11
sifat-sifat kejiwaan, ahlak dan budi pekerti tercermin melalui perilaku yang dapat diamati dari suatu individu. Jadi karakter merupakan
bentuk nyata perilaku dari aktualisasi pemahaman dan kesadaran moral seorang individu. Semakin tinggi pemahaman dan kesadaran
moralnya, karakter seseorang akan semakin baik, berlaku pula sebaliknya.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan karakter yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan
potensi dan pembudayaan siswa guna membangun karakter pribadi danatau
kelompok yang
unik-baik sebagai
warga negara
Kemendiknas, 2010: 29. Dalam desain induk pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pendidikan
Nasional 2010:10
mendefinisikan pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter mananamkan kebiasaan
habituation tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi paham domain kognitif tentang mana yang baik dan salah, mampu
merasakan domain afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya domain perilaku. Jadi pendidikan karakter terkait erat dengan habit
atau kebiasaan yang harus terus menerus dipraktekkan atau dilakukan.
12
Menurut Darmiyati 2009: 76 pendidikan karakter oleh para pendidik sering disebutnya sebagai pendidikan watak, adalah sebuah
proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat-istiadat dan
nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian siswa supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga
bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku. Upaya ini juga
memberi jalan untuk menghargai persepsi pribadi yang tampil di sekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan etika,
tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapanyang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa Suprapto, 2007.
Lebih lanjut, Doni Koesuma 2007:194 menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan secara individu
dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri. Ia juga menuliskan dalam
bukunya “Pendidikan karakter yang membebaskan” bahwa hanya melalui pendidikan sebagai proses pembebasanlah individu mampu
membebaskan diri dari berbagai manipulasi dan rekayasa pendidikan oleh penguasa demi status quo.
13
Pendidikan karakter bukan merupakan hal baru dalam dunia pendidikan. Meski tengah booming sebagai problem solving,
pendidikan karakter merupakan inovasi yang dikonstruksi dan direplikasi dari masa terdahulu. Ki Hajar Dewantara melalui konsep
pendidikan dan institusinya Taman Siswa telah menerapkan apa yang disebut pendidikan karakter. Walaupun pada waktu itu nama yang
digunakan bukanlah pendidikan karakter tetapi pendidikan budi pekerti, dengan adanya budi pekerti itu tiap-tiap manusia berdiri
sebagai manusia merdeka berpribadi, yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri sendiri mandiri Ki Hadjar Dewantara, 1977:
25. Selain Ki Hadjar Dewantara yang telah lebih dulu memperkenalkan konsep pendidikan karakter, Thomas Lickona pernah
mengemukakan konsep pendidikan karakter pada era 90-an ketika ia menulis buku yang berjudul The Return of Character Education.
Melalui buku tersebut Lickona menyadarkan pembaca pentingnya pendidikan karakter Darmiyati Zuchdi, 2013: 17. Menurut Lickona
1992, pendidikan karakter yang benar harus melibatkan aspek Knowing the good pengetahuan moral, desiring the good atau loving
the good perasaan moral dan acting the good tindakan moral. Sebab tanpa melibatkan tiga aspek tersebut manusia akan sama seperti robot
yang terindoktrinasi oleh suatu paham Zubaedi, 2005:7. Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter