Keterampilan Tenaga Gizi dalam Memberikan Pelayanan Gizi Darurat

5.3. Keterampilan Tenaga Gizi dalam Memberikan Pelayanan Gizi Darurat

Tenaga gizi yang memberikan pelayanan dalam kebencanaan seharusnya memiliki keterampilan yang memadai dalam penanggulangan masalah gizi darurat. Pada saat bencana terjadi terkadang tidak terdapat tenaga khusus kebencanaan, namun yang lebih sering terjadi adalah petugas yang selama ini menjalankan kegiatan di bidang tersebut yang juga turut serta memberikan pelayanan sejenis saat bencana terjadi. Tenaga gizi yang memiliki pengetahuan dan sikap yang positif juga dituntut untuk memiliki keterampilan melakukan pelayanan gizi darurat dengan baik pada saat bencana terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga gizi yang bertugas di Kabupaten Aceh Besar memiliki keterampilan sebagian besar kurang terampil yaitu sebanyak 38 orang 74,51, sebanyak 13 orang tenaga gizi sudah terampil 25,49. Keterampilan yang dimiliki seseorang akan membantu individu tersebut untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Keterampilan adalah serangkaian tindakan mengamati, mengungkapnya kembali, merencanakan dan melakukan, baik yang bersifat reproduktif maupun bersifat produktif Hamalik,2007. Keterampilan yang baik yang dimiliki oleh tenaga gizi, akan berdampak pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan gizi darurat dapat dilaksanakan dengan baik. Asumsi peneliti berkaitan dengan keterampilan tenaga gizi yang sebagian besar kurang terampil, karena belum ada tenaga gizi tersebut yang pernah mengikuti pelatihan kebencanaan dan gizi darurat. Jika ada dari tenaga gizi yang sudah terampil kemungkinan ini dikarenakan sebagian tenaga gizi sudah mengikuti pelatihan Universitas Sumatera Utara berkenaan dengan konseling yang menjadi bekal dalam pelayanan gizi pada saat bencana. Selain itu juga didukung dengan tingkat pendidikan tenaga gizi yang lebih banyak sudah menempuh jenjang pendidikan tinggi. Sisi lain yang perlu menjadi perhatian adalah dari tiga aspek yang dilihat pada tenaga gizi yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan, maka keterampilan kurang yang paling besar presentasenya yaitu mencapai 74,51. Jika dilihat dari empat jenis pelatihan yang diikuti oleh tenaga gizi dalam rangka meningkatkan kapasitas khusus untuk pelatihan gizi darurat memang belum satu pun tenaga gizi yang pernah mengikutinya. Sementara dalam penanganan bencana diharapkan semua tenaga yang terlibat memiliki pengetahuan baik, sikap yang positif dan keterampilan yang memadai. Penanganan bencana memerlukan kesiapan dari pelakunya yaitu tenaga tenaga terlatih dan terampil termasuk tenaga gizi. Garry 1997, mengatakan pendidikan dan pelatihan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan baru bagi seseorang yang sangat dibutuhkan bagi seseorang dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas. Jadi menurut asumsi peneliti kemungkinan rendahnya keterampilan dari tenaga gizi dipengaruhi oleh ketidakikutsertaannya dalam program pelatihan gizi darurat. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik, memiliki sikap yang positif terhadap suatu objek belum tentu memiliki keterampilan yang baik juga untuk hal tersebut, karena ketrampilan juga ditentukan oleh pengalaman. Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy 2011 mengenai kesiapsiagaan masyarakat di Universitas Sumatera Utara Katulampa Bogor dimana pengetahuan, sikap dan keterampilan tidak selalu berjalan beriringan. Kurangnya keterampilan tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi bisa menjadi suatu kendala jika terjadi bencana. Untuk itu perlu dilakukan langkah dan upaya dalam rangka meningkatkan keterampilan tersebut. Pada fase prabencana pelatihan petugas merupakan suatu kegiatan yang menjadi instrument penting Kemenkes, 2012, namun disisi yang lain, hal ini masih belum menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Pembinaan teknis dan pendampingan petugas sebenarnya adalah tindakan yang perlu dilakukan pada masa sebelum bencana terjadi. Salah satu masalah sumberdaya manusia kesehatan yang dihadapi adalah masih ada daerah yang belum pernah menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dalam penanggulangan krisis akibat bencana termasuk Kabupaten Aceh Besar. Pembinaan teknis sendiri ternyata bukan hanya belum pernah diadakan untuk tingkat Kabupaten Aceh Besar pada skala provinsi pun kegiatan pendampingan ini belum dilakukan.

5.4. Kesiapsiagaan Tenaga Gizi