Ikhtisar Bab VIII Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Motivasi Belajar Kembali

73

8.4 Ikhtisar Bab VIII

Hasil analisis menggunakan tabulasi silang maupun pengujian hipotesis tidak menemukan hubungan nyata pada faktor internal maupun eksternal responden dengan kemampuan keaksaraannya. Namun setelah melakukan analisis mendalam secara kualitatif ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap responden yang berhasil memiliki kemampuan keaksaraan tinggi. Faktor-faktor tersebut diantaranya motivasi dan dukungan tinggi dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya untuk membantu WB tetap dapat belajar membaca dan menulis, semangat atau motivasi dalam diri WB untuk tetap belajar meskipun program telah berakhir, dan tindakan belajar kembali yang dilakukan secara berulang-ulang. Analisis mengenai dampak yang ditimbulkan dari program KF terhadap WB akan dibahas selanjutnya pada Bab IX. 74 BAB IX DAMPAK DARI PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL

9.1 Bentuk Dampak Program KF

Kemampuan keaksaraan yang telah dimiliki warga belajar diharapkan memiliki pengaruh terhadap dampak kepada warga belajar atas kemampuan yang telah mereka miliki tersebut atau disebut juga manfaat tidak langsung yang diperoleh warga belajar dari program impacts. Dampak tersebut terdiri dari tiga bentuk, yaitu motivasi untuk belajar kembali, penerapan fungsional kemampuan keaksaraan, dan kepercayaan diri warga belajar.

9.1.1 Motivasi untuk Belajar Kembali

Motivasi untuk belajar kembali muncul setelah warga belajar mengikuti program keaksaraan fungsional. Motivasi belajar kembali merupakan salah satu manfaat tidak langsung dari program kepada warga belajar yang mampu mendorong warga belajar untuk meningkatkan kemampuan keaksaraannya. Dampak ini juga adalah bentuk keinginan dari warga belajar secara individu memandirikan kemampuan keaksaraan mereka setelah program selesai.

9.1.2 Penerapan Fungsional Kemampuan Keaksaraan

Penerapan fungsional kemampuan keaksaraan adalah wujud penerapan kemampuan keaksaraan yang telah dimiliki ke dalam kehidupan sehari-hari warga belajar. Dampak inilah yang seharusnya diperoleh warga belajar setelah mereka mengikuti program. Secara konkrit bentuk penerapan ini meliputi penerapan 75 kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang bermanfaat dalam kehidupan keseharian mereka, seperti membaca surat pengumuman dari RT, tagihan listrik, undangan, menulis biodata diri atau anggota keluarga pada formulir, menghitung pengeluaran belanja sehari, membaca waktu pada jam, membaca kalender atau hal- hal yang berkaitan dengan aktivitas membaca menulis atau berhitung yang umum terjadi dalam kehidupan mereka.

9.1.3 Kepercayaan Diri Warga Belajar

Bentuk kepercayaan diri warga belajar disini sangat berkaitan dengan keberanian warga belajar untuk mengakses kelembagaan masyarakat. Pengetahuan yang didapat oleh warga belajar dalam bentuk kemampuan keaksaraan diharapkan mampu memberikan bentuk rasa percaya diri warga belajar untuk mengakses kelembagaan masyarakat yang umumnya diakses, seperti sekolah anak ketika saat pengambilan raport anak, pembayaran listrik, RT atau kantor kelurahan ketika mengurus masalah kependudukan KTP, pasar tradisional, serta kepercayaan diri untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

9.2 Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Motivasi Belajar Kembali

Kemampuan keaksaraan warga belajar yang masih rendah diharapkan mampu mempengaruhi motivasi warga belajar untuk belajar kembali mengasah kemampuan keaksaraannya. Motivasi warga belajar dapat dilihat dari keinginan untuk mau dan melakukan belajar baca, tulis dan hitung kembali dirumah bersama anak atau keluarga. Menurut analisis tabulasi silang terhadap hubungan tersebut terdapat 76 responden dengan tingkat kemampuan keaksaraan rendah dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar kembali ada sebanyak 10 orang 34,5 persen dari 29 responden yang memiliki kemampuan keaksaraan rendah. Terdapat pula responden dengan tingkat kemampuan keaksaraan tinggi dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar kembali ada sebanyak 4 responden 66,7 persen dari 6 responden yang kemampuan keaksaraannya tinggi. Data tersebut dapat lebih jelas dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hubungan Kemampuan Keaksaraan Responden dengan Motivasi Belajar Kembali di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun 2008 Motivasi belajar Kembali Kemampuan Keaksaraan Rendah Tinggi Jumlah Rendah 19 65,5 10 34,5 29 100 Tinggi 2 33,3 4 66,7 6 100 Jumlah 21 60 14 40 35 100 Keterangan: = persentase X ² hitung = 2,146 X ² α 0.05 db 1 = 3,84 Hasil analisis menggunakan metode chi-square menghasilkan X² hitung 2,146 X² α 0.05 dengan db 1 sebesar 3,84. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara kemampuan keaksaraan dengan motivasi belajar kembali oleh warga belajar atau dengan kata lain tingkat kemampuan keaksaraan rendah tidak mempengaruhi motivasi belajar kembali warga belajar. Terlihat dari adanya warga belajar dengan kemampuan keaksaraan tinggi maupun rendah memiliki motivasi untuk belajar kembali. Bahkan lebih tinggi persentase responden yang kemampuan keaksaraannya tinggi dan memiliki motivasi belajar kembali. Warga belajar dengan kemampuan keaksaraan tinggi dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar kembali 77 mengatakan bahwa dengan belajar lagi dirumah membuat kemampuan baca tulis hitungnya tetap masih ada.

9.3 Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Penerapan Fungsional Kemampuan Keaksaraan