Dalam  bisnis  asuransi,  acceptance  timbul  pada  saat pertanggungan  dimulai  atau  polis  diterbitkan,  mana  saja  yang  lebih
dahulu, tetapi proses offer dan acceptance akan tetap menjadi bagian tidak  terpisahkan  dari  polis  asuransi  yang  diterbitkan  kemudian.
Dengan demikian, tertanggung terikat dengan semua informasi yang diberikan  yang  menjadi  dasar  bagi  penanggung  untuk  melakukan
penutupan asuransi. b.
Cakap  untuk  membuat  perikatan,  yaitu  bahwa  para  pihak  adalah pihak  yang  kompeten  untuk  membuat  perikatan  dalam  elemen
competent  parties,  yaitu  mereka  yang  telah  dewasa,  waras,  tidak dalam paksaan ataupun dalam pengampunan.
c. Suatu  hal  tertentu  yang  dimaksud  dalam  Pasal  1320  KUH  Perdata
adalah  objek  yang  menjadi  dasar  lahirnya  perjanjian,  dalam  hal  ini janji  dari  penanggung  untuk  memberikan  jaminan  kepada
tertanggung  atas  imbalan  sejumlah  premi  yang  dianggap  seimbang atas  risiko  yang  akan  dijamin.  Consideration  dalam  hal  ini  adalah
premi  yang  merupakan  salah  satu  elemen  sahnya  sebuah  perjanjian asuransi  dan  memberikan  kekuatan  hukum  lahirnya  perjanjian
asuransi.  Pasal  1314  KUH  Perdata  mengatur  tentang  perjanjian  atas beban  yang  bersifat  timbal  balik.  Penggolongan  perjanjian  asuransi
sebagai  perjanjian  dengan  beban  atau  bersifat  timbal  balik
sebagaimana  diatur  dalam  pasal  tersebut  masih  menimbulkan pertanyaan  sebab  polis  asuransi  hanya  ditandatangani  sepihak  oleh
penanggung yang menjadi satu-satunya pihak yang berjanji walaupun pemenuhan
janji penanggung
mempesyaratkan pemenuhan
persyaratan pemenuhan persyaratan tertentu pula oleh tertanggung. d.
Suatu sebab yang halal disebut legal object. Perjanjian asuransi yang bertujuan  untuk  memberikan  asuransi  terhadap  suatu  sebab  yang
dilarang oleh ketentuan perundang-undangan , melanggar kesusilaan atau  bertentangan  dengan  kepentingan  umum,  sebagaimana
tercantum dalam pasal 1337 KUH Perdata, akan batal demi hukum. e.
Elemen  berikutnya    legal  form  yang  dalam  hukum  asuransi mengandung  pengertian  bahwa  perjanjian  asuransi  dapat  dikatakan
memenuhi unsur legal form apabila polis asuransi tersebut sama atau mempunyai subtansi yang sama dengan polis asuransi yang dianggap
sah  dan  harus  mengikuti  prosedur  pengajuan  dan  persetujuan  dari pihak yang berwenang.
14
3. Asas Hukum Sahnya sebuah Perjanjian Asuransi
Sebagaimana  halnya  dengan  perjanjian  pada  umumnya,  perjanjian asuransi  tunduk  pada  asas-asas  penting  bagi  sahnya  suatu  perjanjian  menurut
KUH Perdata, yaitu:
14
Emmet  J.Vaughan  dan  Therese  Vaughan,  Essential  of  Insurance:  A  Risk Management Perspective, Canada: John Wiley Inc. 1995 h.160
a. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas  kebebasan  berkontrak  terdapat  dalam  pasal  1338  ayat  1  KUH Perdata yang mengatakan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara
sah  berlaku  sebagai  undang- undang  bagi  mereka  yang  membuatnya”.
Asas  ini  menerangkan  bahwa  segala  perjanjian  yang  dibuat  secara  sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Tetapi,
kebebasan tersebut bukan merupakan suatu kebebasan yang tanpa batas sebagaimana batas sebagaimana ketentuan mengenai batasan kebebasan
dalam  membuat  suatu  perjanjian  yang  tercantum  dalam  Pasal  1337 KUH  Perdata  yang  berbunyi,  suatu  sebab  adalah  terlarang,  apabila
dilarang  oleh  undang-undang  atau  berlawanan  dengan  kesusilaan  baik atau ketertiban umum.
b. Asas Konsensualisme
Asas  konsensualisme  diatur  dalam  Pasal  1320  KUH  Perdata  ayat  2, yaitu  sepakat  mereka  yang  mengikatkan  dirinya.  Sepakat  mereka  yang
mengikatkan  dirinya  adalah  asas  yang  esensial  dari  Hukum  Perjanjian. Asas  ini  dikenal  juga  sebagai  asas  otonomi  konsensualisme,  yang
menentukan “ada”nya raison d’etre, het bestaanwaarde perjanjian dan merupakan sesuatu  yang tidak hanya milik KUH Perdata tetapi bersifat
universal. Sejumlah ahli berpendapat bahwa perjanjian terbentuk karena adanya kehendak  consensus dari pihak-pihak.  Perjanjian pada pokok-
pokoknya  dapat  dibuat  bebas  tidak  terikat  bentuk  dan  tercapai  tidak
secara  formal  tetapi  cukup  melalui  consensus  belaka.
15
Praktik  dalam industry asuransi  bahwa  perjanjian asuransi  lahir  atas kesepakatan para
pihak  merupakan  pemenuhan  terhadap  ketentuan  Pasal  1320  KUH Perdata mengenai asas konsesualisme.
c. Asas Pacta Sunt Servanda
Ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian  yang  dibuat  secara  sah  berlaku  sebagai  undang-undang  bagi
mereka  yang  membuatnya  mengandung  dua  asas  hukum  bagi  sahnya sebuah perjanjian,  yaitu asas kebebasan berkontrak dan asas  pacta sunt
servanda. Menurut
asas pacta
sunt servanda,
suatu perjanjian
mengakibatkan  suatu  kewajiban  hukum  dan  para  pihak  terikat  untuk melaksanakan  kesepakatan  kontraktual,  serta  bahwa  suatu  kesepakatan
harus  dipenuhi,  oleh  para  pihak  yang  berlaku  sebagai  undang-undang. Kehidupan  kemasyarakatan  hanya  mungkin  berjalan  dengan  baik  jika
seseorang dapat mempercayai perkataan orang lain. Asas  pacta  sunt  servanda  oleh  sebagian  pakar  diartikan  sebagai
asas  kepastian  hukum.  Pemenuhan  kewajiban  yang  telah  disepakati walaupun  polis  asuransi  belum  diterbitkan  sewaktu  klaim  timbul
15
Herlien  Budiono,  Asas  Keseimbangan  bagi  Hukum  Perjanjian  Indonesia,  cet.I, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2006, h.95.
mencerminkan  asas  pacta  sunt  servanda  dalam  Pasal  1338  ayat  1 KUH Perdata dalam praktik perasuransian.
16
d. Asas itikad Baik
Dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata dimuat ketentuan bahwa, Suatu perjanjian  harus  dilaksanakan  dengan  itikad  baik.  Mariam  Darus
Badrulzaman
17
melihat  ayat  3  KUH  Perdata  tersebut  sebagai penyeimbang  dari  ketentuan  ayat  1  untuk  memberikan  perlindungan
pada  pihak  yang  lebih  lemah  sehingga  kedudukan  para  pihak  menjadi seimbang.  Hal  ini  merupakan  realisasi  dari  asas  keseimbangan.  Polis
asuransi  disiapkan  oleh  penanggung  untuk  tertanggung  yang  pada umumnya memiliki pengetahuan asuransi  yang terbatas dapat membuat
tertanggung merupakan pihak yang lemah. Keterbatasan  yang  pada  umumnya  melekat  pada  salah  satu  pihak
dalam  megikatkan  diri  dalam  suatu  perjanjian  asuransi  mendapat perlindungan  dari  asas  itikad  baik  yang  merupakan  asas  penyeimbang
untuk memberikan perlindungan bagi pihak yang lemah. Dalam hukum asuransi, asas yang berlaku bahkan lebih tinggi dari sekedar asas itikad
baik  baik  tetapi  asas  itikad  sangat  baik  utmost  good  faith  yang
16
Dr.A.Junaedy  Ganie,  S.H.,M.H.,  Hukum  Asuransi  Indoensia,  cet.I,  Jakarta:  Sinar Grafika, 2011, h.61.
17
Mariam Darus Badrulzaman dkk,  Kompilasi Hukum Perikatan Jakarta: Aditya Bakti, 2001, h.83.