Menurut Rangkuti 1997, matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu:
1. Strategi StrenghtsOpportunities SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2.
Strategi Weaknesses Opportunities WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 3.
Strategi StrenghtsThreats ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman. 4.
Strategi WeaknessesThreats WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat difensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.7. MetodeAHP Analytical Hierary Process
Menurut Saaty 2001 Analytical Hierarchy Process AHP merupakan suatu model luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan
memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan metode AHP antara lain:
1. Kesatuan
AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan yang tidak berstruktur.
2. Kompleksitas
AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling Ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam sustu sistem dan tak memaksakan pemikiran linear.
4. Penyusunan Hierarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5.
Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan tanwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas. 6.
Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7.
Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif. 8.
Tawar Menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus
AHP tak memaksakan konsensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
10. Pengulangan Proses
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu permasalahan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka
melalui pengulangan. Menurut Saaty 2001, terdapat tiga prinsip dalam memecahkan
persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu:1 Prinsip menyusun hierarki, 2 Prinsip menetapkan prioritas dan 3 Prinsip konsistensi logis.
1. Prinsip Menyusun Hierarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasan, mengidentifikasinya, dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati.
Untuk memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan
kemudian bagian ini ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah bagian-bagian ini biasanya berkisar antara lima
sampai sembilan. 2.
Prinsip Menetapkan Prioritas Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersepsikan hubungan
antara hal-hal yang mereka pahami, membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua
anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan dengan hal lainnya. Lalu mereka
mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi, atau dalam hal menggunakan AHP, melalui suatu proses logis yang baru dan
memperoleh pengertian yang lebih baik tetang keseluruhan sistem. 3.
Prinsip Konsistensi Logis Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar obyek
atau antar pemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu obyek-obyek atau pemikiran itu saling terkait dengan baik dan kaitan mereka
menunjukkan konsistensi. Konsistensi berarti dua hal, pertama bahwa pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut homogenitas
dan relevansinya. Kedua adalah bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu krieria tertentu, saling
membenarkan secara logis. Menurut Saaty 2001, pengkajian AHP dimulai dengan menata elemen
suatu persoalan dalam bentuk hierarki, kemudiaan dilanjutkan dengan membuat pemandingan berpasang antar elemen dan suatu tingkat sesuai
dengan yang diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi. Berbagai pembandingan ini menghasilkan prioritas, dan akhirnya,
melalui sintesis, menghasilkan prioritas menyeluruh. Kita mengukur konsistensi dan menangani interdependensi. Semua langkah dasar dari
proses ini dapat diringkaskan menjadi suatu ikhtisar yang singkat. Dalam arti yang luas, proses ini stabil, meskipun beberapa langkah tertentu
mungkin memperoleh penekanan istimewa dalam berbagai persoalan khusus. Sebagaimana dicatat dibawah ini, biasanya diperlukan pengulangan.
1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan.
2. Struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh dari tingkat-
tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan itu.
3. Buatlah sebuah matriks banding berpasang untuk kontribusi atau pengaruh
setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Dalam matriks ini, pasangan-pasangan
elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, kebanyakan orang lebih suka
memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan
bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. 4.
Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah 3. Jika ada banyak orang yang ikut serta,
tugas setiap orang dapat dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat. Pertimbangan ganda dapat disintesis dengan memakai rata-
rata geometriknya. 5.
Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1 sepanjang
diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji. 6.
Laksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki itu.
7. Gunakan komposisi secara hierarkis sintesis untuk membobotkan vektor-
vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dan
tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hierarki paling bawah. Jika hasilnya
ada beberapa buah, boleh diambil nilai rata-rata aritmetiknya. 8.
Evaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks konsisitensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi
masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistesi hierarki harus 10 atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki,
barangkali dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki
konsistensi, ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara tepat, yaitu elemen-elemen sejenis tidak dikelompokkan di bawah suatu kriteria
yang bermakna. Maka kita perlu balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dan hierarki itu yang perlu diperbaiki.
Menurut Saaty 2001, langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat
pembandingan berpasangan, yaitu elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk pembandingan berpasangan
ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai. Matriks merupakan alat yang sederhana, biasa dipakai dan memberi kerangka untuk menguji
konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan cara membuat segala perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas
menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan.
Tabel 6. Nilai skala banding berpasangan Saaty 2001
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu sangat penting dari pada elemen
lainnya Pengalaman dan pertimbangkan dengan kuat
menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen
yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu
atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen
yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu
atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangkan yang
berdekatan Kompromi diperhatikan diantara dua
pertimbangkan Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Penyelesaian dengan Persamaan Matematik
Menurut Marimin dan Maghfiroh 2010, terdapat tiga langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana
sampai dengan kasus-kasus umum, seperti langkah dibawah ini: 1.
Langkah 1: wiwj
= αij i, j = 1, 2, ... , n … 1 w
i
= bobot input dalam baris w
j
= bobot input dalam lajur 2.
Langkah 2: wi
= αij wj i ,j = 1,2, …, n … 2 untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk:
w
i
= i = 1, 2,..., n
… 3
w
i
= rataan dari α
i1
w
1
,..., α
in
w
n
3. Langkah 3:
Bila perkiraan α
ij
baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah w
i
+ w
j
, jika n juga berubah maka diubah menjadi λmax sehingga diperoleh:
i,j = 1, 2,..., n … 4
Pengolahan Horizontal
Menurut Marimin dan Maghfiroh 2010, pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat
hierarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty 2001 adalah sebagai berikut:
1. Perkalian baris z dengan rumus:
Z
1
= … 5
2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen:
… 6
eVP
i
= adalah elemen vektor prioritas ke-i 3.
Perhitungan nilai eigen maksimum: VA
= α
ij
x VP dengan VA = V
αi
VB = VAVP dengan VB = V
bi
Eigen maks = … 7
VA = VB = vektor antara Vbi untuk i = 1,2,..., n
4. Perhitungan indeks konsistensi:
… 8 Untuk mengetahui apakah C1 dengan besaran tertentu cukup baik
atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0.1, rumus CR adalah:
CR = … 9
Nilai R1 merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang terdapat dalam Tabel
Gambar 6. Nilai R1
Pengolahan Vertikal
Menurut Saaty 2001, pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika
NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka:
NPpq =
10 Untuk p
= 1,2 ,…r
T = 1,2
,…s Dimana :
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
R1 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.48 1.49 1.51 1.56
NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama NPHpq
= nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q NPTt
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-
Fokus Faktor
Aktor
Tujuan Alternatif
strategi
Gambar 7. Struktur hierarki
StrategiPemasaran Tab MEGA Perdana
Promo Hadiah
Saldo Minimal
Biaya Admin
Suku Bunga
Funding Officer
Branch Bussiness
Manager Team Leader
Funding
Meningkatkan Penjualan
Meningkatkan Daya Saing
Memperthnkan Loyalitas
Nasabah
S1 S2
S4 S5
S3 S6
S7 S8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN