a  Menyusun indikator-indikator yang berupa pernyataan-pernyataan. b  Menentukan skor penilaian
3.6.2 Analisis Instrumen Penelitian
3.6.2.1 Validitas Instrumen
Validitas  isi  diuji  dengan  melakukan  perbandingan  antara  isi  instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi
dengan  menggunakan  kisi-kisi  instrumen  Sugiyono,  2010:182.  Sebelum instrumen  disusun,  peneliti  menyusun  kisi-kisi  soal  terlebih  dahulu  berdasarkan
kurikulum  yang  berlaku,  selanjutnya  dikonsultasikan  dengan  kedua  dosen pembimbing terlebih dahulu.
3.6.2.2 Validitas Butir Soal
Untuk  mengukur  validitas  butir  soal  digunakan  rumus  korelasi  point
biserial:
q p
S M
M r
t t
p pbis
 
Keterangan: r
pbis
= Koefisien korelasi point biserial Mp
= Rata-rata skor siswa yang menjawab benar pada butir soal Mt
= Rata-rata skor seluruh siswa p
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir 1- p St
= Standar deviasi skor total Arikunto, 2010: 326-327.
yang  diperoleh  diuji  melalui  tabel  uji  t    t-tes  dengan  taraf signifikansi 5 dan dk = n-2 dengan rumus:
√
√
Keterangan : = t
hitung
atau nilai t yang diperoleh melalui perhitungan = koefisien korelasi point biserial
= jumlah siswa yang mengerjakan soal Kriteria : jika t
hitung
t
tabel
, maka butir soal valid. Rekapitulasi validitas soal dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Rekapitulasi Validitas Soal Uji Coba
Kriteria Nomor soal
Jumlah
Valid 2,3,4,5,9,11,15,16,19,24,25,29,33,34,
39,41,42,43,44,46,47 21
Tidak Valid 1,6,7,8,10,12,13,14,17,18,20,21,22,
23,26,27,28,30,31,32,35,36,37,38,40, 45,48,49,50
29
Jumlah 50
Sumber: Data primer Contoh perhitungan validitas butir soal no.1 dapat dilihat pada Lampiran 10
.
3.6.2.3 Daya Beda
Daya  pembeda  soal  dimaksudkan  untuk  membedakan  antara  siswa  yang pandai  dengan siswa  yang kurang pandai.  Suatu soal mempunyai  daya beda jika
soal itu dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa  yang  kurang  pandai.  Arikunto  2010:  211-213  menyatakan  bahwa  untuk
mengetahui  daya  pembeda  masing-masing  soal,  seluruh  peserta  tes dikelompokkan  menjadi  dua  kelompok,  yaitu  kelompok  atas  upper  group  dan
kelompok  bawah  lower  group.  Jika  jumlah  peserta  tes  kurang  dari  100,  maka seluruh  peserta  tes  dibagi  dua  sama  besar,  50  untuk  kelompok  atas  dan  50
untuk kelompok bawah Langkah-langkah  untuk  menentukan  daya  pembeda  soal  ialah  sebagai
berikut: 1.  Menyusun skor tes yang tertinggi sampai yang terendah,
2.  Membagi subjek uji coba menjadi dua kelompok yang sama besar, 3.  Menghitung jumlah jawaban yang benar dari kelompok atas dan bawah,
4.  Menghitung daya beda dengan rumus:
Keterangan: D   = daya pembeda
BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya siswa pada kelompok atas JB  = banyaknya siswa pada kelompok bawah.
Kriteria soal-soal  yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kriteria Daya Pembeda
Inteval Kriteria
D   0,00 Sangat jelek
0,00  D  0,20 Jelek
0,20  D    0,40 Cukup
0,40  D    0,70 Baik
0,70  D    1,00 Sangat baik
Hasil perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal
Kriteria No. Soal
Jumlah
Sangat Jelek 7,8,18,20,21,22,26,27,28,31,36,40,45
13 Jelek
1,4,6,9,10,11,12,13,17,23,30,32,35,37,38,49, 50
17 Cukup
2,14,15,16,19,29,34,41,42,43,46,48 12
Baik 3,5,24,25,33,39,44,47
8 Sangat Baik
-
Jumlah 50
Sumber: Data primer Contoh perhitungan daya beda butir soal no.1 dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.6.2.4 Tingkat Kesukaran