1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
menghasilkan SDM Sumber Daya Manusia yang dapat mengembangkan teknologi.
Hal ini
menunjukkan kebutuhan
untuk memahami
dan mengaplikasikan sains dengan baik karena perkembangan teknologi berkaitan erat
dengan kemampuan sains. Namun demikian, hasil TIMSS Trends International in Mathematics and Science Study tahun 2011 menunjukkan rata-rata skor
prestasi sains siswa Indonesia adalah 406, jauh di bawah skor rata-rata Internasional yaitu 500. Perolehan skor tersebut menyebabkan siswa Indonesia
menempati peringkat 40 dari 42 negara peserta, dan hanya mencapai Low International Benchmark.
Pada seminar nasional tahun 2010 tentang “Kemampuan Fisika Siswa
Indonesia dalam TIMSS”, Efendi menyatakan bahwa rendahnya prestasi sains siswa Indonesia disebabkan karena proses pembelajaran sains masih cenderung
hafalan konsep dan belum melatih siswa untuk memecahkan masalah, merumuskan hipotesis, membuat rencana percobaan, menganalisis, dan membuat
kesimpulan. Hal ini ditunjukkan dari data TIMSS rata-rata kemampuan kognitif
knowing adalah 40,37, lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying dan reasoning yaitu 36,96 dan 33,01.
Pembelajaran sains termasuk fisika, berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sains bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa
fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi menekankan pada proses penemuan BSNP, 2006a: 149. Suatu model pembelajaran yang menekankan proses penemuan
adalah inkuiri Amri Ahmadi, 2010: 91. Strategi model pembelajaran inkuri adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menyelidiki
konsep yang dipelajari melalui kegiatan merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta
membuat kesimpulan. Pembelajaran sains yang dilakukan secara inkuiri diharapkan mampu mengatasi masalah rendahnya prestasi sains siswa Indonesia
sebagaimana ditunjukkan dalam hasil TIMSS. Unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran adalah metode
mengajar dan media pembelajaran Arsyad, 2011:15. Kedua unsur tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Inkuiri sebagai solusi
untuk mengatasi rendahnya kualitas pembelajaran sains bisa diterapkan dalam salah satu unsur tersebut, misalnya media pembelajaran. Hasil observasi yang
dilakukan di SMP Negeri 2 Kendal menunjukkan bahwa salah satu media pembelajaran yang sering digunakan dalam mata pelajaran Fisika adalah Lembar
Kerja Siswa LKS. LKS Fisika yang selama ini digunakan berisi ringkasan materi dan soal-soal pilihan. Namun demikian, LKS ini belum mengarahkan siswa
untuk melakukan pembelajaran sains secara inkuiri.
LKS berbasis inkuiri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Pada penelitian eksperimen Yildirim et al. 2011
terhadap 44 siswa kelas IX SMA menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri memiliki hasil belajar yang signifikan antara pre-
test dan post-test dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi disimpulkan pada penelitian tersebut terbukti
bahwa LKS berbasis inkuiri efektif meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah.
Dewasa ini persoalan yang muncul di masyarakat adalah maraknya kasus korupsi, kekerasan, perkelahian pelajar, ketidakjujuran dalam ujian nasional, dan
sebagainya yang menunjukkan buruknya karakter bangsa. Berbagai kebijakan telah
dicetuskan untuk
mengatasi fenomena
sosial yang
semakin mengkhawatirkan ini. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sejak
2 Mei tahun 2010 mencanangkan pengembangan pendidikan karakter pada semua jenjang
pendidikan, termasuk
sekolah menengah.
Tujuannya adalah
mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Nasional yang tertuang dalam UU nomor 20 pasal 3 tahun 2003 tentang Sisdiknas Kemendiknas, 2010a: 7.
Suatu alternatif yang sangat berperan dalam menanamkan nilai karakter adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan upaya sadar dan sistematis
dalam mengembangkan potensi perserta didik. Hasil penelitian Sewell College
2003 menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran di sekolah, termasuk sains.
Pendidikan karakter yang diintegrasikan pada proses pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan karakter siswa secara positif sekaligus
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga 2003 terhadap 681 Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat
penerapaan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak
menerapkan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Oleh karena itu, perlu adanya integrasi pendidikan karakter pada LKS berbasis inkuiri karena membantu meningkatkan hasil belajar sekaligus mengembangkan
karakter siswa. Sains merupakan pengetahuan yang banyak mengungkap gejala alam.
Salah satu materi sains yang banyak mengungkap gejala alam sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah kalor. Materi kalor akan sesuai bila diajarkan
melalui media LKS berbasis inkuiri terintegrasi pendidikan karakter karena memungkinkan siswa untuk melakukan proses penyelidikan secara langsung, dan
memunculkan karakter siswa selama proses pembelajaran. Pengembangan LKS berbasis inkuiri memerlukan sekolah yang memiliki
fasilitas laboratorium yang memadai. Sekolah RSBI dipilih karena dianggap memenuhi kriteria tersebut, sehingga proses pengembangan LKS berbasis inkuri
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi Pendidikan Karakter pada
Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI”.
1.2 Rumusan Masalah