streaming, dan lain-lain dengan lebih baik. Generasi ketiga ini menggunakan teknologi CDMA yang awalnya muncul dari teknologi militer Amerika Serikat
dan dikhususkan pada standar IS-95. Teknologi CDMA membuat kapasitas suatu sel menjadi lebih besar dibanding sistem GSM karena pada sistem CDMA, setiap
panggilan komunikasi memiliki kode-kode tertentu sehingga memungkinkan banyak pelanggan menggunakan sumber radio yang sama tanpa terjadinya
gangguan interferensi dan cross talk. Sumber radio dalam hal ini adalah frekuensi dan time slot yang disediakan untuk tiap sel. Sistem komunikasi wireless berbasis
CDMA pertama kali digunakan pada tahun 1995 dan sampai sekarang, CDMA merupakan saingan utama dari sistem GSM di banyak negara. Kelebihan utama
yang dimiliki generasi ketiga adalah kemampuan transfer data yang cepat atau memiliki bit rate yang tinggi. Tingginya bit rate yang dimiliki menyebabkan
banyak operator CDMA dapat menyediakan berbagai aplikasi multimedia yang lebih baik dan bervariasi, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Dalam
jangka panjang, CDMA dan teknologi-teknologi lainnya seperti GSM akan dibandingkan berdasarkan pada biaya total per pelanggan dari jaringan
infrastruktur dan harga pesawat telepon. Dengan 3G, komunikasi murah dan berkualitas menjadi impian seluruh pengguna telepon seluler.
2.2. Perkembangan Teknologi Seluler di Indonesia
Teknologi komunikasi seluler mulai diperkenakan pertama kali di Indonesia pada tahun 1984. Pada saat itu, PT. Telkom bersama dengan PT. Rajasa
Hazanah Perkasa mulai menyelenggarakan layanan komunikasi seluler dengan mengusung teknologi NMT-450 yang menggunakan frekuensi 450 MHz melalui
Universitas Sumatera Utara
pola bagi hasil. Telkom mendapat 30 sedangkan Rajasa 70. Pada tahun 1985, teknologi AMPS Advance Mobile Phone Sistem, mempergunakan frekuensi 800
MHz, merupakan cikal bakal CDMA saat ini dengan sistem analog mulai diperkenalkan, di samping teknologi NMT-470, modifikasi NMT-450 berjalan
pada frekuensi 470 MHz, khusus untuk Indonesia dioperasikan PT. Rajasa Hazanah Perkasa. Teknologi AMPS ditangani oleh empat operator: PT. Elektrindo
Nusantara, PT. Centralindo Panca Sakti, dan PT. Telekomindo Prima Bakti, serta PT. Telkom sendiri. Regulasi yang berlaku saat itu mengharuskan para
penyelenggara layanan telephony dasar bermitra dengan PT. Telkom. Pada tahun 1967, PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk. Indosat, sekarang PT. Indosat
Tbk. didirikan sebagai Perusahaan Modal Asing, dan baru memulai usahanya pada 1969 dalam bidang layanan telekomunikasi antarnegara. Pada 1980, Indosat
resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara BUMN.
2.3. Awal Perkembangan Kartu GSM di Indonesia
Pada Oktober 1993, PT. Telkom memulai pilot-project pengembangan teknologi generasi kedua 2G, GSM, di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia
dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan penggunaan teknologi AMPS atau beralih ke GSM yang menggunakan frekuensi 900 MHz. Akhirnya, Menristek
saat itu, BJ Habibie, memutuskan untuk menggunakan teknologi GSM pada sistem telekomunikasi digital Indonesia. Pada waktu itu dibangun 3 BTS base
transceiver station, yaitu satu di Batam dan dua di Bintan. Persis pada 31 Desember 1993, pilot-project tersebut sudah on-air. Daerah Batam dipilih sebagai
lokasi dengan beberapa alasan: Batam adalah daerah yang banyak diminati oleh
Universitas Sumatera Utara
berbagai kalangan, termasuk warga Singapura. Jarak yang cukup dekat membuat sinyal seluler dari negara itu bisa ditangkap pula di Batam. Alhasil, warga
Singapura yang berada di Batam bisa berkomunikasi dengan murah meriah, lintas negara tapi seperti menggunakan telepon lokal. Jadi pilot-project ini juga
dimaksudkan untuk menutup sinyal dari Singapura sekaligus memberikan layanan komunikasi pada masyarakat Batam.
2.4. Kemunculan Operator Kartu GSM di Indonesia