Sekolah berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama
dan sekolah menengah atas. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Atas termasuk dalam pendidikan menengah.
Pendidikan menengah adalah pendidikan untuk anak-anak yang berusia 13 sampai 18 tahun. Untuk umur anak SLTP biasanya berkisar antara 13-15
tahun, dan untuk anak SMA umurnya berkisar antara 16-18 tahun. Berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 1950 pasal 7 ayat 3
pendidikan menengah, diterangkan bahwa “Pendidikan dan pengajaran menengah bermaksud melanjutkan dan meluaskan pendidikan yang
diberikan di sekolah rendah untuk mengembangkan cita-cita hidup serta membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat, mendidik
tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing- masing dan kebutuhan masyarakat dan atau mempersiapkannya
bagi pendidikan dan pengajaran tinggi”. Pendidikan menengah pada hakikatnya merupakan pendidikan yang
memberikan kepandaian dan keahlian pada siswa atau seseorang yang berumur 13-18 tahun sebagai persiapan dalam menghadapi dan mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi atau pendidikan tinggi.
3. Prasarana dan Sarana Pendidikan
Kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM mendorong masyarakat untuk
melakukan upaya perbaikan mutu pendidikan. Dari segi mutu pendidikan, posisi Indonesia jauh tertinggal dengan negara- negara lain. Rendahnya
mutu pendidikan disebabkan oleh empat faktor yaitu jumlah dan kualitas guru yang belum memadai serta penyebarannya yang belum merata,
kondisi sarana dan prasarana, anggaran pendidikan yang jumlahnya sangat terbatas sehingga sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi biaya
operasionalnya di bawah standar dan proses pembelajaran yang belum efektif karena kurikulum yang terlalu terstruktur dengan beban yang
terlalu banyak Jurnal Pendidikan, 2006, dalam BPS, 2006: 22 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan
adalah “ perangkat keras” yang harus ada diadakan di luar alat dan isi pendidikan, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Fungsi
sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Prasarana pendidikan berbeda dengan sarana
pendidikan. Yang tergolong prasarana pendidikan adalah hal-hal fisik yang secara tidak langsung digunakan untuk menunjang proses pendidikan.
Contohnya adalah gedungbangunan sekolah atau rumah, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang sekretariat, kamar kecil, taman, lapangan,
halaman, tempat parkir, dll. Rak buku, meja, kursi, lampu penerangan, kapur, penghapus, penggaris, pensil, bolpoint, dll, sejauh menjadi alat
yang secara langsung digunakan untuk proses pembelajaran, maka disebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sarana pendidikan. Jadi yang tergolong sebagai sarana pendid ikan adalah segala perlengkapan yang secara langsung digunakan untuk menunjang
proses belajar mengajar.
4. Biaya sekolah
Biaya sekolah dapat juga diartikan sebagai biaya pendidikan, karena sekolah merupakan bagian kecil dari pendidikan. Biaya pendidikan
diartikan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibela njakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan sekolah, yang mencakup
gaji guru, peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan perabotanmebeler,
pengadaan alat-alat pengajaran, pengadaan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengelolaan pendidikan.
Biaya pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai nilai rupiah dan seluruh sumber daya input yang digunakan untuk suatu kegiatan
pendidikan. Sedangkan menurut Abbas Ghozali, dkk 2004, dalam Statistik pendidikan 2006: 29 biaya satuan pendidikan BSP yang
ditanggung orang tuasiswa adalah nilai uang dari segala sumber daya yang disediakan oleh orang tua untuk memperoleh pendidikan anak di
sekolah madrasah. Didalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 62 dinyatakan bahwa biaya
pendidikan pada dasarnya meliputi: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Biaya investasi yang meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
b. Biaya operasi yang meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan habis
pakai dan biaya operasi tidak langsung seperti daya listrik, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya. c. Biaya personal yaitu biaya yang dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam menyekolahkan
anaknya meliputi antara lain biaya pendaftaran, SPP, buku panduandiktat, alat
tulis dan perlengkapan sekolah, praktikumketerampilan, evaluasiujian, bahan penunjang mata pelajaran, seragam sekolah dan olah
raga, transportasi, kursus di sekolah dan karyawisata BPS: 2006: 29. Banyaknya rincian pengeluaran pendidikan dan tingkat kualitas
pendidikan mengakibatkan dana yang dikeluarkan akan semakin besar. Begitu juga dengan jenjang pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan
semakin besar biaya yang dikeluarkan orang tuasiswa. Penelitian ini menfokuskan diri pada Sumbangan Pembinaan
Pendidikan SPP. SPP merupakan salah satu komponen yang teramat penting dalam menjalankan proses pendidikan yang sedang dan akan
dijalani seseorang. Kontribusi SPP masyarakat terhadap pendidikan berkorelasi dengan status sosial ekonomi yang dapat disimpulkan bahwa
status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi seorang anak masuk ke suatu lembaga pendidikan tertentu. Anak yang berasal dari keluarga yang
status sosialnya rendah mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk sekolah daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial
ekonominya tinggi. Orang tua yang status sosial ekonominya tinggi akan sanggup membayar biaya pendidikan SPP kepada sekolah berapapun
besarnya meskipun anak yang disekolahkan jumlahnya banyak. Di sisi lain, orang tua yang status sosial ekonominya rendah akan merasa
terbebani dengan besarnya SPP yang harus dibayarkan kepada sekolah apalagi jika anak yang harus disekolahkan jumlahnya banyak. Kondisi
semacam ini menyebabkan anak yang berasal dari golongan miskin yang disekolahkan jumlahnya hanya sedikit. Lebih lanjut, situasi ini
mengakibatkan jumlah siswa yang bersekolah di suatu lembaga pendidikan tertentu jumlahnya sedikit, karena para orang tua yang status
sosial ekonominya rendah hanya sanggup menyekolahkan anaknya pada suatu lembaga pendidikan tertentu dengan biaya pendidikan SPP yang
rendah.
5. Pengertian Proses Belajar Mengajar