Tujuan dan Target Wajib Belajar Tantangan dalam Wajib Belajar

c. Rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah menggambarkan tingkat pencapaian setiap penduduk dalam kegiatan bersekolah. Semakin tinggi angka lamanya bersekolah semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah dicapai penduduk. Indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu tingkatkelas yang sedangpernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rata-rata lama sekolah mayoritas penduduk di Indonesia masih relatif rendah dan dalam kondisi memprihatinkan, yakni baru mencapai semester satu kelas tiga Sekolah Menengah Pertama SMP. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas yakni 7,5 tahun atau setara dengan kelas dua SMP atau semester satu sekolah menengah pertama EKSPOSnews, 2011.

D. Tujuan dan Target Wajib Belajar

Tim Redaksi NPM 2009:145 mengungkap bahwa penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu pada tahun 2006-2009 bertujuan untuk: 1. meningkatkan Angka Partisipasi Kasar SMP MTs setara hingga mencapai minimal 95. 2. menurunkan angka putus sekolah SMP dari 2,83 menjadi 2. 3. meningkatkan kualitas lulusan dengan indikator 70 peserta Ujian Nasional mencapai nilai di atas 6,00 4. melengkapi sarana pendidikan sehingga 75 SMP memenuhi Standar Nasional Pendidikan, antara lain: minimal 80 SMP mempunyai perpustakaan, 50 SMP memiliki Laboratorium IPA, 50 SMP memiliki laboratorium bahasa, dan 80 SMP mempunyai ruang ketrampilan yang memadai. 5. menyelenggarakan minimal satu rintisan SMP bertaraf internasional di setiap kabupaten kota. 6. terbentuk dan berfungsinya jaringan sistem informasi pendidikan di setiap propinsi di seluruh Indonesia dengan baik. 7. meningkatnya mutu pengelolaan SMP dengan 70 SMP Menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah MBS dengan baik. 8. meningkatkan kesadaran akan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Wajib belajar berfungsi untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi warga negara Indonesia. Tujuan program wajib belajar 9 tahun adalah memberikan kesempatan pendidikan minimal bagi setiap warga negara Indonesia agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan dapat hidup mandiri di dalam masyarakat. Pendidikan minimal yang dimaksud adalah masyarakat yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti program wajib belajar 9 tahun yaitu 6 tahun di tingkat SDMIsederajat dan 3 tahun di tingkat SMPMTssederajat.

E. Tantangan dalam Wajib Belajar

Tim Redaksi NPM 2009:149 mengungkapkan bahwa penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sampai dengan mencapai Angka Partisipasi Kasar APK pada tingkat SMP sebesar 95 dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam pelaksanaanya. 1. Masih ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun belum tertampung Masih terdapat anak yang belum sekolah karena berbagai alasan, masih masih ada sekitar 1,9 juta anak usia 13-15 tahun di berbagai daerah di Indonesia belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau sederajat. 2. APK SMP dari 146 kabupaten di bawah 75 Tahun 2005 APK SMP secara nasional telah mencapai 85,22. Namun demikian, masih terdapat 146 kabupaten yang angka APK SMP-nya masih rendah di bawah 75, di bawah APK nasional. Tanpa upaya-upaya khusus, kabupaten-kabupaten tersebut akan terlalu sulit untuk mencapai APK 95 pada tahun 20082009. Selain itu, angka absolut anak yang belum tetampung pada daerah padat penduduk masih sangat tinggi. 3. Kondisi geografis yang sulit Anak-anak usia 13-15 yang belum mendapatkan layanan pendidikan umumnya berdomisili di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar-pencar dalam komunitas kecil. Kondisi geografis yang tidak terjangkau membuat anak sulit berangkat sekolah. Kondisi geografis daerah mereka tinggal merupakan kendala dalam pengadaan layanan pendidikan bagi mereka yang membutuhkan. 4. Kemiskinan Kemiskinan sebagai akibat dari krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan penyesuaian harga BBM dan TDL, jumlah keluarga miskin di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 17. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya putus sekolah angka putus sekolah pada tahun 2005 sebesar 2,83 dan ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi. 5. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan Sebagian masyarakat, terutama yang berpendidikan rendah, masih memandang bahwa pendidikan kurang penting. Mereka beranggapan bahwa bekerja lebih menguntungkan bagi anak tanpa menyadari bahwa pendidikan lebih menguntungkan untuk jangka panjang. 6. Peran PEMDA belum optimal Sebagian besar PEMDA Tingkat II belum optimal dalam melaksanakan kewajiban dalam pembangunan pendidikan dengan baik. Sejumlah PEMDA Tingkat II bahkan terkesan mengabaikan sektor pendidikan. Hal ini terlihat, antara lain: masih rendahnya alokasi APBD dan perhatian birokrat pada sektor pendidikan. Penyebab utama dari rendahnya partisipasi ini adalah kurangnya pemahaman mereka akan tugas dan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga banyak tugas dan tanggungjawab yang tidak dilaksanakan dengan baik. 7. Peran perguruan tinggi perlu dioptimalkan Perguruan tinggi idealnya memerankan dirinya secara aktif sebagai agen dan katalisator perubahan dalam berbagai bidang, termasuk dalam penuntasan wajib belajar. Namun demikian, selama ini peran yang mereka mainkan masih sangat terbatas pada tataran konsep. Peran yang menyentuh langsung lapangan yang secara nyata dan signifikan memberi kontribusi kepada penuntasan wajib belajar sangat lemah. 8. Sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai Daerah-daerah terpencil dan terisolir sarana dan prasarana pendidikannya masih sangat terbatas. Gedung sekolah masih belum memadai atau bahkan belum ada, belum didukung oleh fasilitas pembelajaran yang memadai. Sebagia akibatnya, sebagian anak usia sekolah terpaksa tidak memperoleh layanan pendidikan atau mendapatkan layanan pendidikan dengan kualitas memadai.

F. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun