Populasi dan Sampel Penelitian Definisi Operasional

40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian Menurut Arikunto 2006:130, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar 9 tahun baik pada tingkat SDMI atau SMPMTs. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 721 orang yang tersebar ke dalam 10 desa di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Jumlah populasi diperoleh dari data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB di Kecamatan Kedungbanteng pada tahun 2010. 2. Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan tehnik proportional random sampling yaitu cara pengambilan sampel dilakukan secara acak dari seluruh populasi yang ada. Sampel yang diambil adalah 72 orang yang berada pada 10 desa di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel diambil 10 dan dilakukan secara acak agar pada setiap sampel dapat mewakili populasi yang ada. Responden dalam penelitian adalah orang tua dari anak usia 7-15 tahun yang tidak maupun mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Sampel responden dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jumlah Orang Tua dari Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak maupun Mengikuti Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010 No. Nama Desa Populasi orang Sampel orang 1 Penujah 65 10 7 2 Karanganyar 153 10 15 3 Tonggara 52 10 5 4 Kedungbanteng 87 10 9 5 Dukuh Jati Wetan 28 10 3 6 Sumingkir 59 10 6 7 Margamulya 62 10 6 8 Kebandingan 68 10 7 9 Karangmalang 74 10 7 10 Semedo 73 10 7 Jumlah 721 10 72 Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2010

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2010:61.

1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

a. Pencapaian APK dan APM pada tingkat SD dan SMP. b. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng. c. Pengelolaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng. 2. Hambatan dalam pelaksanaan progam wajib belajar 9 tahun, dengan rincian sebagai berikut:

a. Karakter keluarga

Indikator dari karakter keluarga adalah: - berapa jumlah anggota keluarga inti - berapa jumlah tanggungan anak

b. Lingkungan Keluarga

Indikator dari lingkungan keluarga adalah: - dukungan keluarga terhadap anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah agar dapat sekolah - pengaruh kondisi tempat tinggal anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah - kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak usia 7-15 tahun

c. Tingkat pendidikan orang tua

Indikator dari pendidikan adalah: - pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua, antara lain: SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi - pendidikan nonformal kursus yang pernah ditempuh orang tua - lama pendidikan formal dan nonformal yang ditempuh

d. Mata Pencaharian orang tua

Indikator Mata Pencaharian orang tua adalah: - jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan

e. Tingkat pendapatan orang tua

Indikator dari pendapatan orang tua adalah: - pekerjaan pokok dan sampingan yang dilakukan oleh orang tua - besarnya pendapatan yang diperoleh orang tua - penggunaan pendapatan

f. Aksesibilitas

Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah: - jarak yang ditempuh anak untuk sekolah - waktu yang ditempuh anak untuk sekolah - biaya perjalanan yang diperlukan oleh anak menuju ke sekolah - fasilitas yang digunakan anak ketika berangkat sekolah.

C. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa pembatasan istilah, maka dari itu diperlukan definisi operasional agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan. 1. Pelaksanaan Program WajibBelajar 9 Tahun Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dalam penelitian ini adalah pendidikan minimal yang harus dilakukan oleh anak usia sekolah di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pendidikan minimal yang dimaksud adalah anak usia 7-15 tahun wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6 tahun di tingkat SD dan 3 tahun di tingkat SMP. 2. Pencapaian APK dan APM APK Angka Partisipasi Kasar yaitu persentase perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah di suatu daerah dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut SMP MTs = 13-15 tahun, SD MI = 7-12 tahun. APM Angka Partisipasi Murni yaitu persentase perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah di sekolah pada suatu daerah dengan usia sekolah pada jenjang tertentu SMP MTs = 13-15 tahun, SDMI = 7-12 tahun dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut. Husaini 2010: 20 menggunakan rumus sebagai berikut: Pengukuran ketercapaian program wajib belajar 9 tahun pemerintah menggolongkan tingkat ketuntasan menjadi 5 kriteria. Tingkat ketuntasan daerah dalam melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, dapat dikategorikan, sebagai berikut ini: a belum tuntas bila APK 80, b tuntas pratama bila APK mencapai 80-84, c tuntas madya bila APK mencapai 85- 89, d tuntas utama bila APK mencapai 90-94, dan e tuntas paripurna bila APK mencapai minimal 95. 3. Karakter Keluarga Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa. Setiap keluarga memiliki karakter keluarga tersendiri. Menurut Rismawati 2010:20, jumlah tanggungan keluarga dapat digolongkan menjadi 4 yaitu: 1 lebih dari 10 orang berarti sangat banyak tanggungan, 2 7 sampai 9 orang berarti banyak tanggungan, 3 5 sampai 6 orang berarti tanggungan sedang, dan 4 1 sampai 4 orang berarti tanggungan sedikit. 4. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Anak perlu dukungan dari keluarga untuk sekolah. Pengaruh dari tempat tinggal dapat memberikan dampak pada anak untuk sekolah atau tidak. Kesadaran orang tua tentang pendidikan, antara lain: anggapan orang tua tentang pendidikan sangat penting, penting, penting dan tidak penting bagi anak di masa depan. 5. Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua diukur dari orang tua yang tidak sekolah sama sekali atau pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik ayah maupun ibu. Pendidikan yang diperoleh orang tua khususnya pendidikan formal berpengaruh pada pendidikan yang akan diberikan pada anak mereka. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada pendidikan anak mereka agar mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya. Pendidikan formal yang pernah diikuti orang tua, antara lain: SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan nonformal orang tua yang pernah diikuti, antara lain: kursus mengetik, kursus menjahit, kursus tehnik. 6. Jenis Pekerjaan Orang Tua Jenis pekerjaan orang tua merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan oleh orang tua baik ayah maupun ibu sehingga dapat menghasilkan suatu pendapatan atau sumber penghidupan. Pekerjaan dapat berupa pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. 7. Tingkat Pendapatan Orang Tua Tingkat pendapatan orang tua dapat digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan keluarga, karena pendapatan orang tua merupakan sumber untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga. Pendapatan orang tua diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan survey dari BPS pada tahun 2009 tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaan berdasarkan pendekatan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Klasifikasi Pendapatan Orang Tua No. Klasifikasi Pendapatan Jumlah Pendapatan 1. Pendapatan Tinggi Rp 1.370.000,00 2. Pendapatan Menengah Rp 1.075.000,00 – Rp 1.370.000,00 3. Pendapatan Sedang Rp 780.000,00 – Rp 1.075.000,00 4. Pendapatan Rendah Rp 780.000,00 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Tahun 2009 8. Aksesibilitas Black 1981: 98 mengungkapkan bahwa aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas, antara lain: jarak, waktu, biaya dan fasilitas transportasi yang digunakan. Jarak yang jauh dari rumah akan membutuhkan biaya. Biaya perjalanan berperan dalam menentukan mudah tidaknya tempat tujuan dicapai, karena ongkos perjalanan yang tidak terjangkau mengakibatkan orang tidak mau melakukan perjalanan Cepat lamanya waktu yang diperlukan dapat mempengaruhi anak untuk mau melakukan perjalanan ke sekolah.

D. Metode Pengumpulan Data