2.4.1. Interaksi Antara Cd dan Logam Lain
Daya racun kadmium terhadap hewan atau mahluk hidup lainnya selalu berhubungan erat dengan diet dari unsur nutrisi logam esensial. Dalam
laboratorium daya toksisitas Cd dipengaruhi oleh unsur logam esensial seperti Zn, Ca, Fe, Cu, dan Mn. Disamping itu protein dan vitamin juga mempengaruhi
toksisitas dari kadmium. Hill dan Matron 1970 mengemukakan pendapatnya bahwa unsur logam yang mempunya sifat fisik dan kimia yang hampir sama
secara biologik akan bersifat antagonis antara satu dan lainnya. Hal ini terjadi mungkin dala sistem transportasi dan deposit dalam sel saling berkompetisi dalam
menduduki ikatannya dengan enzim dan reseptor protein Darmono, 1995.
Inhalasi Cd biasanya relatif kecil pada hewan atau manusia, kecuali pada perokok berat. Walaupun begitu absorpsi Cd melalui paru-paru jauh lebih besar
daripada saluran pencernaan yang hanya sekitar 25 – 50. Setelah Cd diabsorpsi dalam tubuh kemudian didistribusikan oleh darah ke pelbagai jaringan, terutama
terakumulasi dalam hati dan ginjal. Dua organ penting tersebut deposit Cd dalam tubuh yang jumlahnya 50 dari total Cd. Organ lain seperti paru, pankreas, usus,
testis, otak, limpa, jantung, otot dan jaringan lemak juga mengandung jumlah tertentu Cd. Sekali Cd tertimbun dalam jaringan biasanya sangat lambat untuk
dilepas kembali, beberapa peneliti melaporkan bahwa waktu paruh biological half life
Cd dalam jaringan sekitar 5 – 10 tahun dalam hati dan 16 – 33 dalam ginjal. Keracunan akut Cd terjadi jika ternak termakanterminum bahan yang
tercemar Cd dengan dosis 350 mg Cd dengan gejala : mual, muntah, diare, kejang perut, pusing dan hipersalivasi. Sedangkan keracunan Cd melalui inhalasi sering
ditemukan dalam industri metalurgi seperti pemurnian dan pengelasan logam, dengan gejala sesak napas dan radang paru-paru. Keracunan kronis Cd lebih
sering dijumpai di lapangan hanya manusia pada manusia ini erat hubungannya dengan kualitas lingkungan yang menurun. Gejala yang timbul terlihat setelah
keracunan sedikit tetapi dalam waktu yang lama. Pada manusia terjadi setelah Cd
Universitas Sumatera Utara
terakumulasi dalam ginjal sampai dalam jumlah 50 µgg berat basah dan terlihat pada umur sekitar 50 tahun.
Mempelajari interaksi antar logam esensial dan nonesensial dapat membantu mempelajari mekanisme toksisitas logam tersebut. Interaksi antar
logam tersebut banyak diteliti di laboratorium dan kemudian diaplikasikan di lapangan, ternhyata kejadiannya hampir sama di lapangan secara alamiah baik
pada hewan maupun pada manusia. Daya keracunan dari suatu logam berat nonesensial dapat meningkat atau menjadi menurun oleh karena hadir atau
absennya logam esensial.
Disamping adanya interaksi antara logam esensial dengan nonesensial, di antara logam esensial juga terjadi suatu peristiwa juga terjadi suatu peristiwa
interaksi. Hal ini terjadi jika salah satu mineral esensial defisiensi dipengaruhi oleh naiknya kandungan beberapa unsur mineral esensial lainnya antagonisme.
Pada kebanyakan kasus antagonisme tersebut sejumlah elemen yang saling berinteraksi mempunyai sifat yang hampir sama sehingga terjadi kompetisi dalam
menduduki ikatannya dalam protein. Tetapi ada beberapa unsur yang berinteraksi dalam pakan yang dimakan misalnya Camenghambat absorsi Mn, Cu dangan Mo
dan S Darmono, 1995.
2.4. Timah