17
menghindari kecenderungan sikap lain dari yang lain, dan selalu memiliki tempat yang terakhir. 1. Suka hidup tersembunyi. Hal itu seperti dijelaskan “Marilah
meneladani kerendahan hati suster itu dengan menumbuhkan keinginan menjadi orang yang tak dikenal dan tak diperhitungkan; hendaknya kita beranggapan bahwa
kalau kita mengumumkan kebaikan yang kita lakukan, kita akan kehilangan nilainya di hadapan Allah’ Vincentius, 2007: 53. 2. Menghindari kecenderungan bersikap
lain dari yang lain. Hal itu seperti dijelaskan Adi Sapto Widodo 2008: 7 bahwa: Kerendahan hati dipelihara melalui usaha untuk menyesuaikan diri dengan
cara bertindak yang biasa seperti orang lain. Kerendahan hati itu bermusuhan dengan keinginan untuk tampil lain dari yang lain. Seorang suster yang tidak
mengikuti cara bertindak yang biasa seperti orang lain, lambat laun akan mendapat hukuman dari Allah, karena dia sombong, dan itulah sifar buruk
setan sendiri yang telah diusir Allah dari surga karena kesombongannya. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa bersikap lain dari yang lain merupakan
salah satu sikap yang bertentangan dengan kerendahan hati dan tidak sesuai dengan kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo; 3. Selalu memilih tempat
yang terakhir. Hal itu seperti dijelaskan Vincenitus, 2008: 114 bahwa: kita harus selalu memilih barisan terakhir, sadar bahwa kita adalah yang
terkecil Putera Allah berkata kepada murid-muridNya: bila salah seorang dinatara kalian mau menjadi yang pertama, harus menjadi yang terkecil
Seorang suster adalah rendah hati bila… selalu ingin menjadi yang terakhir bila dia melaporkan segala yang baik tentang temannya agar temannya itu
dipilih sebagai suster Abdi, sedangkan dia sendiri merendahkan dirinya agar tidak terpilih. Inilah suster-susterku, tanda kerendahan hati yang sejati.
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati salah satunya
ditunjukkan dari sikap para anggota yang mau memilih menjadi yang terkecil sehingga setiap orang dituntut untuk merendahkan dirinya.
Sifat-sifat rendah hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo juga ditunjukkan beberapa hal lainnya, yakni: selalu memilih yang paling jelek bagi
18
dirinya, selalu menyerah pada pendapat orang lain, kurang percaya pada kemampuannya sendiri, dan dengan demikian menghormati kemahakuasaan Allah,
tidak takut mendapat penghinaan di muka umum, merendahkan diri baik kalau disanjung maupun kalau dihina, dan mencintai kemiskinan karena merupakan sumber
penghinaan Vincentius, 2008: 7.
2. Sarana-sarana untuk Memperoleh Kerendahan Hati menurut St. Vincentius
Kerendahan hati dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Menurut St. Vincentius a Paulo, sarana-sarana memperoleh kerendahan hati dapat dilakukan
melalui doa, kerasulan, dan hidup persaudaraan. Sarana-sarana memperoleh kerendahan hati tersebut dapat dijelaskan seperti berikut.
a. Doa
Doa merupakan sarana komunikasi manusia dengan Tuhan. Melalui doa, setiap orang dapat membina hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Bagi St.
Vincentius a Paulo doa merupakan salah satu sarana untuk memperoleh kerendahan hati Adi Sapto Widodo, 2008: 7. Dengan menggantungkan diri
sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Allah, maka seseorang telah menunjukkan kerendahan hati yang benar-benar tergantung pada Allah.
Doa sebagai sarana kerendahan hati sebagaimana yang dimaksudkan St. Vincentius a Paulo dapat dilihat dari kutipan Adi Sapto Widodo 2008: 7 berikut.
Marilah berkata kepada Tuhan: Penyelamatku, berilah aku rahmat mengasihi kehinaan saya dan rahmat agar saya tak pernah mencari pujian
orang lain, melainkan mengasihi tugas yang paling rendah dan tempat yang terakhir… Ya Penyelamatku, Engkau rela menjadi teladan kami dalam
kelahiranMu sebagai manusia, Engkau telah memberikan teladan
19
kerendahan hati sepanjang hidupMu… Engkaulah sumber kerendahan hati sepanjang dan semua keutamaan lain. Engkaulah sumber kerendahan hati
dan semua keutamaan lain. Kepada siapa lagi kami dapat pergi minta tolong? Kepada siapa lagi kami dapat datang untuk memperoleh
keutamaan-keutamaan ini, kecuali kepada Engkau, ya Tuhan? Engkaulah pencipta semua keutamaan. Berilah agar kami mendapat bagian dalam
keutamaan-keutamaan ini Vincentius, 2007: 58.
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo
mengajarkan bahwa doa merupakan salah satu sarana penting untuk memperoleh kerendahan hati. Dalam kutipan tersebut tercemin bahwa manusia tidak memiliki
tempat untuk meminta pertolongan selain kepada Allah. Tersirat dengan jelas adanya ketergantungan manusia kepada Allah. Sikap ketergantungan yang
diungkapkan melalui doa merupakan sebuah perwujudan kerendahan hati manusia. Artinya, manusia mengandalkan semata-mata kekuatan Tuhan. Tanpa Tuhan
memberikan kekuatan manusia tidak mampu melakukan apa-apa. Selain itu, melalui kutipan tersebut juga dijelaskan bahwa melalui doa
manusia menyadari bahwa hanya Allah yang menjadi sumber kerendahan hati. Manusia memohon kepada Allah agar diberi keutamaan yang sesuai dengan
kehendakNya. Manusia benar-benar mengalami ketergantungan kepada Allah karena manusia tidak berdaya bila terlepas dari Allah.
b. Kerasulan
Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo salah satunya dapat dilihat atau diwujudkan dalam karya kerasulan.
Hidup yang dipandang sebagai anugerah Allah semata mendorong seseorang untuk senantiasa bersyukur. Oleh karena itu, bersyukur menjadi ciri
20
orang yang rendah hati. Wujud konkret dari orang yang bersyukur jika orang tersebut tidak suka membanding-bandingkan. Ciri lainnya dari orang yang rendah
hati adalah jika orang tersebut mau bekerja keras dan mau melakukan pekerjaan- pekerjaan yang dianggap rendah hati. Sikap ini dengan jelas nampak dalam diri
seorang pelayan Adi Sapto Widodo, 2008: 7. Terkait dengan kerasulan, St. Vincentius a Paulo menghabiskan hidupnya
dengan memberikan pelayanan kepada orang miskin. Bagi St. Vincentius kerasulan atau pelayanan sebagai wujud dari kerendahan hati karena dalam diri
kaum miskin ditemukan kehadiran Tuhan. Hal itu seperti dijelaskan dalam De Armen “Hormatilah, hargailah, cintailah, layanilah setiap orang. Tuhan Yesus
hadir dalam setiap orang yang kamu hadapi. Pernyataan tersebut menunjukkan kecintaan St. Vincentius a Paulo yang demikian dalam kepada kaum miskin. Sikap
inilah yang menjadi sikap yang paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha pengabdiannya.
Di samping itu iman dan cinta kasih yang mendalam pada Tuhan mendorongnya menghasilkan suatu pernyataan dalam kata-kata sebagai berikut
“Evangelizare pauberibus misit me” Luk 4:18 artinya Ia mengutus aku untuk mewartakan Injil kepada kaum miskin. Pernyataan ini adalah satu-satunya yang
diinginkan St. Vincentius dalam hidupnya dan ungkapan ini merupakan titik tolak segala karya kerasulannya dan penjelasan dari semua saja yang ia jalankan di
dalam pengabdiannya terhadap Gereja Kristus Adi Sapto Widodo, 2008: 7. Karya kerasulan St. Vincentius a Paulo juga dilakukan untuk mengatasi
dan menangani situasi masyarakat yang terlantar imannya akaibat dari macam-
21
macam pergolakan yang merusak dalam abad itu, dan untuk memberi akhir pada keadaan masyarakat yang dilanda penderitaan. St. Vincentius a Paulo menghimpun
gembala-gembala yang sanggup melaksanakan Sabda Kristus “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal
Aku” Yoh 10:14 Kerendahan hati dalam kerasulan menurut St. Vincentius a Paulo sebagai
wujud semangat yang membuka hati untuk mencari kehendak Allah dengan sungguh-sungguh. Semangat kerendahan hati sangat membantu dalam melayani
sesama sebagai hamba dan saudara dan menunjukkan belas kasih kepada mereka.
c. Hidup Persaudaraan
Hidup persaudaraan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh St. Vincentius a Paulo itu
sendiri. Hidup persaudaraan menurut St. Vincentius dapat melatih dan menumbuhkan kerendahan hati bagi anggota tarekat. Hidup bersama orang lain
membutuhkan adanya sikap mengalah, mau berkorban demi orang lain yang ada dalam persaudaraan.
Kerendahan hati dapat dicapai dalam hidup persaudaraan menurut St. Vincentius a Paulo dapat diperoleh melalui beberapa hal, yakni: a sering
melakukan tindakan untuk merendahkan diri. Hal itu seperti dijelaskan bahwa “marilah berusaha melakukan dengan senang hati tindakan yang mewujudkan
kerendahan hati, baik dalam batin maupun dalam tindakan yang kelihatan” Vincentius, 2002: 59. Seni mengasihi Allah dikembangkan dengan mengasihi
22
Allah secara nyata; demikian pula seni menghayati kerendahan hati dikembangkan dengan merendahkan diri secara nyata Vincentius, 2010: 26. Menurut S.
Bernardus, kebiasaan merendahkan diri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi rendah hati Vincentius, 2010: 81. b mencintai penghinan kecil-kecil. Dalam
hidup persaudaraan setiap anggota harus mampu mencintai penghinaan kecil-kecil; c memerangi kecenderungan kodrat kita untuk meninggalkan diri. Dalam hidup
persaudaraan setiap orang harus mampu memerangi kecenderungan kodrat untuk meninggikan diri sendiri di antara para anggota tarekat lainnya; dan d jangan
segan-segan menyampaikan di depan umum detail-detail yang memalukan kita. Dalam hidup persaudaraan setiap orang dituntut untuk mau dan mampu
menyampaikan di depan umum detail-detail yang dianggap memalukan diri sendiri.
C. Makna Kerendahan Hati Vincentius dalam Hidup Para Suster KYM
Kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo merupakan dasar kerendahan hati yang dipraktikkan oleh tarekat KYM. Keutamaan kerendahan hati ini
memungkinkan rahmat Tuhan terus mengalir dan berkarya dalam diri para anggota tarekat KYM. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius a Paulo mengatakan
“bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak memilikinya, segalanya
bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya.” Terkait dengan keutamaan kerendahan hati yang sangat dibutuhkan para
suster, St. Vincentius a Paulo pernah mengingatkan para suster seperti yang dijelaskan berikut:
23
Beberapa kali saya telah mengunjungi komunitas suster-suster dan sering saya telah bertanya kepada beberapa di antara mereka mana keutamaan yang paling
mereka hargai, dan untuk keutamaan mana mereka merasa paling tertarik. Dan saya menanyakan hal ini juga kepada suster yang paling tak suka menerima
penghinaan. Ternyata di antara 20 suster, mungkin hanya satu tidak menjawab bahwa keutamaan yang paling disukai ialah kerendahan hati. Itulah tandanya
bahwa semua menghargai keutamaan ini sebagai keutamaan yang indah dan patut dicintai Vincentius, 2010: 54.
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati bagi para suster
merupakan keutamaan yang paling disukai. Dalam hal yang sama, bagi tarekat KYM kerendahan hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo merupakan
keutamaan yang paling dihargai. Hal itu dikarenakan kerendahan hati dapat melandasi perbuatan-perbuatan lain baik dalam doa, karya kerasulan, maupun dalam hidup bersama.
1. Kerendahan Hati dalam Hubungan dengan Allah
Doa berarti bersatu dengan Tuhan, mendekatkan diri pada tuhan dan menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dalam doa disadari
sebagai hal yang sangat penting dalam hidup sebagai seorang religius khususnya dalam mengolah pengalamannya. Mengucapkan doa tidak cukup tetapi kita sendiri
menjadi doa dalam segala perhatian kita De Armen, 2003: 29. Namun dalam kenyataannya kesadaran akan pentingnya doa tersebut tidak selalu mudah untuk
dilaksanakan dalam hidup sehari-hari. Kesulitan dalam membina hubungan antara doa dengan sikap hidup
disebabkan oleh padatnya kegiatan sehari-hari. Akibatnya para suster menemukan kesulitan dalam membagi waktu antara doa dan tugas. Banyak sekali demi tugas
tertentu suster mudah mengabaikan doa. Hambatan lain dalam doa adalah pribadi yang kurang mampu menyangkal diri atau membiarkan diri dikuasai oleh
24
kemalasan. Selama itu doa dirasa kurang efisien karena masih dikuasai oleh perasaan. Ini disebabkan karena kurang mampu mengolah pengalamannya sampai
ke akar-akarnya sehingga tingkah laku kurang menampakkan buah dari doa. Orang dapat lupa bahwa doa yang tekun dan dilandasi sikap kerendahan hati memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi dan mengatasi segala masalah Darminta, 1997: 27.
Para suster menyadari bahwa Tuhan Mahapengampun sehingga kadangkala ketika ada masalah atau bentrokan dengan sesama dibiarkan berlarut-larut. Pada
salah satu kesempatan sharing pengalaman suster-suster KYM mengatakan bahwa mereka terkadang memandang doa sebagai pemenuhan aturan karena merasa
dikejar-kejar oleh waktu untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab lain. Kurang bergairah dalam menjalankan doa karena hanya sebagai sesuatu yang rutin
dan aturan yang harus dijalankan tetapi tidak dengan sepenuh hati. Kenyataan hidup doa seperti ini memang dialami oleh suster karena itu
diberi himbauan baik bagi seluruh tarekat maupun bagi anggota komunitas, karena doa merupakan kebutuhan utama dalam hidup, tanpa doa yang tak henti-hentinya
tak ada pewartaan yang sejati. Hanya ada satu menuju jalan keselamatan yaitu keselamatan dari Allah yang membawa perubahan situasi dalam hidup. Orang
sering mengharapkan terjadinya penyelesaian tuntas sekarang ini sehingga tidak perlu lagi ada masalah dalam hidup Darminta, 1997: 25-26.
2. Kerendahan Hati dalam Karya Kerasulan
Karya kerasulan merupakan salah satu tugas perutusan anggota tarekat religius. Setiap anggota dipanggil untuk melakukan kerasulan sesuai dengan
25
bidangnya masing-masing. KYM sebagai salah satu tarekat religius, diwajibkan para anggotanya untuk melakukan karya kerasulan seperti diterangkan dalam
Konstitusi Tarekat seperti berikut. Dalam menerima tugas perutusan, suasana hatiku tidak seperti biasanya,
tidak menentu dan rasa cemas menyelubungi hatiku. Apalagi ke tempat yang asing dan orangnya pun belum kukenal. Sementara itu muncul
pertanyaan, apa yang harus saya siapkan agar bisa menjalankan tugas yang diberikan? Dalam kecemasan saya berusaha untuk diam sejenak sambil
merenungkan perutusan tersebut. Saya menemukan bahwa saya diutus untuk membaharui dunia, seperti yang tertulis dalam Konstitusi Konstitusi
KYM, art. 1.
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap anggota tarekat religius dipanggil untuk melakukan karya kerasulan yakni untuk membaharui dunia. Dalam
menerima tugas ini suster kadang kurang percaya diri dan kecemasan selalu ada dalam diriku juga tidak percaya akan talenta-talenta yang disediakan Tuhan dalam dirinya.
Serahkanlah kecemasan kepada Tuhan, Dialah yang tahu apa yang perlu dan apa yang tidak perlu. Dengan kata-kata ini kecemasan suster dapat berkurang dan percaya bahwa Tuhan
selalu menemani dan mendampinginya dimanapun berada. Prajusta 2007: 107 mengatakan bahwa menghadapi masalah perlu keberanian untuk mengubah apa yang dapat
diubah, ketabahan untuk menerima apa yang tidak dapat diubah, dan kebijaksanaan untuk dapat membedakannya. Namun dengan perpindahan komunitas di tempat yang baru
bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima. Penugasan yang baru menimbulkan pergulatan batin untuk meningggalkan mereka yang telah menjadi bagian hidup.
3. Kerendahan Hati dalam Hidup Persaudaraan
Dalam menjalani hidup persaudaraan seperti yang ada di tarekat KYM, dibutuhkan keutamaan kerendahan hati. Setiap anggota tarekat KYM memiliki sikap
26
dan keinginan yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami perbedaan dari masing- masing anggota tarekat tersebut, setiap orang diharapkan memiliki kerendahan hati
sehingga mampu mengalahkan egoisme pribadi dan hanya ingin mendahulukan kepentingan tarekat sesuai dengan visi dan misinya yang terlibat dalam membangun
Gereja. Semangat kerendahan hati ini dapat dibina melalui tinggal bersama di komunitas-komunitas kecil bersama beberapa orang suster yang tidak diikat
berdasarkan hubungan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Dalam komunitas kecil ini, para suster melatih kerendahan hati untuk saling menerima
segala kelebihan dan kekurangan para anggota komunitas lain. Kerendahan hati merupakan wujud dari kasih terhadap sesama anggota
tarekat. Kasih itu kreatif sampai akhir demikianlah persaudaraan akan tercipta rukun jika setiap individu berusaha untuk menciptakan kasih yang kreatif hingga
akhir, sehingga suasana hidup bersama mengundang suasana yang membuat orang merasa nyaman merasa kerasan dan setiap suster bertumbuh dalam panggilan,
mendapatkan perhatian dari semua pihak. Sikap ini ditumbuhkembangkan oleh sikap hormat terhadap keunikan setiap suster, oleh tanggung jawab bersama satu
terhadap yang lain singkatnya oleh kepercayaan satu sama lain atas dasar iman. Mengambil inisiatif dan menerima inisiati dari orang lain menjadi bagian dalam
memperhatikan suasana hidup komunitas. Untuk hal ini, dibutuhkan kerendahan hati dari setiap anggota untuk menerima setiap keunikan dari masing-masing
anggota tarekat Direktorium KYM, art. 16. Dalam KHK yang dicanangkan pada tanggal 25 januari 1983 ada sebuah
kanon yang dikhususkan untuk hidup persaudaraan dalam seksi hidup religius. Pada KHK kanon 602 dikatakan: “oleh hidup persaudaraan yang
27
menjadi ciri masing-masing tarekat, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus. Hendaknya hidup
persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa, sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Dengan
persatuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para anggota hendaknya menjadi gambar dari pendamaian menyeluruh
dalam Kristus. Sebelum berbicara lebih jauh tentang persaudaraan KYM, langkah-langkah
pembinaan persaudaraan dan relevansi kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, penulis mencoba untuk melihat tujuan pembentukan persaudaraan dalam
komunitas religius. Komunitas religius dalam hal ini KYM dapat menjalankan tugas perutusannya secara bersama-sama. Sebab hakekat komunitas adalah
kebersamaan atau dalam bahasa lain disebut persaudaraan. Yang menjadi landasan hidup persaudaraan para suster KYM dalam hidup
berkomunitas adalah Kis 4:32 “kumpulan orang yang telah percaya itu hidup sehati sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa suatu dari kepunyaan adalah miliknya
sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para suster KYM senantiasa diajak untuk hidup seturut
cara hidup jemaat perdana.
D. Tantangan Zaman
Pembinaan kerendahan hati dalam tarekat KYM salah satunya dilakukan melalui refleksi tantangan ke depan. Tantangan ke depan dimaksudkan bahwa tarekat
KYM sebagai salah satu tarekat religius ke depan akan memiliki tantangan yang semakin berat. Para anggota tarekat KYM akan semakin banyak terjun dalam dunia
nyata seperti dalam karya kerasulan. Hal ini dapat semakin menjauhkan setiap anggota tarekat satu dengan yang lain. Setiap anggota tarekat merasa bahwa karya