110
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1.  Pengisian  lembar  kuesioner  dilakukan  di  dalam  ruangan  kelas. Sehingga  kemungkinan  menimbulkan  bias  karena  saat  mengisi
kuesioner, responden mungkin dapat terpengaruh oleh pendapat teman yang ada di dekatnya.
2.  Suasana kelas yang kurang kondusif serta waktu pengisian yang terlalu cepat  diperkirakan
juga  dapat membuat  responden  kurang
berkonsentrasi ketika mengisi kuesioner.
B. Analisis Univariat
1. Perilaku Merokok
Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  menunjukkan  64  siswa  22,2 siswa  SMPN  3  Kota  Tangerang  Selatan  adalah  perokok,  jumlah  ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang menyebutkan  persentase  perokok  pada  usia  10-14  tahun  sekitar  17,5
.  Jumlah  ini  juga  jauh  lebih  tinggi  jika  dibandingkan  dengan penelitian  Irfan  2010  terhadap  siswa  SMP  di  Kota  Medan,  dimana
menunjukkan  hanya  3,2    siswa  SMP  yang  merokok.  Perbedaan  ini dapat  disebabkan  oleh  perbedaan  karakteristik  lingkungan  dan  gaya
hidup  siswa,  dimana  siswa  di  wilayah  pinggiran  kota  besar  seperti Tangerang  Selatan  yang  berbatasan  langsung  dengan  Jakarta,
menganggap merokok merupakan hal yang wajar dilakukan di usianya. Namun  perilaku siswa SMP  yang  merokok jika dibandingkan dengan
perilaku  siswa  SMA  yang  merokok  menunjukkan  perbedaan  yang cukup  signifikan,  penelitian  yang  dilakukan  di  SMK  Triguna  Utama
Tangerang  Selatan  menunjukkan  sekitar  60  siswa  merokok.  Hal  ini dapat  disebabkan  oleh  perbedaan  karakteristik  remaja  berdasarkan
perkembangan  usianya.  Remaja  awal  cenderung  baru  memulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, salah satunya seperti rasa ingin
tahu terhadap rokok. Selanjutnya  penelitian  ini  juga  menunjukkan  karakteristik  siswa
yang  merokok,  dimana  durasi  siswa  yang  merokok  paling  banyak adalah kurang dari 6 bulan 54,7 . Jumlah rokok yang dihisap oleh
siswa yang merokok rata-rata 2 batang perhari, jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok putih atau filter dengan merek Sampoerna
Mild.  Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan oleh  Alamsyah  2009,  yang  menyebutkan  paling  banyak  perokok
remaja  adalah  perokok  ringan  dan  jenis  rokok  yang  paling  banyak dihisap  adalah  rokok  putih.  Karakteristik  ini  menunjukkan  bahwa
perokok  remaja  merupakan  perokok  ringan  yang  sedang  dalam  tahap inisiasi.  Tahap  inisiasi  adalah  tahapan  yang  kritis  pada  seorang
individu  karena  merupakan  tahap  coba-coba  dimana  ia  beranggapan bahwa  dengan  merokok  ia  akan  terlihat  dewasa  sehingga  ia  akan
memulai  dengan  mencoba  beberapa  batang  rokok  Leventhal  dan Cleary, 1980 dalam Kintoko, 2004.
Sekitar 91  siswa  yang  merokok mengatakan tempat  yang  biasa digunakan  olehnya  untuk  merokok  adalah  tempat  main,  seperti  mall,
restoran cepat saji, dan tongkrongan. Hal ini dapat disebabkan karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-
teman  sebaya,  maka  pengaruh  teman-teman  sebaya  pada  sikap, pembicaraan,  minat,  penampilan,  dan  perilaku  lebih  besar  daripada
pengaruh  keluarga  Hurlock,  1999  dalam  Nasution,  2007.  Selain  itu perilaku  merokok remaja di tempat umum  juga cenderung  bermaksud
untuk show-off pamer sebagai salah satu cara memunculkan identitas diri. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh
orang  lain.  Saat  yang  sama  individu  juga  tetap  mempertahankan identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah  2009  yang  menunjukkan  paling  banyak  remaja  yang
merokok  di  rumah.  Perbedaan  ini  dapat  disebabkan  oleh  perbedaan jumlah sarana umum  yang bisa digunakan remaja untuk bermain atau
berkumpul.
C. Analisis Bivariat