Pendidikan Karakter dan Nilai Pendidikan Karakter Remaja

terhadap hal-hal yang ditemuinya seperti benda, orang ataupun fenomena. Sikap membutuhkan stimulus untuk menghasilkan respon. Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung unfavorable pada suatu objek. Istilah sikap atau attitude pada awalnya digunakan untuk menunjukkan status mental individu. Sikap dapat menuntun perilaku individu sehigga individu akan bertindak sesuai dengan sikap yang diekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud dengan sikap. Kurinasih 2014, 65 mendefinisikan sikap sebagai sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Selanjutnya Kurinasih menjelaskan bahwa sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Ahmadi dalam Sukarmin 2009, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative terhadap objek atau situasi secara konsisten. Winkel 1999 memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya. Winkel 1999 berpendapat bahwa sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih jika terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Dari pengertian-pengertian sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan nilai yang dimiliki seseorang dalam merespon fenomena-fenomena yang ada.

2. Komponen Sikap

Azwar 2005 menggolongkan komponen-komponen sikap ke dalam tiga komponen yaitu: a. Komponen Kognitif Komponen kognitif yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan yang dibentuk menjadi dasar pengetahuan seseorang terhadap objek yang diharapkan. b. Komponen Afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif sesorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional dari komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan yang dipercayai bagi objek tertentu. c. Komponen Konatif Komponen konatif menunjukkan perilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

3. Faktor pembentuk sikap

Faktor-faktor pembentuk sikap individu menurut Azwar 2005 yaitu: a. Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat dan dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap lebih mudah terbentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Kebudayaan Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat. c. Orang Lain yang Dianggap Penting Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang dianggap penting. d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa memberikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti tersebut apabila cukup kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Pemahaman baik dan buruk, sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan. Konsep PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka konsep tersebut ikut berperan dalam menetukan sikap individu terhadap suatu hal. f. Emosional Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari oleh emosi berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

C. Menyontek

1. Pengertian Menyontek

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdiknas, 2008, menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak. Sedangkan Anderman dan Murdock dalam Purnamasari 2013 menyatakan bahwa perilaku kecurangan akademik merupakan penggunaan segala kelengkapan dari materi ataupun bantuan yang tidak diperbolehkan digunakan dalam tugas-tugas akademik dan atau aktivitas yang mengganggu proses asesmen. Bower dalam Purnamasari, 2013 mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. Sedangkan menurut Pincus Schemelkin Mujahidah, 2009 perilaku menyontek merupakan suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek adalah kegiatan, tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk memalsukan hasil belajar dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan informasi dari luar secara tidak sah pada saat dilaksanakan tes atau evaluasi akademik untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Faktor-faktor penyebab menyontek

Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek adalah untuk memuaskan harapan orang tua. Santrock 2003 mengatakan bahwa tidak jarang orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak- anaknya dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orang tua tanpa melihat kemampuan anaknya. Orang tua bermaksud ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, namun keinginan tersebut tidak memperhatikan kemampuan anak. Sikap orang tua yang mengharapkan terlalu berlebihan pada anak akan menghambat anak untuk menunjukkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Menurut Gunarsa Gunarsa 1991 biasanya anak menyadari harapan orang tuanya. Oleh karena itu sikap yang terlalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menuntut dapat menyebabkan anak merasa takut kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini menimbulkan rasa rendah diri, gangguan tingkah laku, berkurangnya motivasi untuk belajar serta ketegangan atau kecemasan dalam diri anak. Agustin 2014 menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa menyontek pada saat ujian. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif. b. Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa. c. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab. d. Anak remaja sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-teman sekelasnya. e. Kurang mengerti arti dari pendidikan. Disadari atau tidak, siswa yang menyontek pada saat ujian disebabkan oleh satu atau lebih faktor-faktor di atas. Perilaku menyontek ini akan mengakibatkan perilaku atau watak tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran tetapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan menyontek, menghalalkan segala macam cara, dan akhirnya menjadi koruptor Buchari dalam Prihatnaningtyas 2014. Dengan demikian tampak bahwa perilaku menyontek secara tidak langsung membelajarkan pada siswa untuk menjadi seorang koruptor.

3. Bentuk-Bentuk Menyontek

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hetherington and Feldman dalam Veronikha 2013 dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Social Active 1 Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung 2 Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung b. Individualistic-Opportunistic 1 Menggunakan HP atau alat elektronik lain yang dilarang ketika ujian sedang berlangsung. 2 Mempersiapkan catatan yang digunakan pada saat ujian akan berlangsung. 3 Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman lain pada saat tes. c. Individual Planned 1 Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas. 2 Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung. 3 Memanfaatkan kelengahankelemahan guru ketika menyontek. d. Social Passive 1 Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung. 2 Membiarkan orang lain menyalin pekerjaannya. 3 Memberi jawaban tes kepada teman pada saat ujian sedang berlangsung.

D. Remaja

1. Pengertian Remaja Siswa dalam penelitian ini memiliki batasan istilah, yaitu lebih dikhususkan pada remaja awal yang kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja ini didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa Santrock, 2007:20. Remaja atau adolescence berasa l dari kata kerja latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Piaget menyatakan bahwa istilah adolescence ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, dan sosial Hurlock, 1990. Menurut Melly 1984 Remaja adalah merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lahi, tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa perlihan dari masa kanak- kanak menuju arah kedewasaan. Selain itu, WHO dalam Sarwono, 2001 mendefinisikan tentang remaja sebagai berikut: a. Individu yang berkembang dari pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai ia mengalami kematangan secara seksual. b. Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak manjadi dewasa. c. Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Banyak ahli memberikan batasan tentang usia remaja. Sarwono 2001 mengungkapkan bahwa batasan usia remaja di Indonesia adalah antara 11 sampai 24 tahun dan belum menikah. Selain itu, Monks, dkk 2004 membagi usia remaja ini dalam tiga bagian yaitu: masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Dalam hal ini penulis lebih mengarahkan kepada subjek masa remaja awal. Berbeda dengan pendapat Santrock 2007, usia remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Anna Freud menggambarkan masa adolecencia sebagai suatu proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka. Neidhart juga melihat masa adolecencia sebagai masa peralihan ditinjau dari kedudukan ketergantungannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam keluarga menuju ke kehidupan dengen kedudukan yang ”mandiri” Gunarsa, 2003. Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan proses perkembangan atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa untuk menuju kehidupan yang lebih mandiri yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, kematangan psikologis dan terjadi perubahan- perubahan organ seksual. 2. Tahap-tahap Perkembangan Masa Remaja Perubahan organ-organ reproduksi yang semakin matang pada remaja akan menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja yang main kuat dalam dirinya Dariyi, 2004. Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya, secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi. Kematangan organ reproduksi tersebut mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebayanya. Selain itu, remaja harus belajar pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan kebudayaan pada masyarakat di mana mereka hidup Meidina, 200 Bloos Sarwono, 2001 mengatakan bahwa terdapat tiga tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Remaja awal 12-15 tahun Tahap ini remaja merasa heran dengan perubahan-perubahan pada tubuhnya beserta munculnya dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka seperti terangsang dengan lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Keadaan perasaaan emosinya juga sangat peka sehingga tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan, sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya. Remaja awal cenderung mempunyai kepekaan berlebihan sehingga sulit dimengerti dan juga sulit mengerti orang yang lebih dewasa. b. Remaja Madya 15-18 tahun Remaja madya sangat membutuhkan kawan-kawan. Mereka mempunyai kecenderungan mencintai diri sendiri dan menyukai teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. c. Remaja akhir 18-24 tahun Tahap ini adalah masa menuju periode dewasa yang ditandai pencapaian 5 hal, yaitu: 1 Minatnya yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan pengalaman-pengalaman baru. 3 Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Egosentrisnya terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan kepentingan orang lain. 5 Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadi dari masyarakat umum. 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Robert dalam bukunya Human Development and Education Melly, 1984 menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja, yaitu: a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebanyanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin lain. Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki- laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa di antara orang-orang dewasa. Mereka dapat berkerjasama dengan orang lain dengan tujuan- tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi. b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing- masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan norma-norma masyarakat. c. Menerima kenyataan realitas jasmaniah serta menggunakannya seefektif-efektifnya dengan perasaan puas. d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungannya terhadap orang tua atau orang lain. e. Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanitapun tugas ini berangsur- angsur menjadi tambah penting. f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. Artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakatnya dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut. g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga home management dan mendidik anak. h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional. j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan- tindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nilai pribadi dengan yang lain. Kesuksesan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada suatu masa kehidupan tertentu akan mendatangkan keadaan di mana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang akan membuat seseorang dapat melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. Sebaliknya kegagalan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan dalam masa kehidupan tertentu dapat menyulitkan pelaksanaan tugas-tugas perkembangan dalam masa kehidupan selanjutnya. Mohammad Ali, dkk 2005: 12 mengatakan tugas-tugas perkembangan remaja yang amat penting adalah mampu menerima keadaan dirinya, memahami peran seksjenis kelamin, mengembangkan kemandirian, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, menginternalisasikan nilai-nilai moral, dan merencanakan masa depan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain itu tugas yang lain adalah belajar untuk memperoleh kemampuan bersosialiasi, mengerti peranan sosial, tingkah laku secara sosial, serta norma-norma sebagai pedoman hidup. Hal tersebut sangat berguna untuk melakukan penyesuaian dengan kehidupan sehari-hari. Membentuk hubungan sosial dengan teman sebayanya secara umum lebih cenderung di mana individu banyak beraktivitas. Tugas perkembangan tersebut harus mereka jalani dengan baik, karena apabila tidak dijalani dan gagal maka dapat mempegaruhi kehidupan sosialnya selanjutnya. Selain itu jika tidak dijalani dengan baik, tidak sedikit remaja yang melakukan perbuatan antisosial maupun asusila karena tugas-tugas perkembangan tersebut kurang berkembang dengan baik, sebagai contoh jika siswa tidak memiliki pengetahuan dan perkembangan norma yang baik serta rasa sosial dengan lingkungan tidak baik maka ia cenderung melakukan tindakan mencontek. 4. Remaja Laki-laki dan Perempuan Sang Pencipta menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan sesungguhnya memiliki tujuan yang jelas. Semua yang diciptakan-Nya baik adanya. Kehidupan manusia dan maknanya dapat mencapai hasil yang baik, maka perbedaan antara pribadi, perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan perlu dijajaki. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin ini dapat membawa manusia menuju saling penyesuaian dan saling penyempurnaan, sebagimana yang harus dilakukan oleh remaja. Mereka perlu memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengetahuan dalam menjajaki proses penyesuaian dan penyempurnaan untuk menjadi manusia yang baik. Pemahaman tentang kepribadian manusia yang berdasarkan jenis kelaminnya dan mempengaruhi perilaku dan nilai yang dikembangkan oleh individu merupakan peran identitas jenis kelamin. Perkembangan tersebut yang terjadi pada diri seseorang tidak bisa lepas dari unsur biologis dan psikologis. Kartono 1997:317 menyebutkan bahwa manusia diciptakan menjadi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Ahli gender yang memiliki orientasi lingkungan yang kuat mengakui bahwa anak perempuan dan anak laki-laki diperlakukan secara berbeda karena perbedaan fisik mereka dan peran mereka yang berbeda dalam reproduksi Santrock, 2014:184. Lingkungan keluarga, terutama pola asuh kedua orang tua memegang peran penting dalam menyikapi perbedaan ini. Dengan pola asuh yang baik dan benar, seorang anak laki-laki dan perempuan akan berperilaku sesuai dengan peran mereka masing-masing. Secara pesikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan yang lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, kasar, dan lebih perkasa. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang besar karena laki-laki memiliki keinginan yang lebih besar untuk sukses daripada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perempuan. Oleh karena itu laki-laki cenderung lebih agresif dalam menggapai cita-citanya daripada perempuan. Sifat perempuan berbeda dengan laki-laki. Kepribadian seorang pria menunjukkan adanya pembagian dan pembatasan yang jelas antara pikiran, rasio, dan emosionalitas. Jalan pikirannya tidak dikuasai oleh emosi, perasaan ataupun suasana hati. Perhatiannya lebih banyak tertuju pada pekerjaan dengan kecenderungan mementingkan keseluruhannya dan kurang memperhatikan hal-hal yang kecil Gunarsa Gunarsa, 1991. Dalam beraktivitas pun seorang pria lebih agresif, lebih aktif dan tidak sabar karena itu sifat pria lebih cenderung tidak mau menunggu, kurang tekun dan kurang tabah dalam menghadapi kesulitan hidup dan cepat putus asa.

E. Gender

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin John M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983:256. Seacar umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat daru nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep cultural, berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Heddy Shri Ahimsha Putra 2000 menegaskan bahwa istilah gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, gender sebagai suatu kesadaran social, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gender sebagai suatu persoalan social budaya, gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. http:aagsyugimbal.blogspot.co.id201102teori-gender.html Menurut Sarlito 2005:86 peran yang dimiliki oleh gender pada hakikatnya adalah bagian dari peran social pula. Sama halnya dengan anak yang harus mempelajari perannya sebagai anak terhadap orang tua atau sebagi murid terhadap guru. Dengan begitu, ia harus mempelajari perannya sebagai anak dari jenis kelamin tertentu terhadap jenis kelamin lawannya. Berbeda dengan anggapan awam, peran gender tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin orang yang bersangkutan, tetapi juga oleh lingkungan dan factor-faktor lainnya. Tidak otomatis seorang anak laki-laki harus bermain mobil-mobilan dan robot-robotan, sedangkan anak perempuan bermain boneka dan rumah-rumahan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak laki-laki tertarik pada boneka-boneka dan anak perempuan pada robot- robotan. Mereka akhirnya tetap menjadi orang dewasa pria atau wanita yang normal. Dewasa ini, kontroversi gender masih dalam perbincangan masyarakat. Ketidakadilan dan diskriminasi gender menyebabkan berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki secara langsung berupa perlakuan dan sikap, maupun tidak langsung berupa dampak suatu perundang-undangan dan kebijakan menimbulkan berbagai ketidak-adialan yang telah berakar dalam sejarah dan budaya serta dalam berbagai struktur yang ada dalam masyarakat. Tetapi menurut Janet Shibley PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hyde 1986, 2005 dalam buku Santrock 2007: 233 berkesimpulan bahwa perbedaan gender tersebut terlalu dibesar-besarkan, khususnya sangat dipengaruhi oleh buku-buku popular seperti buku John Gray 1982 dan Deborah Tannen 1990, ia berpendapat bahwa hasil penelitian memperlihatkan perempuan dan laki-laki itu memiliki factor-faktor psikologis yangs serupa. Dalam sebuah rangkuman baru-baru ini, Hyde 2005 merangkum hasil dari 44 analisis terhadap perbedaan dan persamaan gender. Dalam sebagian besar bidang, perbedaan gender itu hampir tidak ada atau bahkan tidak ada sama sekali, termasuk dalam hal kemampuan matematika, komunikasi, dan agresi. Untuk memahami konsep gender, harus dibedakan antara kata gender dengan kata sex. Sex adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki- laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya permanent atau universal. Jenis kelamin atau sex adalah adalah karakteristik biologis hormonal dan anatomis. Sex tidak bias berubah, permanent dan tidak bias dipertukarkan karena bersifat mutlak. Sedangkan gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal persifatan, peran, fungsi, hak, perilaku yang dibentuk oleh masyarakat. Karenanya ia bersifat relatif, dapat berubah, dan dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial untuk mejelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI