1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di dunia pendidikan. Matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Salah
satunya pada jenjang Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar merupakan modal atau dasar bagi siswa untuk melanjutkan
pengetahuan ke tingkat berikutnya. Mata pelajaran matematika mengajarkan kita untuk dapat mengenal angka dan mengoperasikannya. Disamping itu,
mata pelajaran matematika berkaitan dengan dunia sekitar kita. Kita mampu mengukur benda yang ada di sekitar kita dengan matemaika. Bangun ruang
merupakan salah satu materi pokok matematikan yang diajarkan sejak kelas IV hingga kelas VI di jenjang sekolah dasar. Bangun ruang tersebut menjadi
sangat penting untuk dipelajari oleh siswa karena bangun ruang sangat berkaitan erat dengan kehidupan anak sehari-hari.
Benda yang dapat dilihat mengandung gambaran mengenai bangun ruang. Oleh sebab itu, maka pemahaman terhadap materi bangun ruang harus
mampu secara tuntas dikuasai oleh siswa. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa kelas V yang belum mampu memahami secara baik materi
mengenai bangun ruang. Dalam penerapan pembelajarannya sendiri terdapat banyak kekurangan, kekeliruan bahkan kesalahan yang dilakukan oleh guru
maupun siswa itu sendiri, sehingga menjadikan pencapaian tertinggi yang ingin dicapai masih belum dapat terpenuhi. Nurhidayati 2013: 42
mengutarakan bahwa belajar matematika tidak hanya cukup dengan membaca,
tetapi kita harus menyediakan tenaga yang lebih untuk memahami definisi, rumus, berlatih soal, berlatih kemampuan analisis, dan sebagainya. Disamping
itu, untuk mencapai hasil pencapaian terbaik, tentunya harus ada proses pembelajaran yang berkualitas. Proses yang dimaksudkan adalah timbal balik
antara guru dan siswa. Banyak siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu hal yang mempengaruhi semangat
siswa adalah minat siswa akan penyajian materi yang disampaikan. Terkadang guru hanya ingin mengajar secara instan tanpa memperhatikan proses
pembelajaran itu sendiri. Henry dalam Stone 78: 200 mengungkapkan bahwa dengan mengajak siswa menulis apa yang telah dipelajari dan menyataka
pengetahuan tersebut dengan kata-kata mereka sendiri, akan membantu kita untuk mengenali kesalah pahaman dan kesulitan yang ditemui oleh siswa
sebelum kita melanjutkan menuju kegiatan atau pelajaran yang selanjutnya. Jadi, sebisa mungkin guru harus dapat menumbuhkan dan membangkitkan
minat belajar dalam diri siswa. Standar KKM Kriteria Ketuntasan Minimal diperlukan untuk
mengetahui seberapa jauh hasil prestasi belajar siswa. KKM pada mata pelajaran matematika adalah 70. Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan guru wali kelas V pada tanggal 26 Mei 2015, peneliti mendapatkan informasi bahwa sekitar 80,96 dari siswa di kelas V tidak
tuntas dalam pencapaian KKM yang sudah ditetapkan. Pernyataan ini diperkuat dengan ditunjukkannya dokumen yang berisikan nilai ulangan
harian siswa materi bangun ruang. Dokumen tersebut menunjukkan kebenaran mengenai hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Guru wali kelas V
menyebutkan bahwa yang menjadi permasalahan siswa untuk memahami materi bangun ruang adalah siswa belum mampu berfikir secara abstrak
mengenai bentuk dan pemecahan masalah pada bangun ruang tersebut. Ini disebabkan karena ketika penyampaian materi memerlukan benda konkret.
Sedangkan guru hanya memberikan gambar pada papan ataupun menampilkan gambar benda tersebut. Hal ini yang menyebabkan minat siswa untuk
mempelajari materi yang disampaikan menjadi sangat kurang, sedangkan minat belajar siswa merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam pembelajaran tersebut Hermawati: 2012. Hasil dari observasi kelas yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29
Juli 2015, peneliti mencatat beberapa kegiatan siswa yang menunjukkan tingkat minat siswa pada pembelajaran matematika ini. Dari 30 orang siswa di
kelas V SD Negeri Plaosan 1 yang diamati, terdapat 8 orang anak atau 26,6 anak yang mau atau berani bertanya kepada guru. Siswa yang berani
mengacungkan tangan ada 7 orang anak atau sekitar 23,3 siswa. Adapun siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru hanya 9 orang anak atau
bila hitung dalam persen sekitar 30 siswa. Hanya sekitar 20 atau 6 orang siswa yang berani menuliskan jawaban mereka pada papan tulis di depan
kelas. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran. Hal yang siswa-siswi lakukan diantara seperti
bermalas-malasan di kelas, bermain dan ribut antar siswa. Siswa yang tidak memperhatikan ini mencapai 22 siswa, atau sekitar 73,3 dari keseluruhan
jumlah siswa. Ini menunjukkan betapa rendahnya minat yang ada pada siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 Tahun Ajaran 20142015.
Selain wawancara,
dokumen dan
observasi, peneliti
juga menyebarkankan angket pada tanggal 30 Juli 2015, Angket ini bertujuan
untuk semakin memperkuat data kondisi awal siswa berkaitan dengan minat siswa. Peneliti menyusun angket berdasarkan ciri-ciri minat siswa. Dari angket
yang telah diedarkan oleh peneliti, data yang didapat menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang menunjukkan perasaan senang berada pada angka 1,82
dari skala angka 1 sampai 5. Lalu, siswa yang berkonsentrasi dalam proses pembelajaran menunjukkan angka 1,72. Siswa yang tertarik pada materi
pembelajaran menunjukkan angka 1,82. Sedangkan siswa yang menunjukkan keikut sertaan dalam pembelajaran menunjukkan angka 1,71. Berdasarkan
data keempat indikator minat tersebut, semakin memperkuat bahwa kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Sedangkan bila dilihat dari jumlah
siswa yang mencapai kriteria cukup berminat berjumlah 5 orang siswa dari 30 siswa, atau bila dipersentasikan sekitar 16,6.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian kelas yang telah dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan minat belajar
siswa, dibutuhkan sebuah pendekatan yang menarik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sebaiknya menyenangkan karena yang menjadi
obyeknya adalah
anak-anak. Wyborney
dalam Stone
2009:28 mengungkapkan bahwa penting untuk kita bahwa dalam memandu
perkembangan siswa dengan sepenuhnya menghargai kreativitas, pengalaman dan potensi belajar bagi setiap anak. Dunia anak masih merupakan dunia
bermain. Mereka butuh pembelajaran yang menyenangkan yang mampu membuat mereka nyaman. Pembelajaran yang menyenangkan dapat diperoleh
dari bagaimana kita dapat mendekatkan diri dengan siswa agar dapat menyampaikan materi dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa. Dalam
upaya meningkatkan minat belajar siswa, kita dapat menggunakan pendekatan yang dapat membantu dan memudahkan kita dalam menyampaikan suatu
pelajaran atau informasi kepada anak. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan sebagai usaha untuk menumbuhkan minat dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran matematika adalah dengan menggunakan contoh kongkret yang ada di sekitar lingkungan siswa serta siswa dapat mengaitkan
proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi atau ditemui oleh siswa. Maka pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI dapat
digunakan untuk membantu guru pada proses pembelajaran matematika agar dapat diterima dengan mudah oleh siswa.
Dengan demikian, peneliti akan menggunakan Pendekatan PMRI untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika bagi siswa kalas V SD Negeri Plaosan 1. Dengan menggunakan Pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika dalam kompetensi dasar
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok, diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar bagi siswa kelas V
SD Negeri Plaosan 1.
B. Batasan Masalah