Berikut skema tahapan pembuatan butter cookies dapat dilihat pada gambar skema berikut ini :
Gambar 2.9 Skema tahapan pembuatan butter cookies
Penimbangan bahan
Pencampuran bahan kering
Pengadukan margarin dan gula halus sampai
Pengistirahatan 5 menit
Penggilingan
Pencetakan
Pemanggangan selama 25 menit dengan suhu 165°C
Pengemasan Penambahan telur
dan bahan kering
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas butter cookies
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas butter cookies adalah : 1. Bahan dasar
Bahan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas butter cookies, apabila kualitas bahan yang digunakan baik maka kemungkinan besar dapat
menghasilkan kualitas butter cookies yang baik pula. Namun, apabila menggunakan bahan yang mempunyai kualitas kurang baik dapat mempengaruhi
kualitas butter cookies dari segi rasa, warna, tekstur maupun aroma yang dihasilkan. Maka perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan dasar yang akan
digunakan. 2. Komposisi bahan
Selain kualitas bahan yang digunakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil butter cookies adalah komposisi bahan yang digunakan. Apabila komposisi bahan
yang digunakan kurang tepat maka akan menghasilkan butter cookies dengan kualitas yang kurang baik. Untuk itu perlu diperhatikan dalam menentukan
komposisi yang digunakan. 3. Teknik pembuatan
Proses pembuatan pun mempunyai faktor yang besar dalam menghasilkan butter cookies yang berkualitas baik, berikut dapat dijabarkan beberapa faktor
yaitu : a. Tahap pengadukan adonan
Proses pengadukan bertujuan untuk membentuk jaringan gluten yang terdapat dalam terigu. Tahap pengadukan merupakan tahap penting dalam
proses pembuatan butter cookies. Pengadukan antara mentega dan gula halus yang terlalu cepat dapat menyebabkan butter cookies tidak mengembang.
Sedangkan pengadukan yang terlalu lama dapat menyebabkan butter cookies kue terlalu melebar. Oleh karena itu pengadukan harus tepat sehingga
mendapatkan hasil yang adonan kalis. b. Tahap pencetakkan
Tahap pencetakkan terlihat mudah, akan tetapi dapat mempengaruhi kualitas dari butter cookies. Adonan yang tak segera dicetak serta terlalu
sering menggilas adonan dapat menghasilkan butter cookies menjadi keras. Sedangkan penggilingan adonan yang tidak seragam tebalnya dapat Butter
cookies tidak matang dengan merata. Oleh karena itu penggilingan serta pencetakkan dilakukan dengan benar dan cepat sehingga, ukuran tebal yang
didapatkan seragam dan produk dapat bertekstur renyah. c. Tahap pemanggangan
Tahap pemanggangan merupakan tahap akhir dalam pembuatan butter cookies yang bertujuan untuk mematangkan adonan. Sebelum memanggang
adonan, oven yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Dalam memanaskan oven bila temperatur terlalu tinggi dapat membuat butter
cookies mudah hangus sehingga adonan tidak mengembang dengan sempurna. Sebaliknya, jika oven kurang panas dapat menyebabkan butter
cookies terlalu melebar.
2.1.8 Kandungan Gizi Pada Butter Cookies
Butter cookies yang berada dipasaran memiliki kandungan gizi yang kurang seimbang. Hal ini dapat dilihat dari nilai gizi butter cookies monde yang sudah
beredar dipasaran yaitu energi total 160 kkal, lemak total 7 g, protein 2 g, karbohidrat total 20 g, gula 7 g, natrium 20mg dan sodium 0 mg..
Peningkatan akan kandungan gizi butter cookies perlu dilakukan dengan menambahkan bahan pangan tertentu yang memiliki kandungan gizi yang tinggi
agar butter cookies dapat menjadi salah satu pilihan makanan ringan sehat bagi masyarakat sehingga menjadi alternatif makanan cemilan yang dapat
berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Kandungan gizi yang dapat ditingkatkan pada cookies antara lain fosfor dan kalsium. Fosfor berfungsi
sebagai pembentukan tulang dan gigi, serta penyimpanan dan pengeluaran energi Made Astawan,MS, 2009. Sedangkan kalsium sangat berguna untuk menjaga
kesehatan tulang. Sumber makanan yang dapat memenuhi kebutuhan fosfor dan kalsium antara
lain daging, ikan, telur, susu dan hasilnya, kacang-kacangan serta serelia. Salah satu jenis kacang kacangan yang mengandung kalsium dan fosfor yang cukup
tinggi adalah kacang merah.
2.2 Tinjauan Tentang Kacang Merah 2.2.1 Kacang Merah
Kacang merah Phaseolus vulgaris L bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Selatan, dan
dataran Cina. Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke daerah lain seperti