Tabel 5.13 Hasil Uji Man Whitney Mengenai Sikap Siswa Terhadap
Perilaku Mencontek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N Mean Rank Sum of Ranks
Sikap Laki-Laki
61 63.65
3882.50 Perempuan
59 57.25
3377.50 Total
120
Sikap Mann-Whitney U
1607.500 Wilcoxon W
3377.500 Z
-1.008 Asymp. Sig. 2-tailed
0.313
Berdasarkan tabel 5.13 tampak bahwa asymp sig 2 tailed adalah 0,313. Karena nilai asymp sig 2 tailed 0,05 maka H
o1
diterima. Hal ini berarti tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek
berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. b. Sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan tingkat
penghasilan orang tua H
o1
= Tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek yang ditinjau dari tingkat penghasilan orang tua.
H
a1
= Ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek yang ditinjau dari tingkat penghasilan orang tua.
Tabel 5.14 Hasil Uji Kruskal-Willis Mengenai Sikap Siswa Terhadap
Perilaku Mencontek Berdasarkan Tingkat Penghasilan Orang Tua
Sikap Chi-Square
1.253 df
2 Asymp. Sig.
0.534
Berdasarkan tabel 5.14 tampak bahwa asymp sig 2 tailed adalah 0,534. Karena nilai asymp sig 2 tailed 0,05 maka H
o1
diterima. Hal ini berarti tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek
berdasarkan tingkat penghasilan orang tua.
Penghasilan Orang Tua
N Mean Rank
Sikap 2.000.000
53 57.31
2.000.000-5.000.000 49
61.29 5.000.000
18 67.75
Total 120
D. Pembahasan
1. Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan analisis data bahwa terdapat 120 siswa SMP yang menjadi responden dalam penelitian ini. Persepsi tentang sikap siswa terhadap
perilaku mencontek pada kategori sangat rendah yaitu dengan jumlah 119 siswa 99,17, hal ini dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa tidak
menyetujui perilaku mencontek pada saat ujian. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku
mencontek berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan dengan hasil nilai Asymp. Sig =0,3130,05.
Berdasarkan temuan hasil dalam penelitian ini, kita juga dapat melihat di hasil mean rank pada pengujian tersebut. Hasil mean rank menunjukkan
perbedaan yang tidak terlalu jauh atau signifikan antara laki-laki dan perempuan, maka dapat diartikan tidak ada perbedaan sikap antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan sama-sama tidak menyetujui sikap mencontek pada saat
ujian yang dapat dilihat dari perhitungan PAP tipe II di mana hampir semua siswa mempunyai persepsi terhadap sikap perilaku mencontek yang sangat
rendah. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat perbedaan sifat pada laki- laki dan perempuan. Pada umumnya seorang laki-laki lebih terlihat agresif,
pemberani, lebih aktif, tidak sabaran dalam menyelesaikan masalah, sedangkan seorang perempuan lebih mengandalkan perasaan dan suasana
hati sehingga manusia sering beranggapan bahwa seorang laki-laki cenderung lebih berani untuk melakukan tindakan mencontek dibandingkan
dengan perempuan yang lebih mengandalkan perasaan. Tetapi menurut Gilarso 1993, hal tersebut tidak berlaku mutlak karena ada laki-laki yang
mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, dan berperasaan. Sedangkan ada perempuan yang mempunyai sifat maskulin, kasar, dan lebih perkasa.
Dengan kata lain, tidak dapat disimpulkan bahwa siswa laki-laki cenderung sering mencontek dibandingan perempuan atau dapat ditemukan bahwa
pandangan siswa laki-laki dan perempuan tentang perilaku mencontek itu sama, tidak ada perbedaan.
2. Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Perilaku Mencontek Berdasarkan Tingkat Penghasilan Orang Tua.
Pada output pengujian Kruskal-Willis menunjukkan hasil Asymp. Sig pada tingkat penghasilan orang tua sebesar 0,534. Sehingga berdasarkan
data dari hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa nilai Asym. Sig pada tingkat penghasilan orang tua
0,05 α yang berarti tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan tingkat penghasilan
ayah maupun orang tua dari yang kategori penghasilan Rp 2.000.000, Rp. 2.000.000 - Rp 5.000.000, maupun Rp 5.000.000.
Banyak yang beranggapan bahwa seorang anak yang memiliki orang tua dengan latar belakang pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, mereka
mendapat perhatian yang kurang karena sibuknya orang tua dalam mencari penghasilan sehingga mereka cenderung mencari perhatian di luar yang
terkadang tidak sesuai dengan norma. Selain itu mereka terlalu dimanjakan sehingga semua fasilitas mereka terpenuhi seperti komputer, gadget canggih
yang terkadang mereka menyepelekan segala sesuatu termasuk kegiatan belajar, mereka merasa santai dan malas untuk belajar, yang pada akhirnya
mereka mengandalkan segalanya untuk mendapat perhatian dari semua orang dengan cara yang kurang baik, salah satunya adalah melakukan
tindakan mencontek. Tetapi di sisi lain, sebuah tinjauan lingkungan kemiskinan anak
menyimpulkan bahwa dibanding dengan rekan-rekan yang lebih diuntungkan secara ekonomi, anak-anak miskin mengalami kesengsaraan.
Menurut Evans 2004 dalam Santrock 2014 : 163 lebih banyak konflik keluarga, kekerasan, kekacauan dan pemisahan keluarga dari mereka,
kurang dukungan sosial; kurang stimulasi intelektual; lebih banyak menonton TV, fasilitas sekolah dan perawatan anak rendah, serta orang tua
yang kurang terlibat dalam kegiatan sekolah mereka, lebih banyak polusi dan ramai, rumah berisik, dan lebih berbahaya, memburuknya lingkungan.
Dengan adanya pendapat tersebut dapat memungkinan mereka malas untuk belajar dan dapat menimbulkan perilaku menyimpang di sekolah, seperti
mencontek. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari anggapan-anggapan
tersebut membuat tidak ada pebedaan sikap siswa terhadap perilaku mencontek berdasarkan tingkat penghasilan orang tua, baik pengasilan yang
dikategorikan tinggi, menengah, maupun rendah. Dengan kata lain, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI