Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan

penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul Sunjata, 2013: 117. Peneliti menyimpulkan tujuan dari upacara tradisi “nglarung” adalah untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkanNya. Di dalam tradisi nglarung saat pelaksaan ritual sesaji juga terdapat beberapa fungsi sosial di antaranya adalah : a fungsi sebagai sarana kerukunan hidup, b fungsi sebagai kegotongroyongan, c fungsi sebagai alat pengendali atau pengawas norma-norma masyarakat yang selalu dipatuhi oleh pendukungnya, d fungsi sebagai sarana hiburan, e fungsi pelestarian tradisi, dan f fungsi sebagai pengesahan pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan masyarakat desa. 2.1.1.3.1 Tata Cara Tradisi Nglarung Tradisi “nglarung” dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Sura yaitu bulan pertama pada kalender Jawa. Tradisi tersebut berlangsung dua tahap tata cara, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara Purwadi, 2005:86.

1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan

Kegiatan yang bersifat persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum upacara tradisi “nglarung” dimulai. Pamong desa bertugas sebagai penanggung jawab acara bertugas menyiapkan tempat dan tenda untuk menampung pengunjung yang akan datang pada saat pelaksanaan tradisi “nglarung” serta menyiapkan pertunjukkan dan sebagainya. Pamong desa memimpin warga yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan untuk membersihkan dan mendirikan tenda disekitar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lingkungan pantai. Warga lain saling melakukan pemberitahuan antar sesama warga dan mengingatkan bahwa kegiatan “nglarung” sudah semakin dekat. Kemudian beberapa nelayan lain yang memiliki perahu mengecat perahu mereka yang nantinya akan digunakan untuk membawa sesaji yang akan dilarung. Masyarakat nelayan dan warga sekitar dengan sukarela menyumbang bahan-bahan sesaji, baik yang berupa hewan kurban maupun bumbu masak dan peralatan untuk keperluan upacara “nglarung”. Isi dari sesaji yang akan dilarung antara lain beras, beras ketan, kelapa, gula pasir, kopi, teh, daun sirih, tembakau, pinang, injet, gambir, ayam, kerbau, kambing, seikat kayu bakar, bunga-bunga, sayuran, dan bumbu masak. Harapan dari berbagai sesaji tersebut agar masyarakat diberikan keselamatan apabila terjadi musibah dan mencegah malapetaka yang telah terjadi agar tidak terulang kembali. Makna dari bermacam-macam sesaji tersebut akan peneliti deskripsikan sebagai berikut : 1 buah pisang sanggan, sebagai lambang raja atau ratu tertinggi yang mempunyai makna penguasa Laut Selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul 2 ambengan nasi ambeng, sebagai lambang permohonan keselamatan dari Tuhan 3 alat kecantikan dan pakaian wanita, sebagai lambang kesukaan wanita untuk berdandan yang dipersembahkan untuk Kanjeng Ratu Kidul 4 bunga, sebagai lambang permohonan keharuman 5 Kepala kerbau, sebagai lambang kebodohan yang harus dilarung agar masyarakat nelayan dijauhkan dan dihilangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dari kebodohan 6 jajanan pasar, sebagai lambang keramaian, maksudnya agar laut bisa ramai dan hasil tangkapan ikan melimpah sehingga nelayan dapat hidup sejahtera 7 nasi tumpeng, sebagai makna ucapan syukur dan pengharapan kepada Yang Maha Kuasa karena bentuk tumpeng dibuat menuju ke atas 8 sayur-sayuran dan buah-buahan pala gumantung, sebagai lambang rejeki yang ada di atas bumi agar diturunkan 9 umbi-umbian pala kependem, sebagai lambang rejeki yang ada dalam bumi agar dikeluarkan Sunjata, 2013:112-115.

2. Kegiatan-kegiatan saat Pelaksanaan Upacara “nglarung”