commit to user
12
meliputi variabel seperti komitmen organisasi, kepercayaan, kepuasan, sesuai dengan keputusan dan kinerja
2. Komitmen Organisasional
Pandangan mengenai komitmen organisasional telah banyak dipaparkan oleh para ahli melalui berbagai sudut pandang. Robbins 2005 memberikan pengertian komitmen pada
organisasi sebagai suatu keadaan yang menggambarkan sampai tingkat mana seorang karyawan memihak pada organisasi tertentu, serta berniat memelihara keanggotaan dalam
organisasi. Suliman 2006 mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan akibat dari tiga faktor yaitu:
1 Penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang dimiliki organisasi, 2 Kemauan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya, dan
3 Hasrat atau keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Senada dengan pendapat tersebut, Mowday, et.al dalam Wang, Indridarson, dan
Saunders, 2010 menjelaskan bahwa komitmen organisasional dicirikan oleh: a Penerimaan dan keyakinan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi,
b Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi, dan c Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Pendekatan yang lain terhadap komitmen organisasional dikemukakan oleh Meyer dan Allen dalam model tiga komponen komitmen organisasional. Menurut model tersebut,
konstruk komitmen organisasional meliputi unsur keinginan, kebutuhan, dan kewajiban yang ditampilkan dalam tiga dimensi yaitu afektif, continuance, dan normatif. Menurut
commit to user
13
Allen dan Meyer dalam Wang, Indridarson, dan Saunders, 2010 ada tiga dimensi komitmen organisasi, yaitu :
1. Komitmen afektif
Komitmen afektif berkaitan dengan keinginan individu untuk terikat pada organisasi karena kesesuaian antara nilai pribadinya dan nilai-nilai organisasi. Komitmen ini menggambarkan
keinginan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi melalui keterikatan emosional karyawan pada organisasi yang terbentuk dari keinginan dan kesesuaian karyawan dalam
organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi cenderung ingin mempertahankan keberadaannya dalam organisasi berdasarkan keinginan sendiri bukan
karena faktor lain seperti investasi yang mereka keluarkan atau pada peran yang telah ditentukan bagi mereka
2. Komitmen continuence
Komitmen continuance berkaitan dengan kebutuhan individu untuk tinggal pada organisasi berdasarkan biaya yang harus ditanggung jika meninggalkan organisasi seperti pendapatan
yang akan hilang jika keluar dari organisasi atau karena individu tersebut tidak memiliki alternatif pekerjaan lain yang lebih baik. Karyawan yang memiliki komitmen continuance
yang tinggi cenderung akan mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi karena mereka harus melakukannya.
commit to user
14
3. Komitmen normatif Komitmen normatif berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi berdasarkan kesetiaan pada organisasi atau kewajiban moral untuk tetap berada dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi cenderung akan
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi karena memang sebaiknya hal tersebut dilakukan.
Menurut Allen dan Meyer 1990, komponen afektif, continuance, dan normatif dipandang sebagai komponen yang dapat dibedakan. Hal ini berarti bahwa karyawan
mengalami tahapan psikologis dalam berbagai tingkatan pada setiap komponen tersebut. Beberapa karyawan dapat merasakan kebutuhan dan keharusan yang kuat untuk tetap tinggal
pada organisasi, meskipun pada dasarnya mereka tidak ada keinginan. Sedangkan karyawan yang lain mungkin tidak merasakan kebutuhan dan keharusan, namun memiliki keinginan
yang kuat untuk tetap tinggal pada organisasi. Dengan adanya perbedaan pada masing-masing komponen komitmen organisasional,
faktor-faktor anteseden pada setiap komponen juga berbeda. Menurut Allen dan Meyer 1990, anteseden pada komponen afektif digolongkan menjadi 4 faktor, yaitu karakteristik
personal, karakteristik pekerjaan, pengalaman kerja dan karakteristik struktural. Komponen continuance berkembang dari 2 faktor, yaitu jumlah investasi yang dibuat individu dan
kesenjangan alternatif pekerjaan yang dirasakan. Sedangkan komponen normatif berkembang dari pengalaman individu baik yang berhubungan dengan sosialisasi budaya
maupun sosialisasi organisasional.
commit to user
15
3. Discretionary Service Behavior