Riwayat aborsi
86,05 2,33
11,63
Belum pernah 1 kali
3 kali
Gambar 6. Riwayat aborsi pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih
Pasien dengan riwayat aborsi 3 kali atau lebih termasuk dalam kategori pasien high risk. Pasien tersebut memiliki risiko yang lebih besar seperti:
1. luka pada rahim,
2. pertumbuhan pada janin terganggu apabila plasenta tumbuh di bekas luka,
3. kontraksi rahim yang tidak normal karena adanya luka,
4. kualitas rahim menurun tidak dapat ditempeli plasenta.
D. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Operasi Sesar
1. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani
operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih
Tabel VII. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih
Jumlah Persentase
Tunggal Seftriakson 1 g
1 2,33
Seftriakson 2 g 35
81,40 Kombinasi
Amoksisilin 500mg + Seftriakson 2 g 2
4,65 Kotrimoksasol 960 mg+ Seftriakson 2 g
5 11,63
TOTAL 43
100,01
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel VII terlihat penggunaan antibiotika profilaksis yang paling banyak yaitu seftriakson 2 gram sebesar 81,40. Penggunaan antibiotika tunggal
lainnya yaitu seftriakson 1 gram sebesar 2,33. Selain penggunaan antibiotika profilaksis tunggal, digunakan juga kombinasi antibiotika profilaksis. Penggunaan
kombinasi antibiotika profilaksis berupa amoksisilin 500 mg dengan seftriakson 2g sebesar 4,65 dan penggunaan kotrimoksasol 960 mg dengan seft riakson 2g
sebesar 2,33.
2. Rute pemberian antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih pada bulan
Agustus dan September 2007
Tabel VIII. Rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih
Rute pemberian Jumlah Persentase Intravena IV
43 86,0
Oral PO 7
14,0 TOTAL
50 100
Berdasarkan data tabel VIII, rute pemberian yang paling banyak
digunakan yaitu rute intravena IV sebesar 86,0, sedangkan rute per oral PO hanya sebesar 14,0. Injeksi intravena memudahkan tercapainya kadar obat yang
diinginkan dalam jaringan dalam yang lebih singkat dibandingkan rute pemberian per oral. Rute pemberian per oral memerlukan adanya waktu tunda untuk dapat
terabsorpsi dan menghasilkan kadar yang tinggi dalam darah maupun jaringan oleh karena itu ada waktu minimal pemberian obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis