Tabel 4.7
Hasil Uji Ketuntasan Belajar
Kelas Rata-
rata Kelas
t
hitung
t
tabel
Kriteria Ketuntasan
Klasikal Kriteria
Eksperimen I 75,79
0,56 2,03
Belum Tuntas
65,71 Belum
Tuntas Eksperimen II
80,82 3,61
2,03 Tuntas
77,78 Belum
Tuntas Sumber: Data primer
Berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan belajar pada kelas eksperimen I diperoleh, t
hitung
0,56 t
tabel
2,03, sehingga H diterima yang berarti rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen I belum mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada kelas ekeperimen II diperoleh, t
hitung
3,61 t
tabel
2,03, sehingga H ditolak
yang berarti rata-rata hasil belajar kelas eksperimen II sudah mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen I diketahui bahwa yang tuntas sebanyak 23 siswa dari 35 siswa, sedangkan kelas
ekperimen II adalah sebanyak 28 siswa dari 36 siswa. Persentase ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen I yaitu sebesar 65,71 yang menunjukkan
bahwa kelas eksperimen I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal, sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal pada kelas eksperimen II sebesar 77,78
yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan belajar klasikal. Perhitungan ketuntasan belajar terdapat pada Lampiran 24.
4.1.2.5 Hasil Belajar Ranah Afektif
Penilaian aspek afektif digunakan untuk mengetahui tingkat apresiasi siswa terhadap mata pelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Terdapat delapan aspek yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa pada ranah afektif. Delapan aspek yang diamati dengan skor tertinggi tiap
aspek 5 dan terendah 1. Rata-rata nilai afektif untuk tiap aspek pada kedua kelas ekperimen secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rata-rata Skor Tiap Aspek Afektif
No Aspek
Eksperimen I
Eksperimen II
Rerata Kriteria Rerata Kriteria
1 Kehadiran di kelas
5 Sangat
Tinggi 5
Sangat Tinggi
2 Perhatian dalam mengikuti
pelajaran 4
Tinggi 4
Tinggi 3
Kejujuran 3
Sedang 3
Sedang 4
Tanggung jawab 4
Tinggi 5
Sangat Tinggi
5 Partisipasi dalam Pembelajaran
4 Tinggi
4 Tinggi
6 Sikap menghargai pendapat
4 Tinggi
4 Tinggi
7 Sopan santun dalam
berkomunikasi 4
Tinggi 5
Sangat Tinggi
8 Sikap dan tingkah laku terhadap
guru 5
Sangat Tinggi
5 Sangat
Tinggi Sumber: Data primer
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen I terdapat 2 aspek yang memperoleh skor sangat tinggi, 5 aspek memperoleh skor
tinggi, dan 1 aspek memperoleh skor sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen II terdapat 4 aspek yang memperoleh skor sangat tinggi, 3 aspek yang memperoleh
skor tinggi, dan 1 aspek memperoleh skor sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua kelas eksperimen tersebut, kelas eksperimen II mempunyai nilai
afektif yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen I. Hasil analisis deskriptif hasil belajar ranah afektif dari kedua kelas
eksperimen menunjukkan kelas eksperimen I mendapat kriteria baik sedangkan
kelas eksperimen II mendapat kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen II lebih baik dari kelas ekperimen I.
Perincian nilai afektif siswa dapat dilihat pada Lampiran 27.
4.1.2.6 Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik digunakan untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan kemampuan fisik siswa kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II.
Terdapat enam aspek yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa pada ranah psikomotorik. Delapan aspek yang diamati dengan skor tertinggi tiap aspek
5 dan terendah 1. Rata-rata nilai psikomotorik untuk tiap aspek pada kedua kelas
ekperimen secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9
Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik
No Aspek
Eksperimen I
Eksperimen II
Rerata Kriteria Rerata Kriteria
1 Kecakapan mengajukan
pertanyaan 3
Sedang 4
Tinggi 2
Kecakapan berkomunikasi lisan 3
Sedang 4
Tinggi 3
Kemampuan bekerjasama dalam kelompok
4 Tinggi
4 Tinggi
4 Kemampuan memecahkan soal
3 Sedang
4 Tinggi
5 Menggali informasi melalui
sumber bahan ajar 3
Sedang 4
Tinggi 6
Keterampilan dalam melaksanakan diskusi
3 Sedang
4 Tinggi
Sumber: Data primer Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen I
terdapat 5 aspek yang mendapat skor sedang dan hanya terdapat 1 aspek yang mendapat skor tinggi. Sedangkan pada kelas eksperimen II semua aspek
mendapatkan skor tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua kelas
eksperimen tersebut, kelas eksperimen II mempunyai nilai psikomotorik yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen I.
Hasil analisis deskriptif hasil belajar ranah psikomotorik dari kedua kelas eksperimen menunjukkan kelas eksperimen I mendapat kriteria cukup sedangkan
kelas eksperimen II mendapat kriteria baik. Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen II lebih baik dari kelas ekperimen I.
Perincian nilai afektif siswa dapat dilihat pada Lampiran 29.
4.1.2.7 Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa