9 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya. d.
Kewajiban Konsumen 1
Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa demi
keamanan dan keselamatan. 2
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa.
3 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4 Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut. Jadi, hubungan hukum yang tercipta antara pelaku usahaprodusen pada
satu pihak dengan konsumen pada pihak yang lain sudah dilengkapi dengan: a.
Hak dan kewajiban para pihak; b.
Hal yang seharusnya dan tidak boleh dilakukan; c.
Peran Negara;dan d.
Badan perlindungan dan penyelesaian sengketa serta prosedur dan syarat penyelesaian sengketa.
Oleh karena itu, menurut penulis undang-undang perlindungan konsumen memberikan kedudukan yang seimbang antara pelaku usahaprodusen dengan
konsumen.
26
C. Prinsip Asas Utmost Good Faith dalam Perjanjian Asuransi Jiwa
26
Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono,S.H., Hukum Ekonomi Indonesia, Buku 2, Malang: Bayumedia, 2007, h.138-140.
Prinsip utmost good faith dalam perjanjian asuransi sangat penting karena
menyangkut hak dan kewajiban tertanggung serta penanggung di lain pihak. Pada
prinsip utmost good faith tertanggung pada saat melakukan pengajuan form
aplikasi penutupan asuransi berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan dirinya serta tidak
berusaha dengan sengaja untuk mengambil untung dari penanggung. Dengan kata lain tertanggung tidak menyembunyikan sesuatu yang dapat dikategorikan
sebagai cacat tersembunyi atau menutup-nutupi kelemahan dan kekurangan atas dirinya, mengingat hal ini berkaitan erat dengan risiko, penetapan pembayaran
premi serta kewajiban penanggung jika terjadi kerugian yang diderita oleh tertanggung. Prinsip ini jika dicermati juga sesuai dengan implementasi Pasal
1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa perjanjian yang dibuat harus berdasarkan atas dasar sebab yang halal serta persetujuan harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Apakah prinsip ini hanya menjadi kewajiban dari tertanggung konsumen atau juga mengikat terhadap pelaku usaha penanggung lembaga
asuransi
27
. Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ditegaskan bahwa hak konsumen itu meliputi hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Jelaslah kiranya bahwa lembaga asuransi sebagai penanggung juga terikat dengan prinsip ini, yaitu
27
Swady Halim, Permasalahan Umum Nasabah Asuransi Seminar dan Lokakarya
Perkembangan Jurnalisme Ekonomi II, Semarang, Lembaga Studi Pers dan Informasi, Tanggal 9 Oktober 2000
kewajiban menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan secara jelas dan teliti.
Pemahaman tentang prinsip itikad baik, tertuang dalam pasal 251, 277, 281 KUHD, prinsip dasar yang harus dimiliki adalah prinsip adanya itikad baik.
28
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penanggung sebagai penjual polis perlu dilindungi terhadap kemungkinan adanya kesalahan informasi yang diberikan
oleh calon tertanggung mengenai objek pertanggungan. Jika penanggung mengetahuinya, ia tidak akan menerima pertanggungan tersebut atau
menerimanya tetapi dengan kondisi yang berbeda. Pasal 251 KUHD mengaturnya
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad
baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup,
atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan”. Biasanya sering sekali terkait pelanggaran atas prinsip itikad baik ini
dapat mengakibatkan pertanggungan menjadi batal. Kesalahan ini dapat terjadi karena:
29
1 Tidak mengungkapkan informasi material secara benar dan lengkap
non disclosure.
30
28
Ketut Sendro, Klaim Asuransi Gampang, cet.III, Jakarta: BMAI, PPH, 2009, h.53.
29
Wiyono, “Penyelesaian klaim Asuransi Kesehatan pada Rumah Sakit X”, Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011, h.52.
2 Menyembunyikan informasi concealment
Ini terjadi jika calon tertanggung dalam pengisian formulir permintaan asuransi dengan sengaja menyembunyikan atau tidak
menyampaikan suatu informasi yang material mengenai objek pertanggungan kepada penanggung, maka pertanggungan tersebut
juga dapat menjadi batal. 3
Informasi yang diungkapkan keliru innocernt misrepresentation Kekeliruan penyampaian informasi dapat terjadi karena cara
penyampaian informasi yang salah ataupun isi atau materi dari informasi tersebut tidak benar.
4 Memberikan informasi yang salah dengan tujuan penipuan
fraudulent misrepresentation Pemberian informasi dengan tujuan penipuan dapat dilakukan
pada waktu penutupan asuransi, dapat juga terjadi pada saat pengajuan klaim.
31
30
Ketut Sendro, Klaim Asuransi Gampang, Cet.III, Jakarta: BMAI, PPH, 2009, h.54.
31
Wiyono, “Penyelesaian klaim Asuransi Kesehatan pada Rumah Sakit X”, Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011, h.52.