77
Penderita diabetes mellitus seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola
makan sehat. Namun tampaknya kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita
diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yangm dianjurkan. Ketidakpatuhan penderita DM dalam penelitian ini karena faktor
kesibukan dalam bekerja. Semua responden masih bekerja dan sebagian besar bekerja swasta. Responden yang sibuk bekerja tidak bisa memperhatikan kebutuhan makanan
yang dianjurkan. Akibatnya penderita tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan. Ketidakpatuhan pasien terhadap diet dipengaruhi motivasi yang kurang dari pasien.
Pasien merasa malas dan bosan dengan menu diabetes melitus yang sesuai aturan.
5.4 Pengaruh Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Gangren pada
Penderita Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa kepatuhan minum obat pada penderita DM yang mengalami kejadian gangren mayoritas tidak patuh
minum obat sebesar 67,7 dan yang patuih minum obat sebesar 32,3. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Lestari 2013 di Puskesmas Merdekaya
Makasar yaitu sebagian besar responden 65,5 masih tidak patuh dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter, dan hanya 34,5 yang patuh.
Kepatuhan responden dalam penelitian ini juga terkait dengan kesibukan responden. Kesibukan karena pekerjaan atau hal-hal yang lain seringkali membuat mereka lupa
atau terlambat untuk mengkonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter. Selain
Universitas Sumatera Utara
78
itu, ketidakpatuhan responden dalam mengkonsumsi obatnya karena mereka bosan jika harus setiap harinya sehingga kadang tidak dikonsumsi lagi.
Analisis pengaruh antara kepatuhan minum obat dengan kejadian gangren pada penderita DM diperoleh OR=2,87, artinya pasien DM yang mengalami gangren
berpeluang 3 kali tidak patuh minum obat dibandingkan pasien DM yang tidak mengalami gangrene dan secara statistik menjelaskan bahwa ada pengaruh yang
signifikan dengan nilai p 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian Lestari 2013 di Puskesmas Merdekaya Makasar yaitu asil tabulasi silang antara kepatuhan minum
obat dengan kadar GDS responden diperoleh persentase 100 berkontribusi terhadap terkontrolnya kadar glukosa darah.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu penderita DM yang mengalami gangren lebih banyak yang tidak patuh minum obat yaitu sebesar 67,7,
sedangkan pada penderita DM yang tidak mengalami gangren hanya sebesasr 38,7 yang tidak patuh minum obat dari hasil tersebut didapatkan bahwa kepatuhan diet
merupakan faktor resiko kejadian gangren pada penderita DM hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Empat pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan penyuluhan Waspadji, 2009.
Kadar glukosa darah penyandang DM selalu berfluktuasi sepanjang hari dan dipengaruhi oleh banyak hal, yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah antara
lain makanan, stress, keadaan sakit sedangkan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah antara lain olahraga, obat anti diabetes OAD dan insulin Sukardji,
Universitas Sumatera Utara
79
2005. Penatalaksanaan DM mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, target utamanya untuk menjaga agar kadar glukosa plasma berada
dalam kisaran normal, dan untuk mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi DM. Salah satu prinsip yang digunakan adalah dengan
menggunakan terapi obat antidiabetik oral dapat secara tunggal atau kombinasi Maulana, 2009.
Faktor yang dimungkinkan ketidak patuhan minum obat adalah karena pengetahuan yang kurang. Untuk itu petugas kesehatan harus menekankan edukasi
yang lebih intensif mengenai kepatuhan minum obat karena apabila tidak dikonsumsi secara teratur obat tersebut akan lebih berbahaya, yang akan menyebabkan kadar gula
darah pasien menjadi tidak terkontrol yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi jika dibiarkan terus –menerus.
5.5 Keterbatasan Penelitian