Analisis Metode Design For Manufacturing

Tingkat kesulitan Tingkat kesulitan Derajat kepentingan Derajat kepentingan Perkiraan biaya Perkiraan biaya 4 4 3 3 3 3 5 5 27 27 20 20 20 20 33 33 30 30 18 18 11 11 41 41 Jumlah Air Jumlah Feldspar Jumlah KaolinTanah Liat Jumlah Kuarsa Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 6.1 Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya Hasil QFD Fase II produk wastafel Champion menunjukan bahwa part yang paling penting untuk segera diperbaiki adalah jumlah tanah liat dan jumlah air yang memiliki tingkat kesulitan dengan nilai 5 dan 4, derajat kepentingan dengan nilai 41 dan 30 serta perkiraan biaya dengan nilai 33 dan 27. Ronald G. Day, 1993. Part yang paling penting diperbaiki ini kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode design for manufacturing. mahal dengan skor 19. Ketiga part kritis yang paling prioritas akan diperbaiki dengan menggunakan metode Design for Manufacturing DFM pada produk wastafel Champion.

6.5 Analisis Metode Design For Manufacturing

Design for Manufacturing digunakan dengan maksud membuat proses produksi produk wastafel Champion menjadi lebih mudah dan lebih ekonomis. Universitas Sumatera Utara Perbaikan proses didasari dari hasil QFD fase II dengan ukuran kinerja part kritis yang paling tinggi. yakni jumlah air dan jumlah kaolin. Namun perbaikan yang dilakukan hanya pada part kritis jumlah air dan tidak meliputi jumlah kaolin. Hal ini didasarkan oleh beberapa alasan, yakni : 1. Keterbatasan literatur mengenai perbaikan terhadap jumlah kaolintanah 2. Keterbatasan waktu dan kemampuan untuk menguji perubahan komposisi dan jenis tanah. Perbaikan dilakukan dengan cara merancang ulang komponen untuk mengurangi langkah-langkah pemrosesan 30 Proses . Tabel 6.5. Perbandingan Proses Awal dan Perbaikan Biaya Bahan Langsung Rp Biaya Bahan Tak Langsung Rp Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung Rp Total Biaya Rp Awal 44.347,2 33.400 9.093 86.840,2 Perbaikan 43.797,2 33.400 8.917 86.114,2 Perbaikan dilaksanakan dengan memperbaiki metode kerja proses produksi. Jenis pemborosan dan langkah perbaikan yang dapat dilaksanakan : c. Penggabungan elemen pekerjaan pembongkaran hasil cetakan dan pendinginan hasil cetakan. Proses penggabungan dilakukan mengingat dengan adanya perubahan komposisi bahan baku, maka lama kegiatan pengeringan dapat dikurangi. d. Penggunaan bahan flokulan 30 Ulrich, K. T. dan Eppinger, S. D, Product Design and Development 4nd Edition, New York: Irwin Mcgraw-Hill, 2008, h. 233 Universitas Sumatera Utara Pengurangan waktunya dilakukan dengan cara menambahakan zat flokulan pengganti air. Flokulan ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas tanah dan mengurangi lamnya proses pengeringan. Flokulan yang ditambahkan yakni zat biosludge seperti limbah pulp kertas sebanyak 1 kg untuk setiap komposisi 8 kg bahan per 1 unit wastafel. Hasil penambahan terebut akan mengurangi elemen kegiatan yakni pengeringan hasil cetakan serta pengurangan waktu pengeringan hasil pengamplasan. Berikut adalah perbandingan jumlah elemen dan waktu baku sebelum dan sesudah perbaikan. Tabel 6.6. Perbandingan Waktu Baku Awal dan Perbaikan Proses Jumlah Elemen Kegiatan Total Waktu Baku detik Awal 28 459.647 Perbaikan 27 366.037 Perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan menunjukkan terdapat perbedaan waktu operasi. Karena telah terjadi pengurangan elemen kerja sehingga mengurangi waktu operasi. Universitas Sumatera Utara

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengolahan, analisis data, dan tujuan penelitian adalah: 1. Variabel yang mempengaruhi proses produksi dan produk adalah jenis tanah, keelastisan tanah, komposisi bahan, kepadatan adonan, pengeringan, pembakaran, lama pengeringan dan lama pembakaran. 2. Hasil QFD Fase II produk wastafel Champion menunjukan bahwa critical part yang paling penting untuk segera diperbaiki adalah jumlah tanah liat dan jumlah air yang memiliki tingkat kesulitan dengan nilai 5 dan 4, derajat kepentingan dengan nilai 41 dan 30 serta perkiraan biaya dengan nilai 33 dan 27 3. Kegiatan pengeringan dilakukan secara lambat karena adanya kandungan air di dalam keramik. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak. 4. Perbaikan dilakukan dengan cara merubah kadar air dalam komposisi bahan Kadar air dapat dikurangi dengan mengubah komposisi dari bahan. Solusi yang dapat digunakan ialah menambah bahan flokulan ke dalam tanah seperti Universitas Sumatera Utara