BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sejarah Teori Antrian
1
Teori antrian pertama kali dikemukakan oleh A.K. Erlang, seorang ahli matematika bangsa Denmark pada tahun 1910 dalam bukunya Solution of Some
Problem in the Theory of Probability of Significance in Automatic Telephone Exchange. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi telepon yang
berhubungan dengan automaticdialing equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara ototmatis. Dalam waktu-waktu yang sibuk operator sangat
kewalahan untuk melayani para penelpon secepatnya, sehingga para penelpon harus antri menunggu giliran. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan
perhitungan keterlambatan delay dari seorang operator.
3.2. Teori Antrian
2
1
Siswanto. Operation Researh jilid II. Yogyakarta : Penerbit Erlangga. 2006. Hal : 217
2
Frederick S. Hiller dan Gerald I. Lieberman. Introduction to Operation Research, Holden Day Inc., San Fransisco, 1980, Hal : 379
Teori antrian Queueing Theory adalah merupakan suatu alat analisa yang sangat membantu di dalam memecahkan problem tersebut di atas. Teori ini
memberikan informasi penting yang dibutuhkan didalam pengambilan keputusan dengan meramalkan berbagai karakteristik dari barisan antri.
Universitas Sumatera Utara
3
Dari contoh-contoh di atas terlihat adanya beberapa kerugian yang diderita karena adanya barisan antri dan pengangguran dari fasilitas-fasilitas pelayanan.
Teori antrian Queueing Theory mencakup suatu matematik tentang antrian. Barisan antri adalah merupakan suatu phenomena alam yang terjadi
bilamana permintaan terhadap suatu pelayanan pada waktu tertentu melebihi kapasitas pelayanan pada waktu itu. Keputusan-keputusan tentang besarnya
kapasitas pelayanan yang harus disediakan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang industri, perdagangan, telekomunikasi dan lain-lain.
Sebagai contoh adalah dalam hal pembayaran rekening listrik, seiring dijumpai keluhan-keluhan dari para pembayar rekening karena harus menunggu agak lama,
baru dapat berhubungan dengan loket tempat pembayaran rekening. Ketidakpuasan para pelanggan ini timbul sebagai akibat kurangnya jumlah loket
pembayaran dibanding dengan banyaknya para pelanggan yang datang untuk membayar rekening mereka. Adanya ketidakpuasan ini sering merupakan faktor
penyebab terjadinya penunggakan pembayaran rekening oleh para pelanggan, dilain waktu, tidak jarang juga terjadi bahwa sebagian dari loket yang ada dalam
keadaan menganggur karena sedikitnya jumlah pembayar rekening yang datang. Contoh lain adalah dalam hal pelayanan bank terhadap pada nasabahnya.
Adakalanya ruang tunggu bank itu terlalu penuh dengan para nasabah yang ingin menyetor ataupun mengambil uang, sehingga menimbulkan perasaan kurang
aman pada nasabah. Juga apabila tidak ada atau terlalu sedikit jumlah nasabah yang harus dilayani oleh bank, maka petugas dan mesin-mesin bank akan
menganggur.
3
Ibid. Hal - 379
Universitas Sumatera Utara
Bila fasilitas ini yang disediakan melebihi permintaan akan menimbulkan biaya pelayanan yang berlebihan sedangkan apabila fasilitas pelayanan lebih kecil dari
permintaan, maka akan timbul barisan antri yang merupakan beban sosial, serta kemungkinan menyebabkan beralihnya para pelanggan ke perusahaan lain.
Sudah barang tentu orang-orang yang memimpin fasilitas pelayanan akan selalu mengadakan evaluasi dan mengambil keputusan untuk menetapkan apakah
jumlah fasilitas pelayanan pada perusahaannya perlu ditambah atau dikurangi untuk mencapai suatu keseimbangan ekonomis diantara biaya pelayanan dan
biaya-biaya yang timbul akibat biaya antrian.
3.3. Konsep Dasar Teori Antrian