perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen
dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. 2.
Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan
pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang
utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. 3.
Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go public pada saat IPO initial
public offering.
2.2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Laba
Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba yaitu Watt dan Zimmerman,
1986: 1.
Bonus plan hypothesis Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa bahwa manajer
pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini
Widyaningdyah, 2001: 90.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Debt equity hypothesis
Debt equity hypothesis menyatakan bahwa “the large the firms debt to equity ratio, the more likely managers use use
accounting methods that increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar
kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini merupakan
upaya manajer untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban hutangnya. Manajer akan melakukan pengelolaan dan pengaturan jumlah laba untuk menunda bebannya pada periode
bersangkutan dan akan diselesaikannya pada periode-periode mendatang Sulistyanto, 2008: 45.
Dalam debt equity hyphotesis dijelaskan bahwa perusahaan menunda kewajiban hutangnya untuk mengatur jumlah laba yang
diinginkan dan kewajibannya itu akan diselesaikan pada periode yang akan datang.
3. Political cost hypothesis
Political cost hypothesis menyatakan bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar
masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan Widyaningdyah, 2001: 91.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5.5 Pengukuran Manajemen Laba
Manajemen laba yang diproksi dengan menggunakan discretionary accrual diukur dengan menggunakan rumus Sulistyanto, 2008: 165:
TAC
t
= DA
t
+ NDA
t
Keterangan: DA
t
= Discretionary accruals pada periode-t.
TAC
t
= Ttal Accruals pada periode-t.
NDA
t
= Nondiscretionary accruals pada periode-t.
Untuk perhitungan total akrual adalah sebagai berikut Belkaoui, 2007: 202:
TA
t
= ΔCA
t
– ΔCash
t
– ΔCL
t
+ ΔDCL
t
- DEP
t
Dimana: ΔCA
t
= Perubahan dalam aktiva tahun berjalan di tahun t.
ΔCash
t
= Perubahan dalam kas dan setara kas di tahun t.
ΔCL
t
= Perubahan dalam utang tahun berjalan di tahun t.
ΔDCL
t
= Perubahan dalam utang termasuk utang tahun berjalan di
tahun t. DEP
t
= Beban penyusutan dan amortisasi dalam tahun t
Untuk perhitungan akrual nondiskresioner menggunakan model Jones yang dimodifikasi, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Belkaoui, 2007: 204: NDA
t
= α
1
1 A
t-1
+ α
2
[ ∆REV
t
- ∆REC
t
A
t-1
] + α
3
PPE
t
A
t-1
Keterangan :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
NDA
t
= akrual bukan pilihan di tahun t. α
1
, α
2,
α
3
= Parameter spesifik perusahaan. ∆REV
t
= Pendapatan di tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1. ΔREC
t
= Piutang bersih di tahun t dikurangi piutang bersih di tahun t-1. PPE
t
= Aktiva tetap kotor di tahun t. A
t-1
= Aktiva total di akhir tahun t-1
.
2.2.6 Rasio CAMEL