Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Selai Ubi Jalar dan Belimbing Wuluh

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan dari ketiga kelompok tersebut dapat digunakan uji Duncan, dan hasilnya menunjukkan pada kelompok bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa selai A sama dengan C, namun tingkat kesukaan panelis terhadap selai B berbeda dengan kedua kelompok selai yang lainnya. Sedangkan pada perlakuannya disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa selai pada perlakuan II berbeda dengan perlakuan I. Hasil ini menyimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa selai dari ketiga jenis ubi jalar yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda terdapat pada selai dengan penambahan ubi jalar orange 60 dan belimbing wuluh 40. Rasa yang dihasilkan selai ubi jalar dan belimbing wuluh pada perlakuan kedua 60:40 lebih manis. Hal ini dikarenakan jumlah belimbing wuluh yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan pertama 50:50 yang rasa selainya lebih asam dikarenakan jumlah belimbing wuluh yang banyak, serta jumlah penggunaan gula pasir yang sama pada kedua perlakuan yang membuat perlakuan kedua lebih manis dibandingkan perlakuan pertama.

5.5 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Selai Ubi Jalar dan Belimbing Wuluh

Menurut Kamal 2015 yang mengutip pendapat Wheat 1981, aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat disebabkan setiap orang memiliki perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunyai kesukaan yang berlainan. Daya Terima Panelis terhadap aroma selai ubi jalar dan belimbing wuluh. Hasil daya terima dengan menggunakan uji hedonik formulir kesukaan Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma selai untuk kategori suka terdapat pada A 2 skor 72 dengan presentase 80,0. Berdasarkan analisa sidik ragam terhadap dari dari kedua perlakuan dan ketiga kelompok pada selai ubi jalar dan belimbing wuluh menunjukkan pada kelompok nilai F hitung sebesar 12,3 lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 18.5 dan hasilnya Ho diterima, sedangkan pada perlakuan nilai F hitung sebesar 192 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 19.0 dan hasilnya Ho ditolak. Dengan demikian dapat diartikan bahwa selai ubi jalar dengan berbagai variasi ketiga kelompok tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap aroma selai ubi jalar dan belimbing wuluh serta selai ubi jalar dengan berbagai variasi kedua perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap aroma selai ubi jalar dan belimbing wuluh. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan tersebut dapat digunakan uji Duncan, dan hasilnya disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma selai pada perlakuan II berbeda dengan perlakuan I. Hasil ini menyimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma selai lebih menyukai aroma dengan komposisi 60 dan 40. Aroma yang dihasilkan selai ubi jalar dan belimbing wuluh pada perlakuan kedua 60:40 sangat khas ubi jalar dan beraroma selai dikarenakan jumlah ubi jalar yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan pertama 50:50 yang aroma selainya lebih dominan asam dan sedikit aroma khas ubi jalar dikarenakan jumlah belimbing wuluh yang banyak dibandingkan di perlakuan pertama. Universitas Sumatera Utara

5.6 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Selai Ubi Jalar dan Belimbing Wuluh