44
6.1.3 Pekerjaan
Pekerjaan yaitu bentuk mata pencaharian yang dilakukan oleh responden untuk mendapatkan penghasilan, baik sebagai pekerjaan pokok atau sampingan.
Responden terbagi menjadi dua kelompok, yaitu responden bekerja dan tidak bekerja. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan baik pekerjaan pokok maupun
sampingan dengan persentase 65,7 persen seperti yang tertera pada Tabel 6. Pekerjaan tersebut terdiri dari pembantu rumah tangga 28,6 persen, buruh cuci 5,7
persen, buruh pabrik 2,8 persen, pemisah benang 8,6 persen dan pembersih benang 14,3 persen.
Pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan pokok, yaitu pembantu rumah tangga, karena pekerjaan itu mereka lakukan setiap hari sejak pagi jam 7 pagi
hingga sekitar pukul 12 siang atau pukul 4 sore. Sementara pekerjaan yang mereka anggap sebagai pekerjaan sampingan yaitu yang tertera pada Tabel 6, selain menjadi
pembantu rumah tangga. Pekerjaan sampingan seperti buruh cuci, buruh pabrik, pemisah benang dan pembersih benang tidak selalu mereka dapatkan tiap hari,
tergantung pada permintaan tenaga kerja. Menurut responden yang memiliki usaha berdagang, pekerjaan mereka dianggap sebagai pekerjaan sampingan pula karena
tidak banyak menyita waktu, selain itu suami mereka pun memiliki pekerjaan lain.
6.1.4 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti responden. Tingkat pendidikan responden terbagi menjadi dua kategori, yaitu rendah
bagi responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal atau drop out pada
45
kelas 1, 2 atau 3 SD dan kategori tinggi pada responden yang pernah mengikuti pendidikan formal sampai kelas empat SD atau lebih dari itu.
Dapat dilihat pada Tabel 6, responden dengan tingkat pendidikan rendah terdapat 97,1 persen dan yang tingkat pendidikannya tinggi hanya ada 1 orang atau
2,9 persen, yaitu responden yang pernah sekolah hingga kelas empar SD. Hal ini menunjukan bahwa keseluruhan responden tingkat pendidikannya rendah. Responden
kebanyakan tidak pernah merasakan pendidikan formal karena keterbatasan akses pada pendidikan formal jarak sekolah jauh, biaya sekolah yang mahal dan sekolah
tersebut lebih diprioritaskan hanya untuk laki-laki.
6.1.5 Jumlah Anak
Jumlah anak merupakan keseluruhan anak yang dimiliki responden dan menjadi tanggungan keluarga. Kategori jumlah anak terbagi menjadi dua, yaitu tinggi
dengan memiliki balita dan atau memiliki anak lebih dari tiga anak. Responden yang memiliki balita dianggap menjadi indikator jumlah anak tinggi karena, adanya balita
yang menjadi tanggungan responden berarti beban kerja yang dimiliki responden lebih banyak dan dapat mempengaruhi kegiatannya dalam mengikuti program KF.
Begitu pula dengan responden dengan jumlah anak lebih dari tiga anak. Tabel 6 menunjukan responden dengan jumlah anak tinggi sebanyak 57,1
persen dan responden dengan jumlah anak rendah ada 42,9 persen. Ini menjelaskan bahwa lebih banyak responden dengan jumlah anak tinggi. Namun ini belum
sepenuhnya menjelaskan bahwa jumlah anak yang tinggi menyebabkan beban kerja
46
semakin tinggi pula, karena ada anak mereka yang dapat mengurus diri mereka sendiri dan tidak banyak merepotkan orang tua responden.
6.1.6 Penilaian WB terhadap Program KF
Penilaian responden terhadap program yaitu tanggapan responden terhadap program KF sebelum mereka mengikuti program maupun setelah mereka
mengikutinya. Tanggapan tersebut dapat berbentuk tanggapan mengenai manfaat program bagi mereka, tanggapan saat diajak mengikuti program, dukungan mereka
terhadap program, tanggapan terhadap tutor dan pengelola program, dan tanggapan
selama pembelajaran.
Data pada Tabel 6 menunjukan bahwa sebanyak 94,3 persen responden menyatakan tanggapan tinggi atau baik terhadap program KF yang dilaksanakan
PKBM Damai Mekar, dan responden dengan tanggapan rendah terhadap program sebanyak 2 orang atau 5,7 persen. Saat program KF ditawarkan pada responden,
mereka mengetahui terlebih dahulu dari RT setempat atau ibu-ibu PKK. Menurut penuturan salah seorang ibu PKK di RW 10 mengenai penilaian warga belajar saat
diajak mengikuti program menjelaskan bahwa: ”...Ibu-ibu yang saya ajak belajar KF, mereka terlebih dahulu menanyakan
belajar apa saja di KF nanti. Saya menjelaskan akan diajarkan baca tulis buat yang belum bisa dan belum lancar. Saat saya mengajak mereka, saya
juga membawa salah seorang tutor yang telah mereka kenal, dan mereka percaya bahwa ini merupakan program untuk baca tulis. Mereka saat itu
antusias dan menanyakan langsung tempat belajar dan waktunya”. Indi, 34 tahun.
47
6.1.7 Motif Responden Mengikuti Program KF