Pengertian Kerendahan Hati Makna kerendahan hati Santo Visentius A Paulo bagi hidup persaudaraan suster kasih Yesus dan Maria bunda pertolongan baik (KYM)

13 Kerendahan hati seperti yang disampaikan St. Vincentius a Paulo seperti di atas tidak boleh diartikan atau disamakan dengan sikap “kecil hati” atau minder. Santo vincentius a Paulo sama sekali tidak memaksudkan hal tersebut. Dengan keutamaan kerendahan hati ini, St. Vincentius a Paulo mau menyadarkan kita bahwa hidup kita merupakan anugerah kasih Allah. Kita sungguh-sungguh tergantung hanya pada Allah. Tidak ada sesuatu yang tidak berasal dari padaNya. Apapun diri manusia, apa saja yang dilakukan, dan apa saja yang dimiliki, semuanya berasal dari Allah. Oleh karena itu, bagi orang yang rendah hati tidak ada alasan untuk menyombongkan diri, juga tidak ada alasan untuk memandang kesuksesan sebagai melulu usaha manusia. Semua hal yang ada dipandang semata-mata sebagai anugerah Allah Vincentius, 2010: 137. Menurut St. Vincentius a Paulo, orang rendah hati juga senantiasa terbuka untuk mengakui segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, orang yang rendah hati sadar bahwa dirinya memerlukan orang lain dan tidak dapat bekerja tanpa mereka. Hal ini merupakan wujud konkret dari ketergantungan manusia dengan Allah Reksosusilo, 1987: 95. Terkait dengan kerendahan hati, St. Vincentius a Paulo mengajarkan bahwa sumbernya dapat berasal dari: pengenalan diri sendiri dan kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan. Sumber kerendahan hati tersebut seperti dijelaskan berikut.

a. Pengenalan diri sendiri

Contoh pengenalan diri yang paling baik adalah pengenalan Bunda Maria seperti tertulis dalam Luk 1:26-38 yakni: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku 14 menurut perkataanmu.” Kutipan tersebut memperlihatkan kerendahan hati dari Bunda Maria yang menyebut dirinya sebagai “Hamba Tuhan.” Kutipan ini merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah Allah Vincentius, 2008: 76. Orang yang rendah hati dan taat adalah orang menggembirakan bagi banyak orang. Pengenalan terhadap diri menjadi sumber kerendahan hati seperti dicontohkan Bunda Maria melalui pengenalan dirinya sebagai seorang hamba. Seorang hamba adalah pelayan Tuhan namun memiliki posisi yang tinggi di mata Tuhan. Contoh pengenalan diri yang diberikan Bunda Maria ini juga menginspirasikan kerendahan hati bagi St. Vincentius a Paulo. St. Vincentius a Paulo melakukan pengenalan terhadap dirinya sendiri sebagai seorang yang hina dan tidak berarti di mata Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa salah satu sumber kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo adalah dengan pengenalan diri sendiri. Siapa saja yang berusaha mengenali dirinya dengan baik akan menyadari bahwa sungguh tepat dan logis menganggap dirinya hina. Bila kita berusaha sekuat tenaga untuk mengenali diri, kita akan menemukan bahwa dalam segala sesuatu yang kita pikirkan, kita katakan, dan kita lakukan baik secara substansial maupun dalam hal sampingan kita mempunyai alasan yang berlimpah untuk merasa pantas dicela dan dihina. Kalau kita tidak mau menipu diri dengan rayuan gombal, kita akan melihat diri kita bukan hanya paling jelek di antara semua manusia, melainkan juga dalam arti tertentu lebih jelek daripada setan-setan yang ada di neraka Vincentius 2008: 59. Sikap pengenalan terhadap diri sendiri yang hina ini, dapat tercermin dari sikap sehari-hari yang mengosongkan diri terhadap penyelenggaraan Tuhan. 15 Seorang yang mengenal dirinya hina dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, namun percaya bahwa dirinya dicintai oleh Allah.

b. Kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan

Salah satu sumber lain kerendahan hati adalah kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan. Kristus meskipun tidak berdosa namun banyak mendapat hinaan. Dengan belajar kepada kasih Kristus ini, maka manusia dapat belajar kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan Kristus sendiri. Hal itu dilakukan St. Vincentius a Paulo seperti dikutip Vincentius, 2010: 34. berikut. Oh kerendahan hati yang suci dan indah, betapa engkau berkenan di mata Allah, karena Tuhan kita Yesus Kristus sendiri mau turun di bumi untuk mengajarkannya dengan teladan maupun dengan kata. Oh para romo dan para bruderku, semoga Tuhan berkenan menanamkan baik-baik keutamaan ini dalam hati kita. Ya, kasih akan penghinaan, merasa senang kalau kita ditertawakan, kalau kita dianggap kecil, tidak diperhitungkan, kalau semua orang menilai kita manusia yang tidak mempunyai keutamaan, yang bodoh, yang tak mampu berbuat apa-apa. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menjadikan kerendahan hati Yesus yang banyak mendapat hinaan sebagai sumber kerendahan hati. Kerendahan hati yang dicontohkan Yesus sendiri merupakan keutamaan yang mendasari kerendahan hati para anggota religius seperti yang dimiliki St. Vincentius a Paulo Vincentius, 2010: 44. Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo memiliki tiga unsur utama yakni: pertama, merasa dirinya secara jujur pantas untuk mendapat penghinaan. Hal itu seperti dikemukakan St. Vincentius a Paulo Kita harus senantiasa mengakui diri kita tak mampu melakukan apapun yang bermutu. Karena itu pikirkan, puteri-puteriku, bila kalian belum menyadari sungguh-sungguh bahwa kalian adalah miskin, tak bernilai, tak mampu 16 berbuat apapun yang baik, dan kalau kalian belum merasa senang kalau memang dinilai demikian, kalian tak pernah akan mencapai kesempurnaan. Setelah merenungkan bahwa kalian memang tidak pantas, kalian harus bangkit dengan mengarahkan kasih kepada Allah dan berkata “Meskipun saya tidak pantas melakukan hal itu, karena Allah menghendakinya dan menginginkannya dari saya, maka saya akan melakukannya untuk berkenan kepadaNya Vincentius, 2010: 129. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menegaskan kepada para anggota tarekat untuk menyadari diri sebagai orang yang tidak sempurna sehingga perlu mengarahkan seluruh perhatiannya kepada kasih Allah. Kedua, merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahan kita dan karenanya kita dihina. Unsur kerendahan hati lainnya menurut St. Vincentius a Paulo adalah dengan mengenal kelemahan diri. Hal itu seperti dijelaskan berikut “Tingkat kedua kerendahan hati ialah merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahan- kelemahan kita dan karenanya kita dicela.” Vincentius, 2008: 208. Ketiga, menyembunyikan, bagi kita juga, segala kebaikan yang kita lakukan dan menganggap itu hasil dari kebaikan Tuhan dan doa-doa orang lain. Unsur kerendahan hati ini seperti dijelaskan Vincentius, 2008: 205 bahwa “Bila Tuhan berkenan melakukan sesuatu kebaikan dalam diri kita atau melalui kita, kita harus menyembunyikannya, dengan memusatkan perhatian kita pada ketidakmampuan kita; dan kalau itu tidak mungkin, kita harus memandang kebaikan itu sendiri sebagai hasil belaskasihan ilahi dan jasa orang lain” Vincentius, 2002: 35. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kebaikan dalam diri harus disembunyikan sebagai wujud kerendahan hati. Kerendahan hati dengan sikap menyembunyikan kebaikan dalam diri sendiri sebagai bentuk keteladanan kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo, yakni: suka hidup tersebunyi, 17 menghindari kecenderungan sikap lain dari yang lain, dan selalu memiliki tempat yang terakhir. 1. Suka hidup tersembunyi. Hal itu seperti dijelaskan “Marilah meneladani kerendahan hati suster itu dengan menumbuhkan keinginan menjadi orang yang tak dikenal dan tak diperhitungkan; hendaknya kita beranggapan bahwa kalau kita mengumumkan kebaikan yang kita lakukan, kita akan kehilangan nilainya di hadapan Allah’ Vincentius, 2007: 53. 2. Menghindari kecenderungan bersikap lain dari yang lain. Hal itu seperti dijelaskan Adi Sapto Widodo 2008: 7 bahwa: Kerendahan hati dipelihara melalui usaha untuk menyesuaikan diri dengan cara bertindak yang biasa seperti orang lain. Kerendahan hati itu bermusuhan dengan keinginan untuk tampil lain dari yang lain. Seorang suster yang tidak mengikuti cara bertindak yang biasa seperti orang lain, lambat laun akan mendapat hukuman dari Allah, karena dia sombong, dan itulah sifar buruk setan sendiri yang telah diusir Allah dari surga karena kesombongannya. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa bersikap lain dari yang lain merupakan salah satu sikap yang bertentangan dengan kerendahan hati dan tidak sesuai dengan kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo; 3. Selalu memilih tempat yang terakhir. Hal itu seperti dijelaskan Vincenitus, 2008: 114 bahwa: kita harus selalu memilih barisan terakhir, sadar bahwa kita adalah yang terkecil Putera Allah berkata kepada murid-muridNya: bila salah seorang dinatara kalian mau menjadi yang pertama, harus menjadi yang terkecil Seorang suster adalah rendah hati bila… selalu ingin menjadi yang terakhir bila dia melaporkan segala yang baik tentang temannya agar temannya itu dipilih sebagai suster Abdi, sedangkan dia sendiri merendahkan dirinya agar tidak terpilih. Inilah suster-susterku, tanda kerendahan hati yang sejati. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati salah satunya ditunjukkan dari sikap para anggota yang mau memilih menjadi yang terkecil sehingga setiap orang dituntut untuk merendahkan dirinya. Sifat-sifat rendah hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo juga ditunjukkan beberapa hal lainnya, yakni: selalu memilih yang paling jelek bagi