42
mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun sudah mampu mengikuti aturan permainan
yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain Nadia, 2013: 1
Tahap perkembangan moral menurut Piaget mencakup tahap heteronomous dan autonomous. Masing-masih tahapan
tersebut memiliki ciri sebagai berikut Nadia, 2013: 4 : Tahap heteronomous
Tahapan ini disebut juga tahap realisme moral berlaku pada anak usia kurang dari 12 tahun. Pada tahap ini aturan dipandang
sebagai paksaan dari orang yang lebih dewasa dan hukuman merupakan konsekuensi otomatis dari sebuah pelanggaran,
anak-anak cenderung
menilai moral
berdasarkan konsekuensinya.
Tahap autonomous Tahapan ini disebut juga independensi moral atau moralitas
kerjasama berlaku pada anak usia lebih dari 12 tahun. Pada tahap ini aturan dipandang sebagai hasil kesepakatan bersama,
penilaian perilaku moral didasarkan niat dari pelaku. Hukuman dipandang sebagai sesuatu hal yang tidak serta merta, namun
dipengaruhi oleh niat pelakunya.
43
C. Kerangka Berpikir
Gejala degradasi moral atau yang lebih populer disebut sebagai krisis karakter sedang melanda bangsa Indonesia. Gejala tersebut ditandai
dengan hilangnya semangat kebersamaan, jiwa keberagaman, toleransi dan gotong royong dari warga negara. Hilangnya semangat dan jiwa
keberagaman tersebut dapat meruntuhkan eksistensi keutuhan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, agar gejala krisis karakter tersebut tidak
mengancam keberagaman dan semangat-semangat kebaikan dibutuhkan suatu usaha untuk menanamkan secara lebih kuat dan mengakar nilai-nilai
moral, menumbuhkan kesadaran moral, agar mammpu memperkuat dan membentuk karakter.
Pendidikan karakter merupakan usaha-usaha mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam pendidikan, menumbuhkan kesadaran moral untuk
membentuk karakter peserta didik. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki karakter yang sesuai dengan cita-cita dan idealisasi falsafah
hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter menjadi kebijakan yang urgent dilaksanakan sejak usia dini, hal ini dimaksudkan agar
pendidikan karakter berjalan lebih efektif. Namun, dalam taraf pelaksanaan di setiap jenjang maupun institusi dapat berbeda. Institusi
pendidikan diberikan kelonggaran dalam mengembangkan model pendidikan karakter, akan tetapi tetap mengacu pada garis besar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
44
Penelitian ini bermaksud mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter pada jenjang usia emas anak. Usia emas anak merupakan periode
yang cukup krusial dalam menanamkan bekal kesadaran moral. Pada usia ini anak-anak memiliki daya ingat dan kreatifitas tinggi dan mampu
menyerap informasi dengan sangat baik. Oleh karena itu, penelitian tentang pelaksanaan pendidikan karakter di usia emas anak sangat penting
dan menarik dilakukan untuk mengetahui secara lebih menyeluruh; mulai dari materi, metode, pendidik serta hasil yang dicapai,. Penelitian ini
mengambil seting TK Kuncup Kusuma III yang berada di lingkungan lokalitas masyarakat desa Candiharjo Pakem Sleman. Penelitian ini
bertujuan menggali secara mendalam pelaksanaan pendidikan karakter di TK Kuncup Kusuma III agar dapat disajikan melalui deskripsi yang
mudah dipahami sebagai informasi yang relevan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan para pembaca pada umumnya.
D. Pertanyaan Penelitian
Rumusan pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1.
Apa sajakah materi pendidikan karakter di TK Kuncup Kusuma III Candibinangun Pakem Sleman?
2. Siapa yang menjadi pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter
di TK Kuncup Kusuma III Candibinangun Pakem Sleman? 3.
Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di TK Kuncup Kusuma III Candibinangun Sleman?
45
4. Bagaimanakah evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di TK
Kuncup Kusuma III Candibinangun Pakem Sleman?