62
madrasah yang tidak mengajarkan huruf latin. Meskipun ada 51,4 persen yang merasakan pendidikan dasar, namun rata-rata hanya sampai kelas 1 SD.
Meskipun tingkat pendidikan mereka rendah tidak menyebabkan kemampuan keaksaraan mereka rendah. Beberapa alasan yang mendukung kemampuan mereka
antara lain motivasi mereka yang tinggi untuk dapat bisa membaca, menulis dan berhitung, lingkungan keluarga yang dapat membantu membaca, menulis dan
berhitung seperti saudara dan suami dari warga belajar dan ada pula yang telah memiliki pengalaman belajar dari orang lain seperti majikan dari warga belajar yang
menjadi pembantu rumah tangga.
8.1.5 Hubungan Jumlah Anak dengan Kemampuan Keaksaraan
Menurut Tabel 9 responden dengan kategori jumlah anak tinggi dan memiliki tingkat kemampuan keaksaraan tinggi berjumlah 3 orang 15 persen dari 20
responden yang berkategori jumlah anak tinggi. Sementara warga belajar dengan kategori jumlah anak rendah dengan tingkat kemampuan keaksaraan tinggi sebanyak
3 orang pula 20 persen dari semua responden dengan jumlah anak rendah 15 orang.
Setelah dilakukan
analisis chi-square
didapatkan X²
hitung
0,151
X
² α
0.05
db 1 3,84, yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat jumlah anak dengan
kemampuan keaksaraan. Selain itu persentase kemampuan keaksaraan antara responden jumlah anak tinggi maupun responden dengan jumlah anak rendah, tetap
rendah 15 persen dan 20 persen. Berdasarkan wawancara mendalam kepada warga belajar, dengan banyaknya anak namun mereka tidak merasa terganggu untuk
63
mengikuti belajar, karena selain anak mereka yang telah mengerti kegiatan belajar ibunya, mereka juga melatih kembali kemampuan baca tulis di rumah bersama anak
atau suami mereka. Namun sebagian besar responden yang memiliki balita 11,4 persen mengaku tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar hingga kemampuan
keaksaraannya pun rendah. Ini berarti jumlah balita mempengaruhi kegiatan belajar responden, sehingga mempengaruhi kemampuan keaksaraannya juga.
8.1.6 Hubungan Penilaian WB terhadap Program KF dengan Kemampuan Keaksaraan
Penilaian WB terhadap program KF merupakan tanggapan awal ketika warga belajar hendak mengikuti program hingga selama mereka mengikuti kegiatan belajar
dalam program tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 9, responden dengan kategori penilaian tinggi terhadap program dengan tingkat kemampuan keaksaraan tinggi
sebanyak 6 orang 18,2 persen dari 33 responden dengan kategori penilaian tinggi terhadap program. Sementara tidak ada satu pun warga belajar yang memiliki tingkat
kemampuan keaksaraan tinggi dengan kategori penilaian rendah terhadap program dari 2 warga belajar yang memiliki kategori penilaian rendah terhadap program.
Tidak dilakukan analisis chi-square kedua hubungan variabel ini, karena terdapat sel yang kosong pada tabulasi silang hubungan kedua variabel ini, sehingga
tidak memenuhi syarat pengujian. Meski tidak dilakukan pengujian, hubungan antara penilaian WB terhadap program dengan kemampuan keaksaraannya tidak nyata atau
tidak berhubungan. Hal ini dapat dilihat pada data pada Tabel 9, baik responden dengan penilaian rendah maupun tinggi, kemampuan keaksaraannya tetap rendah.
64
Meskipun tidak terdapat hubungan antara kedua variabel namun seluruh warga belajar yang memiliki kemampuan keaksaraan tinggi sepakat bahwa mereka
memiliki penilaian yang tinggi terhadap program. Sementara warga belajar dengan penilaian rendah terhadap program merasa tidak yakin bahwa program tersebut
membawa perubahan pada kemampuan baca, tulis dan hitung mereka. Selain itu juga mereka tidak aktif mengikuti program hanya sekitar 2-3 bulan saja.
8.1.7 Hubungan Motif WB Mengikuti Program KF dengan Kemampuan Keaksaraan