Proses Katekese Dalam On Going Formation

94 kesadaran dan keterlibatan baru. Dalam model ini dialog tidak hanya terjadi antara pendamping dengan peserta, tetapi juga antara peserta dengan peserta groome, 1997: 1. Tiga komponen pokok yang perlu didalami dari SCP adalah: a. Praksis Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu informasi kehidupan. Dalam tindakan itu terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Praksis mempunyai tugas komponen yakni: aktivitas, refleksi dan kreativitas, yang berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praksisbaru yang secara etis dan moral dapat dipertanggungjawabkan Groome, 1997: 2. b. Kristiani Katekese ini mencoba mengusahakan supayakekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada zamannya sekarang. Dengan proses ini diharapkan kekayaan iman gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang. His-tory menjadi my own story. Yang meliputi dua unsur yakni: pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah tradisi dan visinya Groome, 1997: 3. c. Shared Istilah ini menunjuk pengetian komunikasi yang timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, sikap egalitarian, terbuka inklusif 95 baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan,dan solidaritas. Dalam “sharing” semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam kata lain ‘sharing” juga terkandung hubungan dialekti, antar pengalaman hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani Groome, 1997: 4.

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Katekese Model “SCP”

a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Praksis Faktual Dalam langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan keterlibatan mereka entah dalam bentuk cerita, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek, lambang dll. Dalam proses pengungkapan itu, peserta dapat menggunakan perasaan mereka, menjelaskan nilai,sikap kepercayaan, dan keyakinan yang melatarbelakanginya Groome, 1997: 5. b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual Dalam langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri tema- tema dasar maupun masyarakatnya. Peserta diajak untuk menggunakan sarana baik analisa sosial maupun analisa cultural. Segio pemahaman, pengenangan, serta imajinasi akan berguna sekali apabila dimanfaatkan. Tujuan langkah ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada keadasaran kritis akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alas an 96 pemahaman, motivasi, sumber historis pengenangan, kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak diwujudkan imajinasi. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah tradisi dan visi kristiani. Langkah ini bersifat analisis yang kritis Groome, 1997: 5 6. c. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau Inti dari langkah ini adalah: mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat, dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang, peranan pendamping mendapat tempat pada langkah ini. Diharapkan pendamping dapat membuka jalan selebar-lebarnya, menghilangkan segala macam hambatan sehingga semua peserta mempunyai peluang besar untuk menemukan nilai-nilaidari tradisi dan visi kristiani Groome, 1997: 6 d. Langkah IV: Interpretasitafsir Dialektis antara tradisi dan Visi Kristiani dengan Visi dengan Tradisi dan Visi Peserta Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok- pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Kemudian pokok-pokok penting itu dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi kristiani dari langkah ketiga. Diharapkan peserta dapat secara aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan. 97 e. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Langkah kelima bertujuan mendorong peserta sampai pada tindakan dan niat baru menyangkut pribadi maupun bersama. Mendorong peserta sebagai orang Kristen yang mengusahakan pertobatan terus menerus, membantu peserta mengambil keputusan secara moral, social dan politis sesuai dengan nilai iman kristiani Sumarno Ds, 2009: 22. Kekhasan pada langkah kelima ini ialah mendorong peserta supaya sampai pada keputusan konkrit yakni menghidupi dan menghayati iman kristiani yang telah dipahami, direfleksikan dan mempertanggungjawabkannya dalam hidup ditengah masyarakat. Dalam pengambilan keputusan hendaknya dipengaruhi oleh topik utama yang menjadi pokok renungan dan oleh konteks pribadi dan sosial peserta . artinya pertobatan yang merangkum segi personal meliputi intelektual, moral dan mental, sedangkan segi sosial meliputi solidaritas. Berpihak pada yang miskin dan tertindas demi mewujudkan kerajaan Allah ditengah masyarakat Groome, 1997: 36. Peran pendamping pada langkah ini perlu mengusahakan aktivitas yang partisipatif dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang berorientasi pada tindakan praktis. Pendamping sendiri hendaknya mendorong peserta untuk memanfaatkan imajinasi mereka Groome, 1997: 37. Peserta diharapkan semakin terlibat dan aktif mewujudkan keputusanya secara konkrit demi terwujutnya kerajann Allah. Peserta diajak untuk merayakan liturgy sederhana dan mendoakan bersama keputusan yang telah mereka buat dan