau media yang bawa untuk dapat dibangun menjadi sebuah konsep
pemahaman dasar pada bidang atau materi matematika tentang bangun kubus ini. Harapannya adalah menjadikan siswa mencadi
terampil, kreativ dan inovatif. Karakteristik yang keempat yaitu interaktifitas. Interaktifitas tentunya berkaitan dengan bagaimana
siswa mampu mengkomunikasikan hasil diskusi atau pemahaman mereka kepada siswa atau orang lain sesuai dengan apa yang mereka
kuasai. Karakteristik PMRI yang terakhir yaitu keterkaitan. Pada pertemuan ini, karakteristik ini dapat dirasakan pada kegiatan akhir
yaitu ketika siswa mampu menerima atau menyamakan pemahaman mereka antara satu sama lain. Dengan ini, terlihat bahwa 5
karakteristik pada PMRI telah diterapkan oleh peneliti pada siklus I pertemuan yang kedua ini. Keterkaitan bukan hanya mengenai
penyamaan pemahaman antara satu sama lain, melainkan membangun pemahaman siswa secara bersamaan dari beberapa materi terkait
seperti penghitungan volume yang dapat dilihat pada gambar.
Gambar 4.6 Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Setelah dilakukan tes evaluasi, peneliti mendapatkan hasil bahwa prestasi belajar siswa nampak meningkat dibandingkan kondisi
awal. Peningkatan ini cukup signifikan namun belum mampu mencapai target yang diinginkan oleh peneliti. Pada kondisi awal,
presentase siswa yang mencapai KKM hanya sejumlah 19,04. Diakhir siklus I, peneliti mampu mengangkat presentase siswa yang
mencapai KKM menjadi 66,6. Disamping prestasi belajar siswa yang belum mencapai target, minat siswa juga belum mencapai target
yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti mampu mengangkat minat siswa yang semula memiliki presentase sebesar 45,5 di akhir siklus
I mencapai 63,3, namun peningkatan ini jua belum mampu mecapai target yang ditetapkan peneliti yatu sebesar 65. Hal ini yang
menjadi dasar bahwa peneliti akan melanjutkan penelitian siklus ke II. Sebelum melakukan penelitian di siklus ke II, peneliti kembali
melakukan persiapan dan melakukan refleksi serta perbaikan dari penelitian siklus I. Peneliti melakukan perbaikan terutama pada
pembagian kelompok serta siswa yang melakukan presentasi. Pada siklus I, pembagian kelompok dilakukan secara bebas sehingga siswa
yang mampu dalam bidang pelajaran berkumpul menjadi satu kelompok, dan siswa yang kurang mampu berkumpul menjadi satu
kelompok. Pada siklus ke II ini, peneliti akan menentukan sendiri anggota setiap kelompok, serta membagi antara siwa yang mampu
dan kurang mampu dalam bidang pelajaran menjadi sama rata. Selain pembagian kelompok, peneliti akan memilih siswa yang dirasa kurang
mampu dalam bidang pelajaran untuk melakukan presentasi, tujuannya agar siswa yang kurang menjadi lebih bersemangat dan
menjadi dorongan untuk mau mempelajari materi lebih giat lagi. 2. Pelaksanaan Siklus II
a Siklus II peremuan 2
Pelaksanaan penelitian siklus ke II pada pertemuan yang pertama ini membahas mengenai volume bangun balok. Siswa
dibangun lagi pemahamannya mengenai bangun balok sesuai dengan yang ada di lingkungan sekitar mereka. Siswa mampu menyebutkan
contoh-contoh benda yang berbentuk balok. Pertemuan pertama di siklus yang ke II ini, peneliti meminta siswa untuk membentuk
bangun balok dari kubus satuan yang telah disediakan peneliti. Tujuannya adalah, agar siswa mampu mengidentifikasi kesamaan
maupun perbedaan yang ada pada kedua bangun tersebut. Kegiatan ini dilakukan siswa secara berkelompok sesuai dengan instruksi yang
diberikan oleh peneliti. Muara tujuan kegiatan ini adalah agar siswa mampu mengetahui rumus dari volume balok. Setelah beberapa waktu
peneliti memberikan waktu untuk berdiskusi, peneliti meminta perwakilan siswa dari setiap kelompok yaitu siswa yang dirasa
pemahamannya masih kurang untuk melakukan presentasi sesuai hasil diskusi yang telah dilakukan. Hasilnya, siswa yang diminta maju oleh
peneliti mampu mengungkapkan hasil diskusi walaupun dengan sedikit bantuan dari peneliti selaku guru. Diakhir pertemuan ini,
peneliti melakukan latihan untuk dapat melatih pemahaman siswa
mengenai volume balok. Peneliti juga meminta siswa untuk membawa benda yang ada disekitar lingkungan siswa yang berbentuk
balok untuk dibawa pada pertemuan berikutnya. Pada siklus I pertemuan yang pertama ini, peneliti tentunya
tetap memasukkan seluruh karakteristik PMRI untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran. Karakteristik pertama yaitu penggunaan
konteks terdapat pada awal kegiatan pembelajaran. Peneliti tetap menggunakan konteks dunia nyata yaitu keadaan sekitar untuk
memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Peneliti mengajak siswa untuk melihat benda sekitar yang berbentuk balok
untuk menggali pemahaman mereka. Dengan memeberikan konteks, siswa mampu berpukir lebih cepat karena jelas apa yang menjadi
tujuan pikiran mereka. Karakteristik yang kedua adalah penggunaan model untuk matematisasi progresif. Penggunaan model pada
pertemuan ini adalah bagaimana siswa mampu mentransformasi atau memindahkan hasil pengamatan mereka pada lingkungan sekitar
menuju konsep matematika mengenai bangun ruang terutama bangun balok. Siswa mencoba menggambar bangun balok berdasarkan sifat-
sifat dari bangun balok tersebut. Karakteristik PMRI yang ketiga, terdapat pada kegiatan siswa yang menggunakan bangun kubus satuan
menjadi sebuah bangun balok. Dibutuhkan kreativitas siswa untk berpikir sedemikian rupa agar mampu menyusun bangun kubus
satuan menjadi bangun balok. Karakteristik yang ketiga ini dapat diliat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Interaktivitas atau karakteristik PMRI yang ketiga dapat dirasakan pada setiap pertemuan, yaitu bagaimana siswa mampu
mengkomunikasikan hasil pemahaman mereka pada diskusi kepada siswa lain dengan menggunakan kalimat mereka sendiri. Dengan
mengkomunikasikan sesuatu, diharapkan siswa terbiasa untuk menyelesaikan
masalah yang
dihadapi, pada
bahasan ini
menyelesaikan masalah yang dimaksud berhubungan dengan penyelesaian
soal-soal yang
berkaitan dengan
matematika. Interaktifitas pada pertemuan ini dapat dilihat pada gambar 4.8
dibawah yang menunjukkan jalannya presentasi dari siswa.
Gambar 4.8 Interaktifitas dalam kegiatan presentasi siswa
Karakteristik yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini dapat dirasakan ketika siswa membentuk bangun balok dari kubus
satuan. Mereka diharapkan dapat mengkaitkan hubungan antara
bangun kubus dengan bangun balok dengan melihat sifat bangun, persamaan dan perbendaan bangun. Dengan ini, peneliti telah
menerapkan 5 karakteristik pada PMRI. Pada pertemuan kedua di siklus II ini, peneliti akan berfokus
pada penyelesaian masalah untuk mencari volume bangun balok yang ada dilingkungan siswa. Peneliti menguatkan kembali ingatan siswa
mengenai rumus volume balok yang sudah dicari siswa pada pertemuan sebelumnya. Lalu, siswa dibentuk dalam kelompok sesuai
dengan instruksi peneliti. Peneliti meminta siswa untuk menghitung volume benda berbentuk balok yang telah dibawa oleh setiap siswa.
Siswa nampak lebih bersemangat dan hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang semakin aktif dan semakin menunjukkan rasa senang
dalam melakukan kegiatan ini. Peneliti juga bersusaha untuk membuat proses pembelajaran lebih santai agar siswa juga tidak
gugup dalam mengerjakan. Setelah kegiatan diskusi dilakukan, peneliti menunjuk siswa perwakilan dari setiap kelompok untuk
melakukan presentasi. Peneliti kembali meminta siswa yang dirasa belum mampu dalam bidang pelajaran untuk melakukan presentasi.
Pada kesempatan ini, mereka lebih dapat mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan lebih lancar, meskipun ada beberapa bagian yang
dibantu oleh peneliti. Diakhir penelitian pertemuan kedua di siklus II ini, peneliti kembali mengadakan tes evaluasi untuk melihat
peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Selain melakukan tes evaluasi, peneliti juga menyebarkan kuisioner minat untuk dapat
melihat peningkatan minat yang dicapai oleh siswa. Pada pertemuan kedua di siklus yang kedua ini, peneliti melaksanakan kegiatan
berdasarkan 5 karakteristik dari PMRI. Karakteristik PMRI yang pertama yaitu penggunaan konteks terdapat pada awal kegiatan yaitu
membangun pengetahuan siswa yang didasarkan pada konteks dunia nyata. Siswa diminta untuk mengamati lingkungan sekitar serta
menunjukkan benda yang berbentuk balok sesuai dengan yang dibawa oleh masing-masing siswa. Adapun bukti nyata dari karakteristik
PMRI yang pertama ini dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 4.9 Penggunaan konteks “Dunia nyata” sebagai karakteristik PMRI
Selain penggunaan konteks, karakteristik yang kedua adalah pemanfaatan model untuk matematisasi progresif. Yang dimaksud
pemanfaatan model pada pertemuan yang kedua ini adalah membentuk pemikiran siswa untuk menghubungkan pemahaman
siswa dari benda nyata yang berbentuk balok dengan bangun balok yang matematis. Karakteristik yang selanjutnya adalah pemanfaatan
hasil konstruksi siswa. Karakteristik ini dapat ditemukan pada kegiatan siswa berdiskusi dalam kelompok untuk dapat memecahkan
masalah atau menjawab persoalan dari hal yang mereka hadapi berkaitan dengan materi bangun balok ini. Karakteristik selanjutnya
adalah interaktivitas. Karakteristik ini dapat ditemukan pada kegiatan siswa ketika mereka melakukan presentasi di depan kelas mengenai
hasil diskusi mereka didalam kelompok. Siswa harus mampu mengkomunikasikan hasil diskusi mereka sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri. Dan karakteristik yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini dapat dirasakan pada kegiatan akhir, yaitu penguatan
dari guru. Penguatan ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman mereka mengenai materi balok serta hubungan antara kubus dan balok
bila dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ini, peneliti telah menerapkan 5 karakteristik PMRI pada pelaksanaan penelitian
pertemuan kedua di siklus I ini. Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti selama melakukan penelitian,
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Siswa mampu meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal siswa
yang mencapai target diatas KKM sejumlah 19,04 menjadi 66,6 di akhir siklus I. Lalu peningkatan ini berlanjut pada siklus II, siswa mampu meningkatkan
prestasi belajar menjadi 86,6 siswa yang mencapai nilai diatas KKM. Peningkatan prestasi belajar ini diikuti oleh peningkatan minat siswa dalam
pembelajaran. Presentase minat siswa pada kondisi awal berada pada angka 45,5 mampu ditingkatkan oleh peneliti pada siklus I menjadi 63,3. Oleh
karena target minat yang ditetapkan oleh peneliti belum tercapai, maka peneliti melakukan siklus II untuk meningkatkan minat siswa, dan hasilnya persentase
minat siswa meningkat menjadi 86,6. Apabila data pada tabel tersebut disajikan dalam bentuk grafik, hasil peningkatan dari penelitian dapat dilihat pada gambar
4.10.
Gambar 4.10 Grafik peningkatan minat siswa
Pada grafik 4.10 dapat dilihat dengan jelas bahwa minat siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya meskipun tidak drastis. Hal ini
menujukkan bahwa peneliti telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Selain
peningkatan minat, peningkatan hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hal tersbut dapat dilihat pada gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik peningkatan prestasi belajar siswa
Dari grafik 4.11, terlihat bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI peneliti mampu meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran
matematika. Hal tersebut dibuktikan pada peningkatan grafik yang terlihat meningkat pada setiap siklusnya. Dengan seluruh data yang telah terkumpul,
peningkatan minat dan prestasi belajar siswa di kelas V SDN Plaosan 1 dapat digambarkan pada grafik-grafik yang telah tersaji.
BAB V PENUTUP