15,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki tindakan baik.
Namun lagi-lagi sama seperti pada variabel pengetahuan dan sikap, hasil analisa data mengenai hubungan tingkat tindakan dengan perilaku
merokok remaja memang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Namun faktanya adalah dari 64 siswa yang merokok
sebanyak 41 responden justru memiliki tindakan yang baik, jumlah ini lebih banyak daripada yang memiliki tindakan kurang baik.
Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tindakan yang baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses
pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat jawaban temannya.
Kesamaan ini juga dimungkinan karena adanya skema konseptual yang menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan
yang dikombinasikan dengan intensi, seperti yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen dalam Hasibuan, 2005.
5. Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran
dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran ada 189 responden 65,6 , jumlah ini lebih
banyak daripada responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran. Banyaknya siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran dapat
disebabkan oleh kualitas dari proses belajar-mengajar di sekolah tersebut, karena diketahui bahwa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
merupakan salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota Tangerang Selatan, maka standar kualifikasi dalam penerimaan siswa tergolong
cukup tinggi, sehingga siswa yang belajar di sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik pula. Kualitas yang baik ini ditunjukkan dengan
kemampuan mereka mengatasi stress dalam pelajaran. Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan p = 0,000. Sebanyak 99
responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran, 38 responden 38,4 diantaranya merokok. Sedangkan dari 189 responden yang tidak
merasa kesulitan dalam pelajaran hanya 26 responden 13,8 diantaranya yang merokok. Nilai OR Odds Ratio juga menunjukkan
siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran berpeluang 3,9 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak merasa kesulitan dalam
pelajaran. Adanya hubungan antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan
perilaku merokok remaja ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarafino 1994, dimana faktor psikologis seperti kesulitan belajar
merupakan faktor yang dapat membuat remaja untuk merokok. Hal ini dikarenakan efek dari rokok itu sendiri, yaitu dapat menghasilkan
mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan- keadaan yang sulit Nasution, 2007. Smet 1994 dalam Nasution
2007 menyebutkan keuntungan merokok terutama bagi perokok yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan
sosial dan menyenangkan.
6. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan