15 Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada
struktur molekulnya Robinson, 1995, antara lain: a.
Triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: skualen.
b. Triterpenoid trisiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup
dalam cincin molekulnya, contoh: ambrein. c.
Triterpenoid tetrasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai empat cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: lanosterol.
d. Triterpenoid pentasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai lima cincin
tertutup dalam cincin molekulnya, contoh: α  –amirin. Contoh struktur kimia
triterpenoid dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini:
Skualen                                                                   Ambrein
Lanosterol                                                              α-amirin
Gambar 2.7 Contoh struktur kimia triterpenoid
16 Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo-
pentana perhidrofenatren Harborne, 1987. Struktur steroid dan sistem penomorannya dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut ini:
Gambar 2.8 Struktur steroid dan sistem penomorannya
Senyawa steroid dahulu dianggap sebagai  senyawa satwa yaitu sebagai hormon kelamin, asam empedu dan lain-lain. Salah satu estrogen hewan adalah
esteron.
2.3 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut tertentu.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut Depkes RI, 2000, yaitu:
A. Cara dingin 1. Maserasi
Maserasi  adalah  proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan  pelarut  dengan  sesekali  pengadukan  pada  temperatur  kamar.
Maserasi  kinetik berarti dilakukan pengadukan  yang kontinu terus-menerus. Remaserasi  berarti dilakukan pengulangan  penambahan pelarut setelah dilakukan
8 9
5 6
7
A B
C D
4 1
2 3
2 1
19 14
15 16
3 17
18 20
21 22
23 24
25 26
27
17 penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh perkolat.
B. Cara panas 1. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada  temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu  secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C. 3. Sokletasi
Sokletasi  adalah  proses penyarian menggunakan  pelarut yang selalu  baru yang  umumnya  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  soklet  sehingga  terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Infudasi Infudasi  adalah  proses penyarian dengan  pelarut air pada  temperatur
90°C selama 15 menit.