Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pembelajaran dalam kedua siklus ini menggunakan Kompetensi Dasar KD yang sama yaitu KD.4.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Peneliti memilih KD tersebut dikarenakan berdasarkan pada penelitian, prestasi belajar siswa dalam menghitung volume bangun ruang kubus dan balok sangat rendah. Disamping itu, peneliti juga mengamati permasalahan pada tingkat keminatan siswa terhadap pelajaran matematika juga rendah. Kurangnya minat siswa dalam belajar tersebut diperkirakan menjadi permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, selain peneliti meakukan penelitian terhadap prestasi belajar siswa, peneliti juga melakukan penelitian terhadap minat siswa. Pada permasalahan ini, peneliti menggunakan pendekatan PMRI yang berdasarkan teori-teori dan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat siswa yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Seperti pada yang telah dibahas oleh peneliti sebelumnya, pendekatan PMRI memiliki 5 karakteristik yang pada penelitian ini diterapkan oleh peneliti ketika mengadakan penelitian. 5 karakteristik tersebut antara lain : Penggunaan konteks, Penggunaan model untuk matematisasi progresif, Pemanfaatan hasil konstruksi siswa, Interaktivitas, Keterkaitan. 1. Pelaksanaan Siklus I a Siklus I pertemuan 1 Pada siklus I, peneliti telah melakaukan perencanaan pelaksanaan tindakan kelas dengan menyiapkan segala perangkat seperti silabis, RPP, bahan ajar, media, lembar evaluasi serta lembar kuisioner. Perencanaan tersebut dilakukan agar peneliti tidak kewalahan dan tidak kekurangan waktu dalam pelaksanaan penelitian. Setelah melakukan perencanaan dan persiapan yang matang, peneliti lalu melakuakan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Plaosan 1 dengan peneliti langsung sebagai pelaksana tindakan. Pelaksanaan tingakan kelas dilakukan dalam 2 kali pertemuan pada siklus yang pertama ini dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran setiap pertemuan, sehingga total alokasi waktu pada siklus I adalah 4 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan kelas, penelti melakukan tes untuk melihat perkembangan siswa dalam pencapaian prestasi belajar serta peningkatan minat dalam proses belajar di akhir siklus. Pada pertemuan pertama di siklus I, peneliti mengajarkan siswa mengenai volume kubus. Siswa diajak untuk dapat menemukan rumus volume kubus tersebut dengan mengidentifikasi sifat-sifat dari bangun ruang kubus. Pada pertemuan pertama ini, media kubus telah disediakan oleh peneliti berupa bangun kubus yang dibuat dari potongan sterofoam. Sebelum masuk pada kegiatan selanjutnya, peneliti melakukan apresepsi dengan menggali pengetahuan siswa mengenai bangun berbentuk kubus yang ada di lingkungan sekitar mereka. Adapun proses diskusi dilakukan secara berkelompok, agar siswa menjadi lebih interaktif dengan kawan, dan juga dengan memberikan sebuah permasalahan pada sebuah kelompok, akan menimbulkan minat untuk memecahkan masalah tersebut secara berkelompok. Siswa diminta melakukan presentasi sesuai hasil diskusi mereka dalam kelompok. Siswa yang maju untuk mempresentasikan nampak mampu menyampaikan hasil diskusi mereka dengan baik. Namun, ada beberapa kekeliruan dan langsung dilakukan pembenaran serta perbaikan dari peneliti selaku guru. Penelitian di pertemuan pertama ini diakhiri dengan memberikan soal latihan kepada siswa untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah disampaikan. Tidak lupa, peneliti meminta siswa untuk membawa benda yang ada dilingkungan mereka yang memiliki bentuk sama seperti balok untuk dibawa pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan pertama pada siklus I ini, 5 karakteristik PMRI terdapat pada beberapa kegiatan. Karakteristik pertama, yaitu penggunaan konteks tertuang pada kegiatan ketika siswa diajak untuk melihat sekitar lingkungan mereka untuk menemukan atau paling tidak mereka dapat menyebutkan benda-benda di sekitat mereka yang berbentuk kubus. Peneliti menggunakan konteks lingkungan untuk dapat membangun pengetahuan dasar dari siswa untuk dapat masuk pada tahap yang selanjutnya. Karakteristik yang kedua yaitu penggunaan model. Penggunaan model yang dimaksudkan disini adalah penggunaan model berupa media yang bertujuan untuk membantu siswa memperkuat pengetahuan matematika mereka. Karakteristik yang kedua ini dilakukan peneliti pada kegiatan ketika siswa diberikan media kubus satuan yang telah disediakan peneliti. Kubus satuan ini bertujuan agar siswa dapat mengamati sifat-sifat dari bangun kubus seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5 Penggunaan model untuk matematisasi progresif Karakteristik PMRI yang ketiga adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa yang mana karakteristik ini terdapat pada kegiatan ketika siswa berdiskusi dan menyusun kubus satuan yang dibagikan menjadi bangun kubus yang memiliki ukuran lebih besar. Siswa diminta untuk dapat menyusun sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah yang dimaksudkan adalah menemukan sifat- sifat dari bangun kubus serta menemukan volume dari bangun kubus tersebut. Karakteristik yang keempat yaitu interaktifitas. Karakteristik ini jelas menunjuk pada interksi siswa atau kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi atau mengkomunikasikan pemahaman mereka. Interaktivitas ini dapat ditemukan ketika siswa melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok. Selain itu, karakteristik terlihat ketika siswa diminta untuk melakukan presentasi di depan kelas hasil diskusi dengan kelompok sesuai dengan yang mereka pahami. Karakteristik yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini terlihat pada kegiatan siswa melakukan kegiatan akhir yaitu perbaikan bersama dengan guru. Keterkaitan ini merujuk lebih kepada penyamaan konsep pemikiran bersama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, pada siklus I pertemuan yang pertama ini telah melibatkan seluruh karakteristik PMRI. b Siklus I pertemuan 2 Pada pertemuan kedua di siklus I, peneliti akan lebih berfokus pada penyelesaian masalah penghtungan volume kubus dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pada pertemuan sebelumnya peneliti meminta siswa untuk membawa benda-benda yang ada disekitar lingkungan siswa yang berbentuk kubus. Tujuanya adalah setiap siswa akan diminta untuk menghitung volume dari benda yang mereka bawa tersebut. Namun sebelum mulai menghitung, kembali peneliti selaku guru menguatkan pemahaman siswa mengenai rumus volume kubus tersebut agas siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Siswa dibentuk dalam kelompok, dan siswa dapat saling berdiskusi untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Peneliti mengamati mereka menunjukkan perasaan senang ketika mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Secara tidak langsung, siswa terlihat berminat dalam pembelajaran ini, karena salah satu dari indikator minat adalah menunjukkan perasaan senang. Setelah siswa mampu menghitung volume benda kubus yang mereka bawa, salah satu siswa dalam kelompok mewakili temannya dalam melakukan presentasi. Siswa mampu menunjukkan hasil yang baik ketika melakukan presentasi. Ini artinya, peneliti mampu meningkatkan minat belajar mereka. Diakhir pertemuan kedua di siklus I ini, peneliti melakukan tes evaluasi untuk dapat melihat perkembangan prestasi belajar siswa. Selain melakukan tes evaluasi, peneliti juga menyebarkan kuisioner untuk melihat peningkatan minat belajar siswa. Pada pertemuan kedua di siklus I ini, peneliti menerapkan 5 karakteristik PMRI pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pertemuan yang kedua ini. Karakteristik yang pertama yaitu penggunaan konteks, peneliti mengangkat pemahaman siswa mengenai sifat-sifat bangun kubus yang lebih dikaitkan lebih banyak pada benda-benda sekitar yang ada dilingkungan mereka yang berbentuk bangun kubus. Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh benda langsung dengan pemahaman yang mereka miliki mengenai benda kubus. Karakteristik yang kedua yaitu penggunaan model untuk matematisasi progresif. Karakteristik ini tentunya sangat terlihat pada siswa ketika mereka membawa dan menggunakan benda yang mereka bawa. Tentunya benda tersebut merupakan contoh benda dengan bentuk kubus. Model yang dimaksudkan lebih merujuk kepada cara siswa untuk menggunakan benda tersebut untuk dikaitkan atau dihubungkan dengan pelajaran matematika. Tujuannya agar siswa mampu berfikir secara logis dan kritis. Karakteristik PMRI yang ketiga adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Pemanfaatan hasil disini adalah siswa mampu secara terampil menggunakan benda atau media yang bawa untuk dapat dibangun menjadi sebuah konsep pemahaman dasar pada bidang atau materi matematika tentang bangun kubus ini. Harapannya adalah menjadikan siswa mencadi terampil, kreativ dan inovatif. Karakteristik yang keempat yaitu interaktifitas. Interaktifitas tentunya berkaitan dengan bagaimana siswa mampu mengkomunikasikan hasil diskusi atau pemahaman mereka kepada siswa atau orang lain sesuai dengan apa yang mereka kuasai. Karakteristik PMRI yang terakhir yaitu keterkaitan. Pada pertemuan ini, karakteristik ini dapat dirasakan pada kegiatan akhir yaitu ketika siswa mampu menerima atau menyamakan pemahaman mereka antara satu sama lain. Dengan ini, terlihat bahwa 5 karakteristik pada PMRI telah diterapkan oleh peneliti pada siklus I pertemuan yang kedua ini. Keterkaitan bukan hanya mengenai penyamaan pemahaman antara satu sama lain, melainkan membangun pemahaman siswa secara bersamaan dari beberapa materi terkait seperti penghitungan volume yang dapat dilihat pada gambar. Gambar 4.6 Penggunaan model untuk matematisasi progresif Setelah dilakukan tes evaluasi, peneliti mendapatkan hasil bahwa prestasi belajar siswa nampak meningkat dibandingkan kondisi awal. Peningkatan ini cukup signifikan namun belum mampu mencapai target yang diinginkan oleh peneliti. Pada kondisi awal, presentase siswa yang mencapai KKM hanya sejumlah 19,04. Diakhir siklus I, peneliti mampu mengangkat presentase siswa yang mencapai KKM menjadi 66,6. Disamping prestasi belajar siswa yang belum mencapai target, minat siswa juga belum mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti mampu mengangkat minat siswa yang semula memiliki presentase sebesar 45,5 di akhir siklus I mencapai 63,3, namun peningkatan ini jua belum mampu mecapai target yang ditetapkan peneliti yatu sebesar 65. Hal ini yang menjadi dasar bahwa peneliti akan melanjutkan penelitian siklus ke II. Sebelum melakukan penelitian di siklus ke II, peneliti kembali melakukan persiapan dan melakukan refleksi serta perbaikan dari penelitian siklus I. Peneliti melakukan perbaikan terutama pada pembagian kelompok serta siswa yang melakukan presentasi. Pada siklus I, pembagian kelompok dilakukan secara bebas sehingga siswa yang mampu dalam bidang pelajaran berkumpul menjadi satu kelompok, dan siswa yang kurang mampu berkumpul menjadi satu kelompok. Pada siklus ke II ini, peneliti akan menentukan sendiri anggota setiap kelompok, serta membagi antara siwa yang mampu dan kurang mampu dalam bidang pelajaran menjadi sama rata. Selain pembagian kelompok, peneliti akan memilih siswa yang dirasa kurang mampu dalam bidang pelajaran untuk melakukan presentasi, tujuannya agar siswa yang kurang menjadi lebih bersemangat dan menjadi dorongan untuk mau mempelajari materi lebih giat lagi. 2. Pelaksanaan Siklus II a Siklus II peremuan 2 Pelaksanaan penelitian siklus ke II pada pertemuan yang pertama ini membahas mengenai volume bangun balok. Siswa dibangun lagi pemahamannya mengenai bangun balok sesuai dengan yang ada di lingkungan sekitar mereka. Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh benda yang berbentuk balok. Pertemuan pertama di siklus yang ke II ini, peneliti meminta siswa untuk membentuk bangun balok dari kubus satuan yang telah disediakan peneliti. Tujuannya adalah, agar siswa mampu mengidentifikasi kesamaan maupun perbedaan yang ada pada kedua bangun tersebut. Kegiatan ini dilakukan siswa secara berkelompok sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh peneliti. Muara tujuan kegiatan ini adalah agar siswa mampu mengetahui rumus dari volume balok. Setelah beberapa waktu peneliti memberikan waktu untuk berdiskusi, peneliti meminta perwakilan siswa dari setiap kelompok yaitu siswa yang dirasa pemahamannya masih kurang untuk melakukan presentasi sesuai hasil diskusi yang telah dilakukan. Hasilnya, siswa yang diminta maju oleh peneliti mampu mengungkapkan hasil diskusi walaupun dengan sedikit bantuan dari peneliti selaku guru. Diakhir pertemuan ini, peneliti melakukan latihan untuk dapat melatih pemahaman siswa mengenai volume balok. Peneliti juga meminta siswa untuk membawa benda yang ada disekitar lingkungan siswa yang berbentuk balok untuk dibawa pada pertemuan berikutnya. Pada siklus I pertemuan yang pertama ini, peneliti tentunya tetap memasukkan seluruh karakteristik PMRI untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran. Karakteristik pertama yaitu penggunaan konteks terdapat pada awal kegiatan pembelajaran. Peneliti tetap menggunakan konteks dunia nyata yaitu keadaan sekitar untuk memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Peneliti mengajak siswa untuk melihat benda sekitar yang berbentuk balok untuk menggali pemahaman mereka. Dengan memeberikan konteks, siswa mampu berpukir lebih cepat karena jelas apa yang menjadi tujuan pikiran mereka. Karakteristik yang kedua adalah penggunaan model untuk matematisasi progresif. Penggunaan model pada pertemuan ini adalah bagaimana siswa mampu mentransformasi atau memindahkan hasil pengamatan mereka pada lingkungan sekitar menuju konsep matematika mengenai bangun ruang terutama bangun balok. Siswa mencoba menggambar bangun balok berdasarkan sifat- sifat dari bangun balok tersebut. Karakteristik PMRI yang ketiga, terdapat pada kegiatan siswa yang menggunakan bangun kubus satuan menjadi sebuah bangun balok. Dibutuhkan kreativitas siswa untk berpikir sedemikian rupa agar mampu menyusun bangun kubus satuan menjadi bangun balok. Karakteristik yang ketiga ini dapat diliat pada gambar 4.7. Gambar 4.7 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Interaktivitas atau karakteristik PMRI yang ketiga dapat dirasakan pada setiap pertemuan, yaitu bagaimana siswa mampu mengkomunikasikan hasil pemahaman mereka pada diskusi kepada siswa lain dengan menggunakan kalimat mereka sendiri. Dengan mengkomunikasikan sesuatu, diharapkan siswa terbiasa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, pada bahasan ini menyelesaikan masalah yang dimaksud berhubungan dengan penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan matematika. Interaktifitas pada pertemuan ini dapat dilihat pada gambar 4.8 dibawah yang menunjukkan jalannya presentasi dari siswa. Gambar 4.8 Interaktifitas dalam kegiatan presentasi siswa Karakteristik yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini dapat dirasakan ketika siswa membentuk bangun balok dari kubus satuan. Mereka diharapkan dapat mengkaitkan hubungan antara bangun kubus dengan bangun balok dengan melihat sifat bangun, persamaan dan perbendaan bangun. Dengan ini, peneliti telah menerapkan 5 karakteristik pada PMRI. Pada pertemuan kedua di siklus II ini, peneliti akan berfokus pada penyelesaian masalah untuk mencari volume bangun balok yang ada dilingkungan siswa. Peneliti menguatkan kembali ingatan siswa mengenai rumus volume balok yang sudah dicari siswa pada pertemuan sebelumnya. Lalu, siswa dibentuk dalam kelompok sesuai dengan instruksi peneliti. Peneliti meminta siswa untuk menghitung volume benda berbentuk balok yang telah dibawa oleh setiap siswa. Siswa nampak lebih bersemangat dan hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang semakin aktif dan semakin menunjukkan rasa senang dalam melakukan kegiatan ini. Peneliti juga bersusaha untuk membuat proses pembelajaran lebih santai agar siswa juga tidak gugup dalam mengerjakan. Setelah kegiatan diskusi dilakukan, peneliti menunjuk siswa perwakilan dari setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Peneliti kembali meminta siswa yang dirasa belum mampu dalam bidang pelajaran untuk melakukan presentasi. Pada kesempatan ini, mereka lebih dapat mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan lebih lancar, meskipun ada beberapa bagian yang dibantu oleh peneliti. Diakhir penelitian pertemuan kedua di siklus II ini, peneliti kembali mengadakan tes evaluasi untuk melihat peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Selain melakukan tes evaluasi, peneliti juga menyebarkan kuisioner minat untuk dapat melihat peningkatan minat yang dicapai oleh siswa. Pada pertemuan kedua di siklus yang kedua ini, peneliti melaksanakan kegiatan berdasarkan 5 karakteristik dari PMRI. Karakteristik PMRI yang pertama yaitu penggunaan konteks terdapat pada awal kegiatan yaitu membangun pengetahuan siswa yang didasarkan pada konteks dunia nyata. Siswa diminta untuk mengamati lingkungan sekitar serta menunjukkan benda yang berbentuk balok sesuai dengan yang dibawa oleh masing-masing siswa. Adapun bukti nyata dari karakteristik PMRI yang pertama ini dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar 4.9 Penggunaan konteks “Dunia nyata” sebagai karakteristik PMRI Selain penggunaan konteks, karakteristik yang kedua adalah pemanfaatan model untuk matematisasi progresif. Yang dimaksud pemanfaatan model pada pertemuan yang kedua ini adalah membentuk pemikiran siswa untuk menghubungkan pemahaman siswa dari benda nyata yang berbentuk balok dengan bangun balok yang matematis. Karakteristik yang selanjutnya adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Karakteristik ini dapat ditemukan pada kegiatan siswa berdiskusi dalam kelompok untuk dapat memecahkan masalah atau menjawab persoalan dari hal yang mereka hadapi berkaitan dengan materi bangun balok ini. Karakteristik selanjutnya adalah interaktivitas. Karakteristik ini dapat ditemukan pada kegiatan siswa ketika mereka melakukan presentasi di depan kelas mengenai hasil diskusi mereka didalam kelompok. Siswa harus mampu mengkomunikasikan hasil diskusi mereka sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Dan karakteristik yang terakhir adalah keterkaitan. Karakteristik ini dapat dirasakan pada kegiatan akhir, yaitu penguatan dari guru. Penguatan ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman mereka mengenai materi balok serta hubungan antara kubus dan balok bila dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ini, peneliti telah menerapkan 5 karakteristik PMRI pada pelaksanaan penelitian pertemuan kedua di siklus I ini. Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti selama melakukan penelitian, menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Siswa mampu meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal siswa yang mencapai target diatas KKM sejumlah 19,04 menjadi 66,6 di akhir siklus I. Lalu peningkatan ini berlanjut pada siklus II, siswa mampu meningkatkan prestasi belajar menjadi 86,6 siswa yang mencapai nilai diatas KKM. Peningkatan prestasi belajar ini diikuti oleh peningkatan minat siswa dalam pembelajaran. Presentase minat siswa pada kondisi awal berada pada angka 45,5 mampu ditingkatkan oleh peneliti pada siklus I menjadi 63,3. Oleh karena target minat yang ditetapkan oleh peneliti belum tercapai, maka peneliti melakukan siklus II untuk meningkatkan minat siswa, dan hasilnya persentase minat siswa meningkat menjadi 86,6. Apabila data pada tabel tersebut disajikan dalam bentuk grafik, hasil peningkatan dari penelitian dapat dilihat pada gambar 4.10. Gambar 4.10 Grafik peningkatan minat siswa Pada grafik 4.10 dapat dilihat dengan jelas bahwa minat siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya meskipun tidak drastis. Hal ini menujukkan bahwa peneliti telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Selain peningkatan minat, peningkatan hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hal tersbut dapat dilihat pada gambar 4.11. Gambar 4.11 Grafik peningkatan prestasi belajar siswa Dari grafik 4.11, terlihat bahwa dengan menggunakan pendekatan PMRI peneliti mampu meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut dibuktikan pada peningkatan grafik yang terlihat meningkat pada setiap siklusnya. Dengan seluruh data yang telah terkumpul, peningkatan minat dan prestasi belajar siswa di kelas V SDN Plaosan 1 dapat digambarkan pada grafik-grafik yang telah tersaji.

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2.

0 0 301

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan PMRI pada mata pelajaran Matematika untuk siswa kelas II SDN Plaosan 2.

1 2 255

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

0 2 230

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas V SDN Plaosan 2.

0 0 236

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika realistik Indonesia (PMRI) pada mata pelajaran Matematika untuk siswa kelas III SDN Plaosan 2.

0 1 214

Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 1 236

Peningkatan minat dan prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI siswa kelas V semester genap SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 212

Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan PMRI - USD Repository

0 4 234

MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD KANISIUS TOTOGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

0 2 208

Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar kelas V SDN Adisucipto 1 mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI - USD Repository

0 4 271