Sedangkan menurut Fereel dalam Meliana, 2012 alat ukur untuk varibel kepuasan kerja adalah : pekerjaan monoton atau tidak, hubungan
dengan atasan, gaji, kesempatan promosi, lingkungan dan rekan kerja. Dari beberapa pendapat di atas maka dalam penelitian ini
menggunakan indikator : 1. Balas jasa yang adil dan layak
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat normative yang ideal dan sama besarnya.
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian Menempatkan karyawan yang tepat pada jabatan yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya. 3. Berat ringannya pekerjaan
Beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang terhadap kemampuannya.
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan Keadaan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan dalam
menjalankan tugasnya. 5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
Artinya apakah peralatan yang disediakan oleh perusahaan dalam menunjang pekerjaan karyawan selalu tersedia atau tidak.
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinan Merupakan sikap atau perilaku yang ditampakkan oleh pemimpin
untuk mengatur bawahannya di dalam suatu organisasi.
7. Sifat pekerjaan yang monoton atau tidak Artinya apakah pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan selalu sama
dalam setiap harinya.
2.4 Komitmen Organisasi
2.4.1 Definisi Komitmen Organisasi
Mathis 2000:98 memberikan definisi komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan
organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Menurut Neale Northcraft, dalam Sudarmanto 2009:102
komitmen organisasi mencakup tiga hal, yaitu : pertama, kepercayaan kuat terhadap tujuan dan nilai organisasi; kedua, kemauan kuat atau sungguh-
sunguh pada kepentingan organisasi; ketiga, keinginan kuat untuk terus menerus atau selalu menjadi anggota organisasi
Menurut Spencer dalam Sudarmanto, 2009:102, komitmen organisasi adalah kemampuan individu dan kemauan menyelaraskan
perilakunya dengan kubutahn, prioritas, dan tujuan organisasi dan bertindak untuk tujuan atau kebutuhan organisasi.
Meyer dan Allen dalam Umam 2012:258, merumuskan sautu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk
psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu
untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.
Baron dan Greenbeg dalam Umam 2012:259, menyatakan bahwa komitmen memiliki arti penerimaan yang kuat dalam diri individu
terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, sehingga individu tersebut akan berusahadan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan
di perusahaan tersebut. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasional adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang
kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk
mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.
2.4.2 Pembentukan Komitmen Organisasi