Starhill Gallery, Kuala Lumpur EX Plaza Indonesia

66 Arsitektur Metafora banyak diterapkan pada bangunan komersial, khususnya bangunan pusat perbelanjaan shopping mall. Berikut beberapa bangunan pusat perbelanjaan dengan penerapan tema Arsitektur Metafora.

a. Starhill Gallery, Kuala Lumpur

Gambar 2.25 Starhill Gallery Kuala Lumpur Starhill Gallery mungkin merupakan mall atau pusat perbelanjaan paling ikonik di Kuala Lumpur, Malaysia. Menampilkan deretan retail- retail mewah dan restoran berkonsep fine dining, mall ini merupakan ikon baru di daerah Bukit Bintang.Reinvention mall ini dirancang oleh Stephen Pimbley yang juga merupakan pendiri Spark dan arsitek di balik tempat makan populer di Singapore,Clarke Quay. Desain mall yang menerapkan tema Tangible Metaphor ini menyediakan banyak daya tarik visual berupa deretan retail-retail ternama yang memanjang di area mall. Universitas Sumatera Utara 67 Gambar 2.26 Bongkahan Kristal Gambar 2.27 Fasad Starhill Gallery Keseluruhan fasade mall ini sendiri sangat menarik perhatian karena terdiri dari kaca dan panel batu yang membungkus rapat mall ini, seperti halnya bentuk sebuah bongkahan kristal. Fasade bangunan yang terdiri dari baja ringan Spark, batu, dan kaca. Material kaca yang dipakai pada bangunan ini adalah yang pertama digunakan di Malaysia yang dibuat oleh RFR, tim yang membuat piramida ikonik untuk museum Louvre, Prancis. Gambar 2.28 Tampak depan Starhill Gallery Universitas Sumatera Utara 68

b. EX Plaza Indonesia

Gambar 2.29 EX Plaza Indonesia Entertainment Xnter disebut juga EX adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta, Indonesia. EX tersambung langsung dengan Plaza Indonesia dan Grand Hyatt Jakarta. EX dibuka pada tanggal 14 Februari2004sekarang tutup. Berapa penyewa terbesar antara lain XXI,Celebrity Fitness,Hard Rock Cafe dan Fashion TV Bar. Gambar 2.30 Gaya kinetik pada mobil Gambar 2.31 Bird-eye view EX Plaza Universitas Sumatera Utara 69 Dalam buku “Indonesian Architecture Now”, Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil- mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom- kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak intangible. Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual tangible. Perpaduan antara gaya kinetik obyek abstrak dan ban-ban mobil konkrit inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.

2.6 Rangkuman Konsep Aerotropolis