Pemberian skor didasarkan pada tahap akhir perilaku seksual yang pernah dilakukan. Akumulasi nilai yang dilakukan dengan cara
menambahkan skor dari banyaknya tahap perilaku seksual yang berbeda dilakukan karena tiap tahap memiliki bobot yang berbeda dan tidak bisa
disamakan bukan semata hanya dilihat dari tahap yang berbeda saja.
Tabel 1 Penskoran Item
No. Tahapan perilaku seksual
Skor 1
Bergandengan tangan 1
2. Berpelukan
2 3.
Kissing 3
4. Necking
4 5.
Touching genital 5
6. Petting
6 7.
Oral sex 7
8. Sexual intercourse
8
F. Validitas dan Reliabilitas Skala
Sebelumya, peneliti melakukan tryout kepada 20 orang subjek penelitian pada tanggal 10 Oktober 2013, untuk melihat sejauh mana
mereka jujur menjawab pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuisioner. Tidak ada seleksi item pada kuisioner karena pernyataan dalam kuisioner
merupakan tahapan perilaku seksual yang diasumsikan bahwa saat subjek
sampai pada tahap akhir maka subjek pasti telah melewati semua tahap sebelumnya. Maka tidak ada item yang gugur dalam kuisioner pada
penelitian ini. 1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity, yang berarti seberapa tepat dan cermat suatu alat ukur dapat melakukan fungsi ukur dari suatu
instrumen. Alat ukur dapat dikatakan valid, ketika mampu memberiksan hasil ukur yang sesuai dengan maksud awal sebelum
pengukuran dilakukan. Jika ingin mengukur instrumen Z maka ketika alat ukur tersebut memberikan hasil informasi dan hasil yang
mengukur intrumen Z, maka alat ukur tersebut memiliki validitas yang tinggi.
Dalam penelitian ini pengujian validitas yang digunakan adalah validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi tes dengan analisis rasional atau lewat Professional Judgement. Analisis ini diperoleh dengan cara mengkonsultasikan item-item yang
telah dibuat kepada ahli atau dosen pembimbing, dengan tujuan agar item-item yang dibuat dapat mewakili atau mencakup komponen-
komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur aspek representasi dan sejauhmana item-item tes mencerminkan ciri
perilaku yang hendak diukur aspek relevansi. Azwar, 2005.