6
penulis sendiri pada setiap perjumpaan dan dalam kebersamaan dengan suster-suster KYM.
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini mengambil judul “Makna Kerendahan hati St. Vincentius a Paulo bagi hidup persaudaraan Suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan
yang baik KYM”. Dari judul ini penulis mengembangkannya menjadi lima bab. Pada bab I Pendahuluan penulis akan memberikan gambaran secara umum
penulisan skripsi ini. Gambaran umum mencakup: latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta
sistematika penulisan. Pada bab II penulis akan berbicara atau menguraikan tentang: Pengertian
Kerendahan Hati, Kerendahan hati menurut Vincentius yang mencakup: Doa, Kerasulan, Hidup persaudaraan. Selanjutnya dijelaskan mengenai makna Kerendahan
hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup: Kerendahan hati dalam hubungan dengan Allah, Kerendahan hati dalam karya kerasulan, dan
Kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup:
kurangnya keteladanan dari komunitas, kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor, dan kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman sekarang
Bab III akan berbicara tentang “kerendahan hati dalam persaudaraan KYM yang dibahas dalam dua bagian yakni: hidup persaudaraan yang meliputi
persaudaraan religius, tahap-tahap pembinaan hidup persaudaraan, dan bagian yang
7
kedua mengenai kerendahan hati dalam hidup persaudaraan KYM dibagi atas dua bagian yakni: langkah-langkah membina kerendahan hati mencakup doa, kehidupan
bersama, dan kaul-kaul serta bagian kedua mengenai tantangan ke depan. Usulan program pembinaan suster KYM-Model Shared Christian Praxis
“SCP” akan diuraikan pada bab IV yang akan dibagi dalam dua bagian yakni: usulan program Pembinaan Suster KYM-Model SCP dan contoh SCP dengan integrasi
unsur-unsur kerendahan hati berdasarkan keutamaan St. Vinsentius a Paulo bagi persaudaraan KYM yang meliputi jadwal pelaksanaan SCP dan contoh perisapan
SCP. Pada bagian akhir karya tulis sebagai bab V, penulis akan memberikan
simpulan secara keseluruhan dan memberikan saran yang diperhatikan oleh tarekat KYM bahwa makna kerendahan hati sangat penting bagi para suster dalam menjalani
panggilan hidup dalam tarekat religius tersebut.
BAB II KERENDAHAN HATI MENURUT SANTO VINCENTIUS
A. Pengertian Kerendahan Hati
Istilah kerendahan hati sering dipahami sebagai sikap yang mengatakan bahwa “saya tidak memiliki apa-apa, penuh dosa, serba kekurangan, penuh kelemahan, dan
tidak dapat menyumbangkan apa-apa” Madya Utama, 2003: 36 Pemahaman seperti ini sebenarnya lama-kelamaan justru akan membawa orang kepada sebuah rasa
rendah diri. Pengertian dan makna kerendahan hati harus dipahami sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri dalam hidupNya.
Istilah kerendahan hati itu sendiri cukup banyak disebut dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kerendahan
hati, perlu bercermin pada Yesus seperti diungkapkan dalam Kidung Filipi 2:5-11 Kerendahan hati menurut Kidung Filipi ini dimaksudkan sebuah sikap penuh rasa
syukur karena kepenuhan segala rahmat dan charisma yang telah kita terima dari Allah. Kesadaran bahwa kita telah menerima kharisma dari Allah akan mendorong
kita untuk mengembangkan kharisma-kharisma tersebut, bukan untuk kepentingan kita sendiri melainkan untuk kesejahteraan bersama Vincentius, 2010: 135. Selain
itu, menurut Madya Utama 2003: 36. kerendahan hati merupakan dorongan untuk memberikan anugerah Allah demi kepentingan bersama ini, dalam situasi tertentu
yang dapat menuntut suatu pengorbanan luar biasa, dan kadang kala hidup kita sendiri menjadi taruhannya.
Kerendahan hati menurut Kidung Filipi menggarisbawahi beberapa hal yang mencerminkan kerendahan hati seperti mengosongkan diri. Kidung Filipi
9
2:7 menggarisbawahi pentingnya kesediaan untuk mengosongkan diri sebagai aspek dari kerendahan hati agar dapat mengosongkan diri, manusia perlu
mengalami kepenuhan, sebab mengosongkan diri tidak identik dengan penolakan diri. Mengosongkan diri juga bukan sikap yang terus-menerus menolak dan
mengingkari apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, apa yang sedang menjadi keprihatinan kita, maupun sejarah hidup kita.
Mengosongkan diri seperti dikemukakan Jonas adalah sebuah sikap untuk setapak demi setapak berani melepaskan diri dari aspek-aspek kehidupan kita
yang paling dangkal, paling superficial Madya Utama, 2003: 37. Lebih lanjut Jonas mengemukakan bahwa mengosongkan diri adalah sebuah tindakan untuk
memasuki jatidiri kita yang semakin dalam dan semakin otentik. Karena jatidiri kita itu juga mengandung baik unsur-unsur positif maupun negatif, maka
mengosongkan diri juga berarti cara kita merangkul baik segi-segi yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi di dalam diri kita. Dengan demikian,
mengosongkan diri berarti melihat seluruh hidup kita dengan perspektif yang lebih luas, yakni perspektif Yesus sendiri bahwa kita benar-benar dicintai oleh
Allah tanpa syarat Madya Utama, 2003: 37. Kerendahan hati menurut Kidung Filipi juga diartikan sikap lepas bebas.
Sikap lepas bebas bukan berarti sikap acuh tak acuh, tidak peduli, malas, dan sembrono. Sikap lepas bebas juga tidak identik dengan sikap kaum nihilis yang
tidak mau mempercayai sesuatupun yang konkret. Sikap lepas bebas juga bukan sikap yang menggunakan kebebasan untuk hanya mencukupi kebutuhan
diri sendiri, yang oleh santo Paulus dikecam sebagai tidak bermoral.