Amar Putusan Analisis Putusan
agar perjanjian tidak berakhir sebagaimana mestinya tentulah tindakan yang seperti itu sangatlah dilarang, seperti dalam firman Allah yang tertuang dalam
Q.S. Al-Hujuraat ayat 12:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”Q.S. Al-Hujuraat:12
Apabila pihak penanggung bisa menunjukkan hasil medical check up yang telah dilakukan oleh nasabah itu sendiri sebelum perjanjian polis yang jelas
menyatakan bahwa Almarhumah Eva mengidap penyakit jantung. Dan riwayat ini tidak diserahkan oleh calon nasabah. Maka jelas penolakan klaim oleh
prudential itu layak diterima secara hukum. Namun jika tidak ada, atau bukti yang diajukan adalah hasil pemeriksaan setelah yang bersangkutan meninggal.
Maka seharusnya ini bukanlah menjadi alasan dan tidak menjadi dasar pertimbangan hakim dalam keputusan tertanngung hanya mendapat 50 uang
pertanggungan. Terlebih lagi pihak Prudential selaku penanggung asuransi jiwa tidak mewajibkan adanya surat medical chek up dalam pengajuan polisnya,
jelaslah bahwa seharusnya pemegang polis menerima penggantian yaitu pencairan uang klaim sebesar Rp.150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah
sesuai dengan perjanjian diawal yang tertera pada polis, bukan dengan pengurangan separohnya yaitu Rp.75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah
tanpa prasangka yang belum jelas kepastian dan buktinya. Dan tidak menutup kemungkinan juga dari pihak penanggung yang
melalui agennya bisa saja tidak menjelaskan lebih detail mengenai syarat dan juga ketentuan informasi yang kurang terperinci sehingga hal demikian
menyebabkan ketidakpahaman tertanggung yang pada akhirnya menyebabkan salah dalam pengisian polis, tertera dalam Pasal 4 butir c Undang-undang No 8
Tahun 1999 Mengenai Perlindungan Konsumen, ditegaskan bahwa hak konsumen itu meliputi hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Dari pasal ini kita bisa mengetahui bahwa yaitu kewajiban menjelaskan risiko yang dijamin maupun dikecualikan
secara jelas dan teliti dan pada kasus ini bisa saja pihak asuransi atau melalui agennya tidak menjelaskan secara detail sehingga hal ini menyebabkan pihak
tertanggung tidak mengerti atau paham yang menyebabkan kesalahan dalam pengisian lembar SPAJ.
2. Analisi Kedua
Keputusan Hakim tentang kewajiban yang dibebankan kepada Tergugat adalah membayar sejumlah uang, sedangkan tidak diperjanjikan mengenai bunga
atas uang tersebut jika tidak segera dibayarkan, maka tuntutan bunga sebesar 10 tiap bulan tidak diluluskan akan tetapi hanya akan diberikan bunga yang
ditentukan menurut undang-undang sebesar 6 setahun terhitung gugatan ini didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;
Menurut penulis melihat kepada KUHPerdata yang pada intinya mengatur kewajiban debitur yang wanprestasi untuk membayar sejumlah nilai tertentu,
tanpa perlunya kreditur membuktikan lagi dasar tuntutan tersebut dan pada Pasal 1247 atau 1248 di mana kreditur harus membuktikan bahwa ganti rugi yang
dituntutnya harus merupakan “akibat langsung dari tidak dilaksanakan perikatannya itu. Maka penulis berpendapat keputusan hakim ini sangatlah tepat.
Kemudian tentu telah kita ketahui pada Pasal 1250
“Dalam perikatan yang hanya berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, kerugian dan bunga yang timbul karena
keterlambatan pelaksanaannya, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang-undang tanpa mengurangi berlakunya peraturan undang-undang
khusus. Penggantian biaya, kerugian dan bunga itu wajib dibayar, tanpa perlu dibuktikan adanya suatu kerugian oleh kreditur. Penggantian biaya,. kerugian
dan bunga itu baru wajib dibayar sejak diminta di muka Pengadilan, kecuali bila undang-
undang menetapkan bahwa hal itu berlaku demi hukum.”
Dan selanjutnya pada Pasal 1250 KUH Perdata jo. Lembaran Negara No. 221948 seharusnya Stb. No. 221848, red. adalah 6.
9
Besaran bunga ini pula yang kemudian ditentukan oleh majelis hakim tersebut yang juga memutuskan
bahwa kewajiban itu berlaku, lagi-lagi mengacu pada Pasal 1250 KUH Perdata, “sejak gugatan Penggugat didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
3. Analisis Ketiga
Tentang keputusan hakim bahwa tentang gugatan immaterial karena tidak disertai alasan-alasan serta tidak didukung perincian akan kerugian dimaksud,
maka tuntutan kerugian immaterial tidak dikabulkan; Saat salah satu pihak telah melakukan Wanpretasi maka dimungkinkan
timbulnya kerugian dalam peristiwa tersebut, sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1246 KUHPerdata, maka ganti-kerugian tersebut terdiri dari 3 unsur yaitu
1. Biaya, yaitu biaya-biaya pengeluaran atau ongkos-ongkos yang
nyatategas telah dikeluarkan oleh Pihak. 2.
Rugi, yaitu kerugian karena kerusakankehilangan barang danatau harta kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan oleh kelalaian
pihak lainnya.
9
Dikutip dari http:nasima.wordpress.comcategoryperdata-2 diakses pada 1 November 2013 pukul 9.48 WIB
3. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperolehdiharapkan oleh
salah satu pihak apabila pihak yang lain tidak lalai dalam melaksanakannya.
Atas dasar inilah penulis menganggap keputusan hakim bahwa Tergugatlah yang membayar biaya perkara sangatlah tepat dan karena pada
dasarnya tuntutan pokok dari Penggugat dikabulkan, maka Tergugat adalah dikalahkan, karena penggugatlah yang dirugikan dalam proses ini sehingga maka
sangat benar bila tergugatlah yang membayar semua biaya perkara ini. Selain itu Tergugat juga harus membayar bunga sesuai analisis diatas yaitu 6. Sedangkan
untuk uang kerugian immaterial dan dwangsom jelas ditolak karena tidak ada alasan yang kuat dan jelas.
71