Pengolahan Tepung Belalang Tepung Beras

dibandingkan dengan jenis serangga lainnya belalang memiliki kandungan asam amino yang lengkap karena dibeberapa jenis serangga memiliki defisiensi asam amino metionin, sistein dan lisin. Seratus gram bagian belalang mentah yang dapat dimakan mengandung protein 26,8, lemak 3,8, karbohidrat 5,5, serat 2,4, air 62,7, dan energi 170 kkal. Seratus gram bagian belalang kering yang dapat dimakan mengandung protein 62,2, lemak 10,4, karbohidrat 15,8, air 7, dan energi 420 kkal Koswara, 2002. Menurut penelitian Kusmaryani 2005, tepung belalang kayu Melanoplus cinereus mempunyai nilai protein yang lebih tinggi dari tepung udang windu Panaeneous Monodon. Kadar protein tepung belalang kayu sebesar 17,922 sedangkan tepung udang windu hanya 9,846 . Tabel 2.1 kandungan gizi belalang dan tepung belalang Kandungan gizi Belalang Tepung belalang Mentah Kering Protein 26,8 62,2 33,1 Lemak 3,8 10,4 18,7 Karbohidrat 5,5 15,8 Air 62,7 7,0 8,9 Energi kkal 170,0 420,0 Sumber : Koswara 2002 dan Wang 2007

2.2 Pengolahan Tepung Belalang

Pengolahan belalang menjadi tepung akan mempermudah pemanfaatan belalang menjadi bahan setengah jadi yang fleksibel, karena selain tahan lama daya simpannya juga dapat dipakai sebagai penganekaragaman pengolahan makanan. Proses pengolahan belalang menjadi tepung menurut Maryati dan Widodo 2012 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Penyiapan belalang Menyiapkan belalang yang akan dijadikan tepung. 2. Penyiraman Belalang yang sudah disiapkan kemudian disiram dengan air panas dan didiamkan sekitar 15 menit untuk mematikan belalang dan menghilangkan bau. 3. Pencucian Setelah disiram dan didiamkan sekitar 15 menit, kemudian belalang dicuci di air mengalir sampai bersih. 4. Pengeringan Pengeringan merupakan metode mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan sehingga kadar air seimbang dengan kondisi udara normal atau kadar air setimpal dengan aktivitas air aw yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzim, dan kimiawi. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan pembusukan terhenti, demikian juga perubahan-perubahan akibat kegiatan enzim, menjadikan bahan tidak mudah rusak sehingga mempunyai daya awet yang lebih lama dan memudahkan pengolahan lanjutan Wirakartakusumah dkk, 1992. Pengeringan dilakukan dengan disangrai terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil sebelum dijemur dibawah sinar matahari. Universitas Sumatera Utara 5. Penghalusanpenepungan Belalang kering ditumbuk menggunakan lumbung dan alu hingga menjadi bubuk halus, kemudian diayak sehingga diperoleh hasil berupa tepung yang halus.

2.3 Tepung Beras

Tepung beras merupakan tepung yang dibuat dari beras yang digilingdihaluskan. Warnanya putih, bila diraba dengan jari, tepung beras akan terasa lebih lembut dan halus dibandingkan dengan tepung lain. Biasa digunakan untuk penganan tradisional. Tepung beras sangat penting dalam pembuatan kue- kue indonesia, maka tepung beras sangat penting juga bagi rempeyek. Hal ini menjadikannya sebagai 100 makanan alami dan mudah dalam penyajiannya. Tepung beras dapat diolah dengan berbagai macam variasi resep agar tidak membosankan dan sajian akan selalu terasa lebih nikmat Faridah, 2008. Tepung beras dibuat dari beras yang ditumbuk atau digiling sampai halus dan dikeringkan sehingga dapat tahan lama. Tepung beras dapat dimasak menjadi berbagai makanan atau hidangan selingan. Dengan rasa asin, manis, gurih, dikukus, digoreng, dibakar, atau sebagai campuran. Tepung beras dapat diolah menjadi makanan pokok yang terkenal dengan nama “bihun” atau “mihun” rice noodle Tarwotjo, 1998. Komposisi kimia tepung beras per 100 gram bahan dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Komposisi kimia tepung beras Komponen Nilai per 100 gram Protein g 7,0 Lemak g 0,5 Karbohidrat g 80,0 Air g 12,0 Posfor mg 140,0 Kalsium mg 5,0 Bagian yang dapat dimakan 100,0 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I 1996.

2.4 Tepung Tapioka