Evaluasi drug related problems

E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Cara mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini yaitu dengan cara menganalisis drug related problems DRPs yang terjadi saat pasien mendapat antibiotika profilaksis.

1. Evaluasi drug related problems

Dari evaluasi yang dilakukan terdapat 4 macam DRPs yaitu terapi obat tidak diperlukan, salah obat, dosis terlalu rendah, dan efek samping obat. Berikut adalah drug related problems yang terjadi dalam penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. a. Terapi obat tidak diperlukan Operasi sesar termasuk dalam operasi bersih yang seharusnya tidak memerlukan antibiotika profilaksis karena risiko terkena infeksinya kecil yaitu sebesar 2-4 Kanji dan Devlin, 2005. Antibiotika profilaksis dapat digunakan pada pasien yang akan menjalani sesar apabila termasuk dalam kategori pasien yang memiliki risiko infeksi tinggi, menjalani operasi sesar emergency dan termasuk pasien high risk. Contoh keadaan pasien yang dikategorikan sebagai pasien high risk yaitu usia ibu saat mengandung 35 tahun atau di atasnya, pernah melakukan 3 kali atau lebih aborsi, mengalami anemia, mengalami obesitas, mengalami preeklamsia berat, dan eklampsia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IX. Kasus terapi obat yang tidak diperlukan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi 4 kasus 144015 159979 559584 584755 Pemberian seftriakson 2g sebagai antibiotika profilaksis. Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis. Antibiotika profilaksis tidak perlu diberikan dengan syarat semua peralatan operasi dan ruang operasi dalam keadaan steril serta tim operator menjaga keadaan tetap steril. 2 kasus 472651 581827 Perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis. Tidak ada peningkatan angka leukosit. Penggunaan antibiotika perlu dihentikan. 2 kasus 165550 270301 Pemberian antibiotika profilaksis serta perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis serta perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis. Pada kasus yang sama antibiotika profilaksis tidak perlu digunakan dan perlu penghentian perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis. Dari evaluasi yang dilakukan, terdapat 4 kasus pemberian seftriakson 2 g sebagai antibiotika profilaksis. Pasien-pasien tersebut tidak memiliki indikasi penggunaan antibiotika profilaksis sebab tidak termasuk dalam kriteria yang perlu mendapat antibiotika profilaksis karena tidak mengalami anemia, tidak menjalani operasi sesar emergency, dan tidak termasuk pasien high risk. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan hal lain ketika memberikan antibiotika profilaksis kepada pasien, yang mungkin tidak dituliskan dalam kartu rekam medik. Selain kasus panggunaan antibiotika profilaksis yang tidak diperlukan, ada juga kasus perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis yaitu sebanyak 2 kasus. Pada keempat kasus tersebut hasil pemeriksaan laboratorium paska operasi tidak menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit yang menunjukkan tidak adanya infeksi paska operasi sehingga penggunaan antibiotika sebaiknya dihentikan. Penggunaan antibiotika profilaksis perlu dihentikan setelah 24 jam setelah operasi. Selain itu terdapat 2 kasus penggunaan antibiotika profilaksis yang tidak diperlukan dan perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis. Pemakaian antibiotika ya ng berlebihan dapat meningkatkan biaya perawatan selama di rumah sakit. Kerugian lain yang mungkin ditimbulkan yaitu munculnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI strain mikroba yang resisten dan munculnya efek samping obat serta superinfeksi mikroba lain. b. Salah obat Tabel X. Kasus salah obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Dari evaluasi yang telah dilakukan, terdapat 5 kasus pemberian kotrimoksasol 960 mg sebagai antibiotika profilaksis yang dimasukkan dalam DRP salah obat. Pemilihan antibiotika profilaksis perlu mempertimbangkan faktor keamanan penggunaan pada ibu hamil pregnancy risk factor. Penggunaan antibiotika profilaksis dapat berpengaruh terhadap bayi yang dikandung. Faktor keamanan penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan ialah C atau D pada kehamilan cukup bulan. Faktor keamanan penggunaan C pada kehamilan berarti studi pada hewan menunjukkan efek yang tidak diinginkan pada janin dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada hewan uji maupun wanita belum ada. Faktor keamanan penggunaan D pada kehamilan berarti terdapat risiko pada janin manusia tetapi keuntungan penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meski berisiko bila obat diperlukan pada keadaan yang mengancam keselamatan atau pada sakit yang serius di mana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif. Penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan sukup bulan dapat menyebabkan kernikterus pada bayi baru lahir. Penggunaan kotrimoksasol Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi 5 kasus 060314 196389 350815 391515 554643 Pemberian kotrimoksasol 960 mg sebagai antibiotika profilaksis. Kotrimoksasol kontraindikasi pada kehamilan dan laktasi Menggunakan antibiotika lain yang tidak kontraindikasi pada kehamilan dan laktasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kontraindikasi pada kehamilan dan masa laktasi. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan kondisi pasien yang tidak tertulis dalam rekam medik yang mendasari penggunaan kotrimoksasol sebagai antibiotika profilaksis. c. Dosis terlalu rendah Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi 10 kasus 122186 170621 379123 413353 470994 472791 493864 553355 582006 585672 Pemberian seftriakson 2g secara intravena. Waktu pemberian terlalu awal lebih dari 2 jam. Waktu pemberian saat pemotongan tali pusat sampai paling lama 2 jam sebelum operasi. 2 kasus 487481 534467 Pemberian amoksisilin oral 500mg. Jarak pemberian dengan operasi lebih dari 1 jam Pemberian antara 30menit - 1jam sebelum operasi. Evaluasi DRP dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini perlu melihat antara antibiotika profilaksis yang digunakan, bentuk sediaan antibiotika profilaksis tersebut, waktu penggunaan antibiotika profilaksis, waktu optimum pemberian antibiotika profilaksis, dan waktu pelaksanaan prosedur operasi. Penggunaan antibiotika profilaksis yang melebihi waktu pemberian optimal menyebabkan kadar antibiotika dalam jaringan tidak dapat mencukupi kebutuhan saat operasi. Akibatnya pasien tidak mendapat perlindungan dari infeksi bakteri yang mungkin terjadi saat operasi. Dari tabel XI terlihat 10 kasus terdapat masalah pada waktu pemberian antibiotika seftriakson 2 g yang diberikan secara intravena. Seftriakson intravena diberikan maksimal 2 jam sebelum operasi untuk menjamin cukupnya kadar antibiotika saat operasi berlangsung McEvoy dkk, 2003. Selain itu terdapat 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kasus pemberian amoksisilin oral yang jarak waktu pemberiannya lebih dari 1 jam. Golongan aminopenisilin oral bila digunakan sebagai profilaksis, diberikan 30 menit sampai 1 jam sebelum operasi untuk mendapat konsentrasi yang cukup dalam jaringan. d. Efek samping obat Pada tabel XII dapat dilihat sebanyak 41 kasus yang berkaitan dengan pemberian antibiotika profilaksis yang dapat terdistribusi ke bayi melalui plasenta. Tabel XII. Kasus efek samping obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi 41 kasus 060314 090592 122186 144015 154872 159979 165550 170621 196389 215452 270301 301757 346132 350815 375340 375534 379123 381393 391515 408134 413353 470994 472651 472791 484396 487481 493864 534467 553355 554643 555624 559584 560579 570680 576421 581827 582006 584598 584755 585672 586954 Antibiotika dapat terdistribusi ke bayi melewati plasenta. Berpotensial menimbulkan sepsis terhadap bayi. Antibiotika profilaksis diberikan secara intravena dan pada saat pemotongan tali pusat atau saat sayatan pertama dibuat. Tidak seperti drug related problem lain yang telah dijelaskan sebelumnya, efek samping obat yang teridentifikasi merupakan drug related problem yang sifatnya potensial. Sebenarnya efek samping obat yang berupa sepsis pada bayi belum terjadi tetapi berpotensial untuk dapat terjadi. Untuk dapat memperkecil risiko sepsis pada bayi maka antibiotika profilaksis diberikan secara injeksi intravena saat sayatan pertama dibuat atau setelah pemotongan tali pusat. Selain pasien mendapatkan dosis yang cukup untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mencegah infeksi, bayi juga seminimal mungkin kontak dengan antibiotika sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya sepsis.

2. Kasus DRPs yang terjadi pada pasien yang melakukan operasi sesar pada

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 0 14

PENDAHULUAN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

1 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RSUD Dr. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 201

2 2 15

Evaluasi peresepan antibiotika profilaksis dengan metode gyssens pada pasien yang menjalani operasi sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

2 21 186

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011.

0 4 101

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus diabetes mellitus di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 7 116

Kajian penggunaan antibiotik profilaksis dan evaluasi drug related problems-nya pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007-September 2007 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih - USD Repository

0 0 116

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 - USD Repository

0 0 108

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008

0 3 149