25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37 C karna suhu ini merupakan suhu optimal dalam pertumbuhan S.aureus.
Setelah 24 jam kemudian diukur nilai optical dencity OD suspensi bakteri pada panjang gelombang 600nm untuk mengetahui konsentrasi dari suspensi bakteri
tersebut.Kemudian suspensi bakteri diencerkan mengunakan media HTR hingga OD mencapai 0,5 atau sekitar 10
8
CFUml Abdelhady et al., 2013. Digunakan OD 0,5 pada suspensi bakteri karena bakteri membentuk biofilm dengan baik
kuat dengan OD ≥0,5 Ando et al., 2004. Media yang digunakan dalam pembuatan suspensi bakteri tidak selalu harus menggunakan HTR cair namun bisa
juga menggunakan media lainnya seperti Tryticase soy broth, LB broth dan media BHI.
Uji pertumbuhan biofilm ini menggunakan metode Microtitter Plate Biofilm Assay OD
595nm
dengan kristal violet 1 sebagai pendeteksi. Kristal violet akan mewarnai biofilm sehingga terbentuk cincin berwarna ungu di sekeliling sumuran
yang kemudian ditambahkan dengan etanol 96 untuk melarutkan kristal violet yang terikat pada biofilm. Banyaknya kristal violet yang terlarut berbanding lurus
dengan jumlah biofilm yang terbentuk. Namun demikian, faktor fisika, kimia, dan biologis juga dapat mempengaruhi ikatan kristal violet dan biofilm. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor struktural yang mempengaruhi difusi pewarna, perbedaan morfologi dan fisiologi dari setiap sel, dan interaksi kimia antara
komponen senyawa dalam tanaman dengan pewarna itu sendiri Niu dan Gilbert, 2004. Hasil pertumbuhan biofilm dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Grafik pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1 2
3 4
0.29 1.04
0.98
0.45
De n
sitas B iof
il m
OD k ristal
viol et
Waktu Hari
Densitas Biofilm
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari grafik diatas diketahui bahwa bakteri S. aureus membentuk biofilm paling baik pada waktu inkubasi selama 2 hari, sehingga waktu ini yang akan
digunakan untuk pengujian antibiofilm. Dari grafik ini juga terlihat pertumbuhan biofilm meningkat dari hari pertama ke hari kedua kemudian terjadi penurunan
biofilm di hari ketiga dan hari keempat. Penurunan biofilm ini diduga terjadi karena pembentukan biofilm sudah berada pada fase terakhir yaitu dispersi. Pada
tahap dispersi, sel-sel dalam koloni akan terlepas sendiri atau bersama sebagian komponen matriks. Pada tahap ini, matriks ekstraseluler biofilm akan didegradasi
oleh enzim dispersin B dan deoxyribonuclease Kaplan, 2010.
4.6 Uji Aktivitas Antibiofilm Air Perasan Jeruk Nipis terhadap Biofilm
Staphylococcus aureus
Setelah diketahui waktu dan konsentrasi bakteri yang menghasilkan pembentukan biofilm paling baik, kemudian dilakukan uji aktivitas antibiofilm air
perasan jeruk nipis. Hasil uji aktivitas antibiofilm ini menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki aktivitas terhadap pencegahan pembentukan,
penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm S. aureus. Hal ini ditunjukkan dari densitas optis yang diperoleh pada perlakuan dengan
penambahan air perasan jeruk nipis konsentrasi 0,0625 sampai dengan 8 dibandingkan dengan kontrol negatif dan dari pencegahan, penghambatan
dan penghancuran biofilm mulai dari pemberian air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0,0625 sampai dengan 8. Kontrol negatif yang digunakan pada uji
aktivitas antibiofilm ini adalah suspensi bakteri tanpa penambahan media dan air perasan jeruk nipis. Densitas optis antibiofilm air perasan jeruk nipis terhadap
biofilm Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 4.3.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3. Rata-rata densitas optis aktivitas antibiofilm air perasan jeruk
nipis.
Perlakuan Rata-Rata Densitas Optis ± SD
Pencegahan Penghambatan
Penghancuran
Kontrol - 0.46 ± 0,02
0.46 ± 0,02 0.92 ± 0,06
Ekstrak 0.0625 0.12 ± 0,05
0.20 ± 0,03 0.32 ± 0,10
Ekstrak 0.125 0.15 ± 0,01
0.15 ± 0,06 0.35 ± 0,06
Ekstrak 0.25 0.15 ± 0,04
0.10 ± 0,01 0.37 ± 0,04
Ekstrak 0.5 0.15 ± 0,05
0.10 ± 0,09 0.37 ± 0,07
Ekstrak 1 0.22 ± 0,04
0.11 ± 0,02 0.39 ± 0,13
Ekstrak 2 0.18 ± 0,03
0.11 ± 0,02 0.48 ± 0,03
Ekstrak 4 0.19 ± 0,06
0.12 ± 0,03 0.48 ± 0,02
Ekstrak 8 0.26 ± 0,03
0.17 ± 0,07 0.48 ± 0,09
Persentase aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis terhadap biofilm Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.4.
Tabel 4.4. Rata-rata aktivitas antibiofilm air perasan jeruk nipis.
Perlakuan Rata-Rata Aktivitas ± SD
Pencegahan Penghambatan
Penghancuran
Ekstrak 0.0625 66,23 ± 11,36
56,33 ± 5,99 64,86 ± 11,10
Ekstrak 0.125 65,94 ± 0,75
67,75 ± 13,59 62,48 ± 6,33
Ekstrak 0.25 62,40 ± 9,34
79,18 ± 3,01 59,55 ± 4,54
Ekstrak 0.5 61,10 ± 10,50
77,80 ± 6,17 59,48 ± 7,74
Ekstrak 1 61,10 ± 9,11
76,14 ± 4,14 57,75 ± 14,15
Ekstrak 2 61,03 ± 5,86
75,20 ± 4,74 48,50 ± 3,01
Ekstrak 4 53,15 ± 12,03
74,19 ± 6,21 48,25 ± 2,51
Ekstrak 8 50,69 ± 6,54
62,55 ± 15,32 48,10 ± 9,99